Ego dan Cinta

3 0 0
                                    

Semua orang memiliki ego, sebuah rasa dari sistem gengsi dan kepercayaan diri yang melekat pada hati. Semua orang juga memiliki cinta, sebuah rasa sayang yang muncul dari hati. Ego dan cinta adalah bagian dari kehidupan manusia. Selalu berdampingan tapi tidak akan pernah bisa berjalan bersama. Bagaikan air dan minyak, mereka menghiasi setiap dinding hati manusia. Dinding rapuh yang bisa meledak kapan saja.

Ini bukan lah sebuah kisah tentang cinta manusia yang luar biasa, tapi melainkan hanya sebuah kisah tentang pahitnya realita. Cerita yang mengatas namakan cinta tapi menuai begitu banyak duka. Ironisnya semua berasal dari tempat yang sama, tempat dimana semua manusia menciptakan rasa. Rasa yang mendasari sifat manusia didunia, dunia kejam dan berlogika. Tak pandang siapa pun orangnya.

Semua berawal dari hati. Semua juga berakhir karena hati. Hati adalah sebuah benda yang tak dapat dipelajari. Entah hidup atau mati. Tak terlihat tapi berarti. Hati adalah kunci, kunci pintu yang mempunyai jalan sendiri-sendiri. Jalan yang akan membawamu kesebuah realita yang berbeda-beda. Hati juga merupakan rumah, rumah dari ego dan cinta. Meski berbeda, mereka masih tetap tumbuh dan berkembang di tempat yang sama.

Ego dan cinta adalah hal yang sangat luar biasa. Sebuah rasa yang mempu membuat atau menghacurkan manusia dalam sekian detik saja. Berbeda dengan ego yang mementingkan diri sendiri, cinta adalah rasa yang harus merelakan demi utuhnya hati. Ini adalah kisah tentang bagaimana ego dan cinta mengambil peran mereka sendiri.

Semua berawal dari kemampuan manusia yang bisa menciptakan kepercayaan diri yang sangat tinggi. Hal yang menyebabkan lahirnya ego didalam hati. Keegoisan untuk hanya kepentingan diri sendiri, kepuasan pribadi, dan keinginan tanpa henti. Ego mampu membangun diri. Menggunakan motivasi sebagai pondasi. Menggunakan logika dan kepercayaan diri untuk memanipulasi. Tak ada yang salah dari ego, hingga datanglah cinta yang menghampiri. Cinta yang mulai menghiasi hati. Cinta datang karena sebuah ketidaksengajaan. Yang datang tanpa sepengetahuan orang. Yang memiliki ikatan tanpa kepastian. Yang mempertemukan dan yang meninggalkan. Cinta berawal dari pertemuan. Pertemuan dengan orang tanpa kesengajaan. Pertemuan dengan orang yang akan disayang, diingat, direnungkan, dan bahkan dimimpikan. Cinta sungguh ajaib. Dia mampu untuk merubah orang. Berubah untung disayang. Mencari kebahagiaan dengan yang tersayang.

Ego dan cinta adalah sesuatu yang berbeda tetapi mempunyai kemampuan yang sama. Kemapuan untuk berubah demi mencapai tujuannya. Ego lebih pintar dari cinta. Karena ego mempunyai pikiran, pikiran berlogika untuk mencapai tujuan, untuk memperoleh kepuasan. Ego itu serakah, serakah akan semua hal yang diinginkan. Semua keinginan harus terlaksanakan. Entah mengalami kesulitan tak kan pernah dipedulikan. Ego itu juga mudah iri, iri terhadap sesuatu yang tidak dimiliki. Iri akan sebuah kelebihan yang sedang dipandang. Dipandang lebih baik karena perbedaan. Ego menyebabkan pertikaian, pertikaian dalam hati untuk memahami. Memahami sesuatu yang tidak pasti dan tak diinginkan. Ini seperti pertikaan antara sepasang teman, yang bertengkar hanya karena sebuah perbedaan. Perbedaan selera untuk sebuah pilihan. Berbeda dengan ego, cinta itu bodoh. Bodoh karena tak berlogika. Tak mampu berpikir untuk kepuasannya karena semua hanya tentang dia. Walau bodoh, cinta itu hangat. Menghangatkan hati yang selalu dingin dan sepi. Cinta itu sangat menghargai, menghargai perbedaan yang sedang dihadapi. Menghadapi dengan cara memahami dan memaklumi. Karena cinta tak mau merasakan kehilangan, cinta itu mempertahankan. Mempertahankan ikatan tanpa berpikir panjang. Mencoba memeluk walau didalam api kemarahan. Cinta itu selalu bertahan, bertahan untuk sebuah keutuhan. Keutuhan untuk kebahagian. Keutuhan untuk kebersamaan. Keutuhan untuk kasih sayang. Cinta itu selalu bersyukur, bersyukur akan keadaan. Tak menuntut demi kemewahan dan keirian. Selalu senang dengan yang dimiliki. Cinta itu sabar, sabar menghadapi keadaan. Keadaan yang tak pasti dan tak diinginkan. Sabar menghadapi walau ada permasalahan. Berpikir untuk sebuah keutuhan.

Ego dan cinta sama-sama menginginkan kepuasan. Kepuasan untuk memenuhi isi hati. Walau begitu, ego dan cinta itu bermusuhan. Saling menyerang untuk mendapatkan kemenangan. Meraka bagaikan air dan minyak yang bisa sejajar, tapi akan saling menyerang perbedaan. Ego yang besar akan menyerang cinta. Menyakiti dan menghakimi. Merasa paling benar sendiri. Tak peduli dengan hati yang dikasihi. Cinta juga sama. Cinta yang besar akan menekan ego. Menghadapi sumuanya demi keutuhan kebersamaan. Yang terpikirkan hanyalah satu, kebahagiaan bersama dia. Melukai ego dalam prosesnya.

Ego dan cinta adalah pilihan. Pilihan yang dipilih manusia didalam kehidupan. Pilihan yang mana menentukan kehidupan dan kepuasan. Memilih ego akan menekan, menyakiti, bahkan membunuh cinta. Semua karena gengsi dan kawan-kawannya. Ego tak kan peduli dengan perjuangan yang cinta dilakukan. Memilih cinta juga akan menekan ego, bahkan bisa menghancurkannya. Semua karena rasa sayang dan keinginan untuk kebersamaan. Berjuang bertahan walau penuh kesalahan. Memandang ego tak seberapa dibanding cinta. Ada pilihan ketiga, menjejerkan ego dan cinta ditakaran yang sama. Tak melebihkan mau mengurangi. Semua dihadapi dengan pikiran dan hati. Berpikir saling memahami tanpa melangkahi dan menyakiti.

Ego dan cinta adalah bagian dari manusia. Bagian yang tak kan pernah terpisahkan selamanya. Akan selalu ada walau telah berselang usia. Manusia adalah mahluk yag pemilih, memilih yang mana yang akan diperioritaskan. Yang mana yang akan dijadikan acuan didalam kehidupan. Setiap manusia itu berbeda, tak kan ada yang sama walau dilahirkan dari Rahim yang sama.

--Galuh_Arben--

Manusia dan KebodohannyaWhere stories live. Discover now