"Penerima beasiswa tahun pelajaran 2017-2018 angkatan 36 diberikan kepada Yeri Andara Gyutama, untuk nama yang disebutkan silahkan maju ke depan,"
Suara kepala sekolah terdengar diseluruh lapangan karena microphone yang digunakan, hal itu membuat para siswa/siswi terdiam dan mencari nama yang disebutkan tadi.
Perempuan itu berjalan menyelinap diantara teman-teman sekelasnya. Dengan berjalan menunduk dia menunjukkan dirinya, lalu saat tepuk tangan terdengar dari para murid SMA Adyakasa dia mendongak dan melihat semua orang menatap iri kepadanya.
"Selamat Yeri, kamu memang murid terbaik di sekolah ini," ujar kepala sekolah sambil memberikan sertifikat beasiswa ini.
Yeri tersenyum dan mengucapkan terima kasih, setelahnya ada sesi foto bersama dan dia langsung bergabung lagi di tengah-tengah barisan.
Dia menunduk selama kepala sekolah bepidato dengan mengangkat topik hari ini menjadi tentangnya. Tentang Yeri yang hampir selalu mendapatkan beasiswa setiap akhir tahun pelajaran, dan ini adalah tahun terakhir dia menempuh pendidikan SMA.
Upacara selesai. Yeri menepi, tidak mau berdesakan dengan siswa lain, dan setelah kosong barulah dia berjalan kearah kelasnya.
Bokongnya ia dudukkan di kursi kebanggaannya, meja tepat depan guru. Itu semua ia lakukan bukan untuk menarik perhatian guru atau yang lain, ini karena matanya minus dan tidak punya kacamata, dan ia tak sempat bahkan memikirkan untuk membeli saja tidak punya.
Teman satu mejanya memberikan selamat dan Yeri membalas dengan senyuman saja.
Semua temannya sudah tau kalau Yeri itu tidak tersentuh sama sekali. Sehingga dia terkenal dengan kesendiriannya.
Guru masuk begitu bel dibunyikan, dan Yeri hanya sibuk memperhatikan ucapan sang guru. Matanya fokus dengan apa yang dijelaskan.
Setelah jam pelajaran habis Yeri mengulang pembelajaran yang dijelaskan dan begitiu sampai jam pelajaran terakhir. Ia begitu setia pada kursi yang ia duduki, tak akan ia tinggali kursi ini selain ingin ke toilet.
Bel pulang berlalu, dia merapikan bukunya dan pulang terbelakang dari teman-temannya. Kakinya melangkah menyusuri jalan, kepalanya setengah menunduk. Setelah 10 menit sampailah dia di kediamannya. Tangannya mengambil kunci di saku dan membuka pintu utama, bau debu langsung menyambutnya. Dan dia menutup pintu utama serta menguncinya.
Saat sudah dikamarnya dia melemparkan tubuhnya dan menatap langit-langit kamarnya.
Tangannya mengambil map berisi sertifikat yang ia dapatkan tadi. Ini merupakan sertifikat ke-5 yang akan dia tempel di dinding kamarnya, selain sertifikat beasiswa, Yeri juga sering diikuti oleh pihak sekolah dalam lomba-lomba pada tingkat kota hingga provinsi.
Dia tersenyum kecil, dan menaruh sertifikat ini pada bingkai yang sudah ia beli. Kemudia senyumnya luntur begitu saja ketika mengingat tak ada yang menghargai dia, terlebih keluarganya.
Air matanya mengalir begitu saja. Harinya ia lewati dengan tangisan berharap hidupnya yang kelam akan segera terlewat, namun itu hanya harapan. Takdir terlalu kejam padanya, kekurangan kasih sayang sudah ia rasakan sejak umur 3 tahun.
Semua ia lakukan dengan maksimal, belajar giat, mendapatkan peringkat satu, itu semua ia lakukan agar orang tuanya bisa melihat. Bahwa dia bisa seperti orang lain. Ia butuh kejelasan tentang semua yang sudah ia alami.
***
Esok harinya masih sama, tak ada yang berubah. Apapun itu, tapi satu hal yang mengganjal pada pikirannya saat ini.
Ada anak baru disekolahnya, dan dia seorang laki-laki. Yeri tak mempermasalahkan itu, namun tatapan yang diberikan dia membuat Yeri terkunci. Ia tak bisa memutuskan benang merah yang ada saat mereka betatapan.
"Nama saya Sendra Hunanda Pramono, pindahan dari SMAN Bakti Husada,"
"Baiklah, ada yang ingin ditanyakan pada Sehun?" Ujar kepala sekolah yang mengantar anak itu ke kelas ini.
"Udah ada gandengan belum?"
"Tinggi banget, anak basket ya?"
"Kayak albino, pake bayclin mandinya ya?"
Kelas menjadi tidak kondusif, banyak yang kagum banyak juga yang memandang iri karena kesempurnaan yang ada dalam diri Sehun.
Yeri sama sekali tak acuh, ia memilih membaca materi yang akan dipelajari hari ini. Otaknya tetap berjalan walau kericuhan belum juga berhenti. Saat kepala sekolah teriak barulah semua terdiam, dan Yeri tetaplah Yeri yang tak peduli dengan semua keributan.
Dia melihat Sehun yang berjalan ke bangku belakang lewat ekor matanya. Dan setelahnya pelajaran Sejarah dimulai.
Waktu pulang membuat semua semangat yang hilang dalam jam-jam terakhir itu seakan kembali, Yeri membereskan bukunya dan keluar kelas saat semua temannya sudah keluar. Namun kali ini berbeda, anak baru itu masih berada di kursinya dengan kepala yang ditelungkupkan sertan headphone yang bertengger di kepalanya.
Apakah anak itu tertidur? Batin Yeri.
Dan ia menggelengkan kepalanya mencoba menyadarkan dirinya bahwa hal itu bukan urusannya.
"Yeri! Ayo pulang!" Teriakan yang berasal dari luar kelas membuat Yeri menghela napasnya. Teman Yeri yang selalu menarik perhatiannya sejak kelas 10 itulah pelakunya.
"Ayoㅡ ups. Dia siapa?" Ucapannya memelan setelah dia melihat bahwa bukan hanya ada Yeri saja.
"Ayo," tanpa mau menjawab Yeri menarik tangannya keluar.
"Hey, Darlings! Congrats ya, aku selaku sahabatmu selalu bangga padamu anak manis. Ah ya, maaf karena tidak bisa pulang bareng kemarinㅡ"
"Kau bersama Julian, 'kan?" Sela Yeri sebelum perempuan itu melanjutkan ucapannya.
Perempuan itu mencolek dagu Yeri dan kekehan diberikannya.
"Berhenti menggodaku, Lisa!"
"Baiklah-baiklah, Yeri si dingin yang tak tersentuh. Kecuali padaku, ya 'kan?"
"Terserah kau!"
Setelah itu Yeri berjalan dengan cepat menghindari ledekkan yang selalu Lisa berikan padanya. Entahlah, sampai saat ini Yeri tidak tau apa maksud Lisa yang mendekati dirinya, dan dia juga tidak mau tau yang sebenarnya. Jika perempuan yang sedang meledeknya ini tulus maka itu akan baik untuknya, jika tidak yasudah, itu tidak akan merugikan Yeri. Lagipula, Yeri tidak pernah bercerita apapun ke Lisa. Dan bagi Yeri hubungan mereka hanya sebatas teman 'kan?
-
Yeri sampai disambut dengan suara telpon rumah yang berbunyi. Dia mengangkatnya dan, setelah mendengar kabar itu kakinya seakan seperti agar-agar. Pandangannya mengabur dan tubuhnya pun lemas, siapakah yang akan menguatkannya untuk tetap bertahan hidup selama ini?
***
Bismillah.
Cerita baru yeay! Fyi, cerita ini bakalan lain dari cerita aku sebelum2nya, karena kemungkinan cerita ini akan menguras emosi dan air mata hehe.Fyi, sedikit dari cerita ini diangkat dari kehidupan pribadi aku:") jadi semoga feel nya berasa ke kalian, karena aku merasakan terlebih dahulu apa yg tokoh disini rasakan.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Walk On Memories | Sehun x Yeri
FanfictionYeri Andara Gyutama ialah seorang perempuan yang memiliki kehidupan yang cukup rumit. Masa lalu membuat dia menjadi pribadi yang sulit dicapai dan tertutup. Masalah terus berdatangan menjadi bagian yang tak bisa ia lewatkan. Hingga ia bertemu denga...