°°°°°
Ardhi POV
Adzan subuh sudah berkumandang lebih jelas di telinga. Tandanya akan dilaksanakannya shalat subuh bagi yang beragama islam.
Aku yang masih meringkuk di bawah selimut tebal yang menyelimuti seluruh tubuhku . Dan aku enggan untuk melepasnya, malahan aku semakin menaikkan selimut tebal ku hingga kepala ku saja tidak kelihatan. Subuh ini sangatlah dingin, membuatku tidak rela meninggalkan ranjang dan selimutku yang selalu menyalurkan kehangatan di saat dingin seperti ini.
Aku masih belum berinisiatif untuk turun dari ranjangku ini.Tok....tokk.....tokkk
Suara ketukan pintu itu, aku sudah tahu siapa biang kerok dari balik pintuku itu. Aku bergegas menyibakkan selimut dan bangun dari tidurku. Sebelum dia menghampiriku, aku sudah duluan ngacir masuk ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Sebelum memutuskan untuk mengambil air wudhu . Aku diam-diam mulai memperhatikan reaksi orang di balik pintu kamarku tadi. Dengan mengintip dari celah pintu kamar mandi ku.
Klekk.....
Pintu terbuka membuat orang yang berada di balik pintu tadi masuk ke kamarku. Aku mendengarkan langkahnya yang menuju ranjang tempat tidurku.
"Sialan!!!" umpatnya kesal.
Bagaimana tidak kesal ?. Dia hanya menemukan bantal guling di balik selimut bukan diriku.
Aku masih bisa mendengarkan umpatannya samar-samar, dan berhasil membuatku cekikin sendiri di kamar mandi ini. Bisa ku bayangkan wajahnya yang mengembung kesal. "pasti lucu" gumamku dalam hati.
"Ihh, kang Mamad nyebelin." keluhnya dan berlalu pergi dari kamarku.
Mendengar kata "kang Mamad" yang keluar dari mulutnya itu. Membuatku mencebik kesal. Aku tidak suka panggilan seperti itu. Kuno banget manggil nama aku kayak gitu. Aku kesal sendiri mendengarnya. Tapi, aku tidak akan keluar dari kamar mandi ini. Kalau aku keluar pasti gak kan kelar urusannya.
Perlu kalian ketahui yang masuk ke kamarku tadi adalah seseorang yang sangat aku sayangi selain orang tuaku sendiri, seseorang yang selalu ingin aku lindungi, aku tidak akan rela jika ada yang sengaja menyakitinya mau itu berupa fisik maupun batin. Dia adalah adikku yang memiliki selisih umur hanya 2 tahun lebih muda dariku. Namanya Dira Safira. Anak ingusan yang baru duduk di bangku SMP, kelas IX.
Aku pun mulai bergegas mengambil air wudhu yang sempat tertunda tadi. Setelah selesai, aku mulai bersiap-siap untuk berangkat ke masjid.
.....)
Setelah selesai menunaikan kewajibanku sebagai seorang muslim. Aku kembali ke rumah .
"Assalamualaikum"ujarku saat melangkah masuk ke dalam rumah
"Waalaikumsalam"jawab dua orang wanita yang sangat berarti bagiku itu.
Aku mencari keberedaan dua wanita yang menjawab salamku tadi. Aku tahu, kalau jam segini biasanya mereka berdua berada di dapur dan berkutat di depan kompor ataupun di meja dapur.
"Masak yang lezat ya, dek." ujar ku kepada adikku yang sejak tadi hanya cemberut. Aku tahu kalau dia masih kesal karena kejadian tadi.
"Jangan cemberut lah. Kamu jadi mirip bibir monyet, di tambah dengan kamu yang manyun kayak gitu."
"Kalau aku mirip monyet. Berarti kang Samad mirip monyet juga lah."
"Stop panggil abang dengan nama itu. Nama abang itu Muhammad Ardhi syahputra. Gak ada cocok nya sama sekali sama panggilan kamu itu. Dan satu lagi, kamu bilang abang mu yang ganteng sejagat raya ini mirip monyet. Sungguh dek? Kayak nya mata kamu lagi rabun tuhh. Abang mirip Song Joong Ki gini kamu bilang mirip monyet. Coba deh lihat benar-benar . Ini babang tamvan kamu, Dira."
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman jadi cinta
RomanceCerita tentang anak gadis yang mencintai seorang lelaki playboy pada saat dia sekolah di SMA,,tapi sayang cinta nya cuman bertepuk sebelah tangan,,dan di cerita ini si cewek selalu merasakan sakit hati dan cemburu secara terus menerus.ia juga memili...