11

4.3K 494 43
                                    

Jungkook mengelap keringat di dahinya. Sialan sekali memang! niat hati ingin memberi pelajaran pada minju, namun kini malah dia yang tersiksa setengah mati karena melihat langsung adegan dewasa di depannya.

"Ngh... "

Duh mampus!  Desahan laknat itu malah semakin memperburuk keadaan. Diliriknya celana hitamnya yang sekarang menampakkan tenda besar. Jeon kecil sudah sangat tersiksa, namun kegiatan panas itu belum juga usai.

"Huhu.. Jiminie hyung..." diusapnya jeon kecil sambil memejamkan mata. Mencoba menjernihkan otaknya dari hal yang iya-iya tentang Jimin nya.

"Sebaiknya kau pergi saja jungkook-ah. Hyung akan memberimu kabar nanti." jinhan.  Oh jinhan. Kepercayaan keluarga jeon yang sudah jungkook anggap sebagai kakak sendiri. Dia yang sangat royal kepada keluarga jeon membuatnya sangat dipercaya oleh tuan jeon.

"Bagaimana kalau kalian langsung menyebarkannya saja. Biar wanita itu kapok dan tidak menggangguku lagi?  Sepertinya akan bagus kalau dibuat siaran langsung." jangan remehkan jungkook. Walau wajahnya terkesan polos, namun otaknya sungguh patut di acungi jempol.

"Serahkan saja semuanya pada kami. Kau tinggal terima beresnya saja." pundak jungkook di remas pelan. Lalu matanya turun ke arah celana jungkook. "Minta tolong pada jimin untuk menidurkan adik kecilmu itu. Ah! Jangan lupa pakai pengaman jung.."

"Mulutmu hyung. Kalau jimin dengar, tamatlah riwayatmu." jungkook berdiri, membanting ponsel milik minju dan melemparkannya lewat jendela hotel.

"Jangan sampai wanita itu buka mulut perihal pertemuanku dengannya. Buat semua semulus mungkin hyung." jaket hitam diterimanya dari jinhan. Lalu tak lupa memakai masker hitam dan kaca mata.

"Kau tahu bagaimana caraku bekerja bukan?"

"Hehe, tentu saja. Hyung memang yang terbaik!" pinti sudah hampir tertutup sebelum jungkook kembali melongokkan kepalanya. "Kau tidak berniat ikut bermain bersama mereka hyung? Kasihan adikmu nanti berjamur hahaha." lalu pintu ditutup dengan kencang setelahnya.

"Sialan!  Aku tidak mau menyentuh barang bekas." jinhan mendengus dengan keras.

"Mari kita lihat apa yang akan terjadi setelah aku menekan tombol ini.. "

*
*
*
*
*
*
*
*
*
*

Jimin meneguk rakus air yang diberikan hoseok. Jantungnya berdetak dengan kencang. Jangan sampai hoseok tahu rahasianya. Jimin belum siap.

"Ish.. Sakit sekali tenggorokanku." sebenarnya tidak terlalu sakit. Hanya untuk menutupi kegugupan saja.

"Makanya kalau makan itu hati-hati. Aku juga tidak akan minta kok."

"Ini salahmu hyung!"

"Enak saja!  Memang apa yang aku lakukan?"

"Kau menanyakan hal yang tidak perlu kau tahu!"

"Apa? Apa yang tidak perlu aku tahu?!"

"Tentang makanan jungmin!"

"Memangnya kenapa aku tidak boleh tahu!?"

"Ya... Ya karena kau tidak boleh tahu!"

"Tapi aku ing-"

'Ekhekhekeh' jungmin tertawa melihat kedua orang dewasa itu saling berteriak.

"Diam!!" seru keduanya serempak.

Namun bukannya diam, jungmin malah semakin tertawa  kencang.

"Eomma kan menyuruhmu untuk diam jungmin, kenapa malah jadi tertawa kencang seperti ini, hm?"

"Iya, kau mengganggu perdebatan seru kami." diciuminya pipi jungmin yang masih terus tertawa di gendongan jimin.

"Aigoo... Kenapa malah semakin menjadi tertawanya?" wajah jagoan kecilnya sudah memerah. Tapi tawanya tak kunjung reda. Kalau sudah begini nanti ujung-ujungnya jungmin pasti akan kelelahan dan tertidur sendiri.

"Aku jadi lapar.. Sepertinya ramyun cocok untuk cuaca panas seperti ini. Kau mau juga tidak jim?"

"Tidak. Jungkookie melarangku makan ramyun." jimin berdiri lalu meninggalkan hoseok yang masih menatapi punggungnya.

"Sejak kapan anak itu jadi penurut pada jungkook?"




*

*
*
*
*
*
*
*

"Appa pulang~……" jungkook mengernyitkan dahinya. Tumben dorm sepi. Biasanya kalau hoseok bermain bersama jungmin, pasti dorm akan ramai sekali.

"Mungkin mereka sedang tidur siang.." tungkainya dibawa ke arah dapur. Tenggorokannya terasa kering. Efek adegan panas yang ditonton tadi.

Ya... Salahkan saja adegan itu terus!



"Eoh, kau sudah pulang?" ck.. Kenapa yang menyambutnya malah kuda kelebihan energi ini sih? Harusnya kan kekasih merangkap istrinya yang menyambutnya.

"Ya.. Apa jimin dan jungmin ada dikamar?"

"Hyung. Kau ini tidak sopan sekali. Walau dia lebih pendek darimu, doa tetap lebih tua darimu, jadi jangan hilangkan embel-embel hyung di belakang namanya." slurrpp... Kuah ramyun diseruput nikmat.

"Tidak ada salahnya memanggil kekasih sendiri hanya dengan nama saja."


"Uhhuk pedas bangsat uhukk." disambarnya air putih di depannya.

"Kau- ani, jimin apa? Kekasihmu?  Jangan bercanda wahai kelinci!"

"Kau tahu aku tidak suka bercanda bukan?" jungkook meninggalkan hoseok setelah menghabiskan air minumnya. Tak tahu saja kalau hoseok masih tidak percaya dengan kata-katanya.


"Haha.. Joke's nya lebih garing dari seokjin hyung."






*
*
*
*
*
*
*
*
*

Saat memasuki kamar, jungkook hanya mendapati jungmin yang terlelap di box bayi nya. Sedangkan jimin  berada dikamar mandi.

"Apa aku harus minta tolong pada jimin hyung?" dielusnya lagi adik kecilnya yang masih setia berdiri tegak. Meloloskan desahan tanpa suara dari bibir tipis nya.





"Tapi bagaimana kalau dia tidak mau?"

"Eoh, jungkookie..." nah, ini dia. Mendengar nada lembut jimin saat memanggilnya malah membuat jungkook merinding. Pasti suara jimin akan sangat merdu saat mendesah di bawahnya.


"Jung-"


"Bantu aku hyung!"

"Hah?"

Tanpa berkata apapun, jungkook menarik jimin dalam pelukannya. Bisa jimin rasakan sesuatu yang mengganjal di bawah sana.


"J-jung, kau.... "



*
*
*
*
*
*
*
TBC
*
*
*
*
*


Hiya hiya hiya!!!!!!!


Nanti saya kasih satu chap lagi! Tapi bintangnya jangan lupa... 😊

(HIATUS) Because Baby (Kookmin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang