1

780 61 11
                                    

Makoto kecil menunggu di tepi pantai dengan mata yang berbinar-binar. Takjub dengan sahabat satunya ini yang sangat ahli menggerakkan hati seseorang. Di sore hari yang hanya ada mereka berdua saat itu, pantai nampak sepi, seperti milik mereka seorang.

Ia sangat takut dengan lautan, tapi jika bersama haru, mungkin tidak apa.

.

"Kau tidak ingin berhenti?" tanya makoto dengan suara bass nya. Haruka yang sedang menikmati berenang bagaikan ikan, menggeleng dengan tegas di hadapan makoto.

Pria tinggi ini pun memutuskan untuk duduk sambil terus menunggu haruka, yang semakin lama semakin jauh. "Bukankah itu terlalu jauh?"

"Tidak," kata haruka dengan lantang. Haruka merasa bahwa segini saja belum cukup. Lalu ia menyelam, dan menyusuri dasar laut yang semakin dalam. Tekanan udara yang diberikan semakin sedikit, hingga ia sulit untuk mengatur pernafasan. "Mungkin sampai sini."

Kepala haruka muncul ditepian, nafasnya yang sangat lelah tidak bisa diatur olehnya. Tubuhnya yang sudah panas karena terlalu lama menggerakkan otot, dan juga kakinya yang sudah lemas. "Makoto, celanaku."

Makoto pun mengambilkan seragam sekolah haruka. Seragam yang sama dengan milik makoto. Namun lebih kecil dan lebih pendek. "Ini, haru-chan." ucapnya menggunakan logatnya memanggil nama haruka.

"...jangan tambahin -chan." Haru sudah selesai mengenakan seragamnya, ia ingin kembali berendam di kamar mandi rumahnya. Tapi sepertinya sudah terlalu malam. Jika ia berendam dengan air hangat, tubuhnya akan merasa nyaman dan tertidur dikamar mandi hingga pagi. Air akan mendingin dan paginya ia akan demam. Haru tidak suka, karena seminggu yang lalu ia sudah merasakannya.

"dan aku belok, dah haru~" kata makoto yang berpisah dengan haruka di pertigaan rumahnya. Seperti biasa.

Pulang sekolah, haruka memasak makarel, ikan yang disimpannya di dalam kulkas. Memang derita anak semata wayang, hanya bisa memasak makarel saja. Itupun hanya dikasih garam dan minyak. Walaupun rasanya sangat khas di mulut haruka, tapi tetap saja bukankah ini kurang baik untuk kesehatannya?

Ibunya sudah lama tidak kembali ke rumah, begitu juga ayahnya. Mereka bekerja di kota yang jauh untuk membiayai haruka, terkadang haruka pergi ke amerika untuk menemui rin, tapi saat ini rin sedang menjalani ujian renang yang tidak bisa diganggu.

Haruka menyantap makannya setelah berdoa, sangat lama, ia menghabiskan waktunya hanya di meja makan rumahnya.

Ting!

Dering handphone haru membuyarkan lamunannya. "Ah, aku baru makan setengah, ya." lalu haruka mengambil handphonenya. Makoto yang mengiriminya pesan. Makoto menyuruhnya untuk cepat menyantap makanannya, atau itu akan dingin. Dan jangan lupa besok ulangan biologi, jangan sampai lupa belajar. Katanya.

"Biologi? Di jadwalku tidak ada peringatan besok ulangan.."

Jam 10 tepat, haruka tidur. Ia tidak memilih untuk tidur di kasur saat ini, tapi lebih memilih untuk tidur di futon di ruang tamu– tempatnya makan tadi.

Jika sudah pagi, seperti biasa haruka berendam sambil menunggu kedatangan makoto. "Haru. Nanti telat, loh mou..."

Makoto tau kalau haruka belum sarapan pagi sama sekali. Ia pun menyiapkan sarapan untuk haru. "Tada, makerel dengan tamagoyaki dan rumput laut, gimana?"

Tanpa aba-aba, haruka langsung menyantapnya. "Um, enak."

.

"Aah! Ternyata nggak ulangan." kata makoto yang sedang berjalan ke gedung nagisa dan rei bersama haruka.

"Untung aku nggak belajar. Memangnya kau dapat kabar darimana?" tanya haruka.

✓ Deep swim | Free FF | makoharuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang