Sebagian dari kita pasti pernah merasakan yang namanya cinta diam-diam. Dan tentunya pasti kalian lelah akan hal tersebut.
Mencintai tanpa bisa memiliki, menyayangi hanya dalam mengagumi, semua itu terasa sakit. Ingin sekali rasanya kita menghampirinya dan mengatakan jika kita mencintainya. Namun apalah daya kita? Kita hanya seorang perempuan. Tugas kita hanya menunggu, bukan untuk memulai.
Namanya Akmal Danish Raihan. Memiliki hidung yang mancung, alis mata yang tebal, kulit sawo matang, yang membuatnya terihat manis. Di tambah lagi dengan kaca mata yang tak lepas dari wajahnya membuatnya tampak terlihat cerdas dan dewasa. Perempuan mana yang tak tidak jatuh cinta kepadanya. Sungguh indah ciptaan Allah.
Seperti namanya, Akmal lelaki yang sempurna. Ia mampu membuat Kila jatuh cinta saat kali pertama melihatnya. Ia lelaki yang sopan, pandai, taat dalam beragama, lelaki yang bijaksana. Senyum manisnya seakan menyihir perempuan manapun untuk menyukainya, termasuk Kila.
Kila tak bisa membohongi perasaannya sendiri. Bahkan, saat laki-laki lain meminta izin untuk bertamu di hatinya, Kila seakan tidak rela mengizinkannya. Hatinya seakan telah terkunci untuk Akmal. Padahal asal kalian tahu, Akmal tidak mengenal Kila, ia tidak tahu bagaimana diri Kila, bagaimana besar perasaan Kila kepadanya. Yang Akmal tahu, Kila hanyalah adik tingkatnya. Ya, hanya adik tingkatnya.
Bicara soal tingkatan, saat ini Akmal sudah semester Tujuh. Itu artinya sebentar lagi Akmal akan meninggalkan kampus ini. Setidaknya Kila masih memiliki waktu Enam bulan untuk melihatnya. Dan setelah itu, mungkin Kila akan kehilangan semangat hari-hari untuk datang ke kampus.
Tak apa, meskipun begitu, tujuan utamanya kemari bukan untuk untuk bertemu Akmal, melainkan untuk menuntut ilmu dan mengejar cita-citanya. Soal Akmal, Akmal hanya bonus yang membuat Kila semakin semangat berada disini.
Kila merebahkan tubuhnya di atas kasur seraya menatap layar persegi yang kini tengah ia genggam. Hening. Kedua sahabatnya telah tertidur sejak tadi. Mungkin mereka kelelahan setelah menunggunya di stasiun tadi.
Kila kembali menatap layar persegi itu dengan senyum yang terukir di wajahnya. Lagi-lagi ia tengah menatap foto Akmal yang sedang membaca buku sembari mendengarkan musik dengan earphone yang tersumpal di telinganya.
Saat itu Kila tengah berjalan menuju ruang Laboratorium dan langkahnya terhenti saat ia tak sengaja melihat Akmal tengah asik membaca buku di gazebo. Entah setan mana yang menyuruhnya untuk mengambil gambar Akmal lewat ponsel yang ia genggam.
"Masha Allah, Kak. Aku gak bisa buang rasa ini. Pantaskah aku memiliki rasa ini? sedangkan kau saja tak mengenalku."
Kila mensejajarkan ponselnya lalu menekan tombol pada kamera ponselnya tersebut.
"Hey," tegur Hafiz saat itu yang sontak membuat Kila terkejut dan segera memasukan ponselnya ke dalam saku baju. "Ngapain La?"
Kila menggigit bibir bawahnya, "Em, itu, aku, aku duluan ya Fiz. Takut di cariin Zahra sama Jihan." Kila mempercepat langkahnya untuk menemui Jihan dan Zahra yang memang sudah menunggunya di Laboratorium.
Kila yakin, pasti Hafiz sudah melihat apa yang sudah dilakukannya saat itu. Karena semenjak kejadian itu, Hafiz tak lagi mendekatinya. Maafkan Kila Hafiz, secara tidak langsung ia telah mematahkan perasaanmu, mungkin ini yang terbaik. Karena Kila tak ingin semakin membuatmu berharap besar kepadanya.
Kila melihat jam dinding sudah menunjukan pukul 12 tengah malam. Sudah sangat malam rupanya. Kila pun segera mengatur alarm di ponselnya dan langsung menarik selimut untuk tidur. Cuaca malam ini cukup dingin.
"Selamat malam laki-laki yang selalu ku sebut dalam doaku. Semoga suatu saat wajahku bertamu dalam mimpimu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Syakila
RomanceMenurut Kahlil Gibran, cinta adalah satu-satunya kebebesan di dunia karena cinta itu membangkitkan semangat hukum-hukum kemanusiaan dan gejala-gejala alami pun tak bisa mengubah perjalanannya. Cinta ibarat seekor burung yang cantik, meminta untuk di...