4

9 1 0
                                    

"Apa yang kau sukai sebenarnya dari lelaki itu rin?"tanya beni

Beni merupakan teman kerja sekaligus teman curhat Airin. Gadis itu kini bekerja sebagai seorang desainer interior. Pekerjaan yang ia impikan sejak dulu. Ia sebenarnya tak habis pikir, bisa-bisanya dengan otak rata-rata bekerja dibidang ini.

"dia, ah aku lebih menjadi diriku sendiri, aku benar-benar nyaman bersamanya"jawab Airin

"tapi, kau sudah lama tidak bertemu dengannya bukan?"

"iya sih ben, kita lagi sama-sama sibuk sekarang, lagipula dua minggu lagi kan kita dapat libur, aku manfaatkan waktu itu untuk bertemu dengannya, dan berbicara hubungan yang lebih serius" ucap Airin panjang

"rin, apa tidak takut kalo Firza disana memiliki pacar lagi?"

"bicara apadeh kau ben, mana mungkin lah, kita saling percaya kok"

***

Semarang

Hujan mengguyur kota Semarang, cukup deras. Seorang lelaki yang kini sedang menunggu gadisnya, sambil menyeruput secangkir cappucino yang tinggal setengah, entah ia menikmatinya atau mungkin sudah tidak sabar menunggu.

"kak Firza?"

"ah rin, kau kesasar ya?"

"tidak kok, lagipula tempat ini terkenal, malah aku minta maaf ya kak, aku terlambat"

"yaa"

Hening. Suasana mendadak canggung. Sudah dua tahun lebih mereka tidak berjumpa. Sibuk dengan pikirannya masing-masing.

"gimana kabarmu?" Firza membuka suara

"baik, kerjaanmu bagaimana kak?"

"lancar, tapi.."

"kenapa?"selak Airin

"kau mungkin akan membenciku, tapi maaf rin, mungkin ini sangat mengecewakanmu"

"kenapa?"

"aku ingin kita mengakhiri hubungan"

Gadis itu diam, tak menyangka. Datang ke Semarang malah disambut dengan sebuah ucapan yang tak terduga. 

"alasannya apa kak?"tanya Airin

"aku sebenarnya sudah bertunangan, sejak dua minggu lalu, sejak hubungan kita renggang, maaf"

"kenapa kau tidak bilang? Harusnya kau jujur saja, kau benar-benar egois, kau mengakhiri hubungan secara sepihak, iya aku tahu kau sibuk, aku juga, tapi kupikir kau mengerti keadaan ini"

"maaf rin, aku sebenarnya sudah lama ingin memberitahumu, maafkan aku, maaf,.."

"sudah kak, tidak perlu banyak meminta maaf, ini yang aku takutkan sebenarnya, hubungan jarak jauh, iya sulit kan kak? Tapi aku berusaha untuk selalu percaya padamu, aku benar-benar selalu berpikir positif, sebenarnya aku juga takut dengan hubungan jarak jauh, aku takut kau pindah ke lain hati yaa mungkin karena kau mulai jenuh denganku juga dan jarang bertemu, apalagi kini kau sibuk, akupun begitu jadi jarang berkomunikasi,  maafkan sikapku selama ini juga, aku harap kau bahagia, jangan pernah kecewakan perempuan itu kak, biar aku yang terakhir kau kecewakan" ucap Airin panjang, ia benar-benar menahan tangisnya

Lelaki yang berada dihadapannya terdiam. Merasa bersalah. Sangat salah. Ia menyia-nyiakan gadis seperti Airin.

"boleh aku bertanya?"tanya Airin

"apa rin?"

"kau memutuskanku karena bosan ?"tanya Airin yang membuat lelaki itu membelalakkan kedua bola matanya

"hm, salah satunya itu, maaf rin, mungkin aku memang lelaki berengsek. Mona, yaa aku akan menikahi dia, gadis yang pernah berbincang dengan kita dulu,"lanjut Firza

"haha, bosan katamu? Ah aku tahu, aku sangat tahu diri, dia lebih sempurna dariku, makanya kau memilihnya kembali, aku tak habis pikir kak, kau memilih 'mantanmu" itu , yaa intinya kau seperti membaca buku yang telah kau baca sebelumnya, lalu kau mengulanginya lagi, semoga kau sangat bahagia bersamanya kak, yaa semoga kau tidak bosan membaca 'buku' itu lagi ya"ucap Airin dengan penekanan kata 'buku'

"oh iya, selamat tinggal"lanjutnya

Gadis itu segera keluar dari kedai kopi dengan menahan tangisnya. Ia benar-benar ingin kembali ke Jakarta detik itu juga.

***

'kupikir kau yang terakhir kak, kupikir kita kemarin akan membicarakan hal menyangkut hubungan kita, tapi itu hanya pola pikirku yang terlalu bersemangat ketika bertemu denganmu'.

***

"Rin?"panggil Beni

"iya kenapa ben?"

"kau kenapa? Masalah dengan si Firza?"

Deg

"aku putus dengannya, dia ternyata lebih berengsek"

"rin, kau mau minum kopi? Ayo kita ke kedai kopi didepan, tenang aku traktir"

"oke, ayo ben"

Kedai kopi kala itu tidak terlalu ramai.

"kau benar-benar putus cinta ya rin?"

"kenapa? Memang terlihat? Apa mata ku bengkak?"

"ah bukan, kau memesan espresso, kau biasanya memesan minuman yang manis, tapi kali ini tidak"

"bisa jadi. Oh iya ben?"

"hm?"

"dia sudah bertunangan ternyata, mungkin segera menikah"

"ah dasar, dia berengsek. Dia bodoh sekali"

Sore itu, hujan melengkapi cerita dari gadis itu. Cerita patah hati lagi. Tapi bedanya, dulu lelaki itu yang menenangkannya, tapi sekarang lelaki itu malah membuatnya seperti ini.

***  

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 11, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Thank You, NextWhere stories live. Discover now