[ 20 ] Pengakuan Ackerman

3.1K 478 181
                                    

Kala semua kadet berlatih, mengasah kembali kemampuan pertarungan baik dengan media senapan, pedang, maupun pertarungan tangan kosong, seorang kadet perempuan justru larut dalam kebahagiaannya.

Ruang kesehatan unit pelatihan 104 terletak cukup jauh dari lapangan utama. Tak ada siapapun selain mereka.

"Eren..." lenguhannya menjamah indera Sang Pangeran. Tanpa melepasnya, si lelaki berdeham pelan. "Jangan sekarang..."

Mendengarnya membuat Eren kembali sadar, dijauhkannya wajah merahnya dari tengkuk sang gadis.

"Kau seperti alkohol. Berbahaya, [Name]." Sebelah tangannya menyelipkan helai rambut ke belakang telinga.

Keduanya menunduk, menatap kedua tangan yang entah sejak kapan sudah tertaut lembut. Eren mengeratkan genggaman, perlahan wajahnya kembali menatap wajah memerah [Lastname].

T A P ! T A P ! T A P ! Langkah-langkah datang beriringan, mendekati ruang kesehatan. Merasa tau diri, [Name] bersama pujaan hati saling menjauh, menjaga jarak, menjauhi prasangka.

"Wah wah, kupikir Anda ke mana, Tuan Jaeger," sapa seseorang dalam snelli putihnya. "Ternyata menjenguk Tuan Putri, ya?"

Tanpa mengelak Eren mengalihkan pandang, lantas berdiri di sisi ranjang [Name]. Sementara gadis yang masih duduk di ranjangnya menatap sang dokter kebingungan.

"Putri? Memang ada putri di sini? Putri kerajaan? Tunggu... Memang Ratu Historia sudah punya anak? Maksudnya, apa anaknya sudah sebesar itu sampai sudah memasuki lingkup latihan militer?" Yang disindir tidak tersinggung rupanya.

Rasa malu sepihak yang dirasakan Eren membuat dokter itu tertawa renyah.

"Anda Tuan Putrinya, Nona [Lastname]." Senyumnya tercurah begitu indah.

"Terima kasih sanjungannya, Dokter." [Name] menggaruk tengkuknya, malu karena di sebut Tuan Putri.

Dokter pun mendekati keduanya, setelah memastikan tak ada luka pada tubuh Eren, perhatiannya berpindah pada [Name].

"Apa masih terasa lemas? Bagaimana jika mencoba berdiri?" tawar sang dokter.

"Tak cukup kuat, tadi dia hampir terjatuh karena ceroboh langsung berdiri dari tidurnya." Manik emeraldnya menelanjangi [Name] gemas.

Si dokter berkacak pinggang, tak habis pikir tentang apa yang dilakukan pasiennya yang satu ini. "Apa yang membuatmu melakukan itu? Bisa-bisanya kau melupakan keadaanmu sendiri."

Sekali lagi [Name] nyengir kuda, membuat dokter geleng-geleng kepala. Dengan telaten lelaki yang sudah menginjak usia perak itu memeriksa seluruh bagian tubuh [Name] yang mungkin terluka perkara pertarungan semalam.

Hingga pandangnya terkunci di satu tempat, lantas tersenyum maklum.

"Aku dengar semalam bukan pertarungan yang bagus. Bisa-bisanya kau berpikir melawan dua titan sekaligus. Aku tidak mengerti lagi kekuatan nekatmu. Syukurlah tidak banyak korban luka-luka. Hanya kau, Tuan Jaeger, dan beberapa anggota Scout Legion yang menderita luka-luka. "

Setelah memastikan lebih jauh, dokter pun pamit undur diri. "Syukurlah tidak ada yang membahayakan nyawamu lagi. Kau harus beristirahat kira-kira 5 hari, selama itu jangan paksakan diri untuk berdiri atau ke mana pun sendirian. Pastikan ada yang mendampingimu untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan." Dokter kembali memberi peringatan pada [Name].

"Siap, Dokter!" Tangan kanan [Name] membentuk hormat setinggi dada. "Terima kasih atas kerja kerasnya!" Senyum yang menunjukkan gigi tak terlewat dari pandang.

Dokter mengangguk sebelum pergi. Saat hendak melewati Eren, sesaat ia berhenti, membisikkan satu kalimat di telinga Pangeran.

"Tengkuknya... Pasti ulah Anda, kan, Tuan?" pertanyaan itu membuat Eren terkejut bukan main, wajahnya memerah padam.

Teach Me | Eren Jaeger ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang