Selesai acara Jisoo pulang diantar oleh Uzin dan Dowoon. Kebetulan mereka mau balikin peralatan ke bagian rumah tangga di kampus, sekalian Jisoo nebeng daripada menunggu jemputan Mas Jae kelamaan.
Tadinya juga Chanyeol melarangnya pulang karena selesai acara semua panitia akan mengadakan party kecil-kecilan, pembubaran kepanitian. Jisoo menolak karena ini malam minggu. Malam minggu jatahnya dia bersama keluarga. Quality time sederhana yang tak pernah terlewatkan.
“Mas Udin belum ngomong apa-apa sama kamu, Jis?” Uzin tiba-tiba membicarakan soal Sehun. Ditambah ada Dowoon sedang menyetir di sebelahnya. Jisoo di bangku belakang melirik cowok itu lalu melihat Uzin. Bingung menjawab.
Sejak obrolan mereka kemarin soal “kita” Jisoo belum cerita apa-apa dengan Uzin.
“Ngomong apa?” tanyanya pura-pura tak mengerti.
Uzin balik badan belakang, menatapnya serius. “Nge-door, lah, apalagi?”
Spontan Jisoo tertawa, Dowoon sempat juga tertawa.
“Kok malah ketawa?”
“Lagian pertanyaanmu itu ngaco!” timpal Dowoon mewakili. “Dardor-dardor emang balon meletus?”
“Gak usah ngikut-ngikut lu!”
“Halah, gaya pake lu, orang Jawa juga,” ledeknya sinis. Jisoo di belakang menahan senyum melihat dua orang tersebut saling berantem.
“Kecangkeman!” pisuh Uzin jengkel juga. (bacot)
“Ndasmu kui kecangkeman,” balas Dowoon tak mau mengalah sambil melirik sinis Uzin.
(Kepalamu itu bacot)
Jisoo yang tadinya mau menengahi langsung terbantahkan oleh omongan Dowoon.
“Kamu pikir lagi ya, Jisoo sama Mas Udin baru kenal. Ya kali, langsung nge-door. Gampang banget Mas Udin obral cinta ke Jisoo. Emang teman kamu langsung mau nerima setelah di door, gitu? Yakin banget kamu mereka bakalan jadian cepet.” Ya, bener sih omongannya, tapi sengit banget.
Uzin tetap cemberut dan melotot galak sama Dowoon. Dowoon tak langsung berhenti bicara, dia tetap menjelaskan lagi.
“Kamu tiba-tiba di-door sama cowok yang baru kamu kenal, risih gak?” tanyanya melihat Jisoo melalui kaca di dalam mobil.
Jisoo langsung mengiyakan.
“Butuh proses, ‘kan?” Lagi, dia mengiyakan. Dowoon tersenyum puas. “Bagus. Koe rak murahan berarti!” Ia tertawa sesaat sebelum terkena tampolan tangan Uzin mengenai mulutnya
(kamu gak murahan)
“Asu, Jinong!”
Tawa Jisoo meledak hebat. Lalu tiba-tiba ia terpikirkan sesuatu. “Kalau kalian kapan jadiannya?”
“EXCUSE ME, MISS?” Pas banget lampu merah berhenti, Dowoon langsung menoleh belakang sedang Uzin melempar deathglare padanya.
“Kalian cocok, lho.”
“RAK SUDI!” balas mereka nyaris kompakan. Semakin membuat Jisoo ingin menjodohkan mereka saja.
(Gak mau)
“Kenapa?”
“Wegah! Sujinong katrok, moh aku!”
(Gak mau! Sujinong alay, gak mau aku!)“Idih, kayak lo ganteng aja,” sinis Uzin ingin mencekiknya.
“Badrul ganteng, lho,” timpal Jisoo memuji cowok yang duduk di belakang kemudi dan sekarang berekspresi songong.
“Sudi! Terongan koyok wong e rak sudi aku. Mending karo—”
(Gak mau! Terong kayak dia gak mau aku. Mending sama—)
“Jojon, hahahaha, tau Jojon gak, Jis?” tanya Dowoon sambil menjalankan mobil setelah lampu hijau nyala.
“Artis?”
“Bukan,” sahutnya. “Anaknya Ibu kantin tengah yang rada-rada itu lho.”
“Ohhhhh, Joni?”
“Nah, iya itu!” serunya meledek Uzin yang sekarang manyun. “Joni naksir Jinong. Tau gak?”
“Gak. Jarang ke sana,” kemudian dia ingat, “oalah, pantesan Jinong tiap diajak ke sana nolak ternyata, alasannya itu, tho.”
“BERISIK KALIAN!” marahnya cemberut. “Udah sonoh kalian jadian saja. Udah cocok kok.”
“Woooh, santuy Nong, habis ini kita jadian. Ya, gak Jis?”
“Syaaaap, Boss!” balas Jisoo tertawa meledek Uzin senang.
emang sengaja pendek harusnya ini sambungan kemarin wkwk