'Allahuakbar allahuakbar!'
Lantunan adzan merdu terngiang ditelingaku. Suara itu resmi membangunkanku. Sungguh, selama aku berada di pesantren ALWA ini tiada yang bisa membandingi lantunan adzan ini. Entah siapa yang melantunkannya. Hatiku berdebar saat mendengarkannya.
Aku. Asyifa Dialova. Santriwati ALWA. Alwa, begitulah para santri menyebutnya. Al-Huda Wal Hidayah jelasnya.
Pesantren ini memiliki 6 kubu. 2 ndalem dan 1 ndalem putri kiai, 1 musholah, 1 temat tinggal santriwati, dan 1 lagi tempat tinggal santriwan.
Pesantren ini lumayan besar. Nuansa dinding pesantren bercat hijau tosca. Bersekat tirai hitam sebagai tabir antara laki-laki dan wanita. Hingga para santri memiliki, barang siapa yang melewati tabir pembatas tanpa seizin orang ndalem akan terkena ta'dzir yang tidak ringan.
Oleh karenanya, satupun santri maupun santriwati tidak ada yang berani melewatinya tanpa seizin orang ndalem.
Santri menjadi orang asing bagi santriwati. Begitupun sebaliknya. Peraturan disisni cukup ketat. Hingga tidak ada satupun yang berani melanggar peraturan.
__________________________
#20082019
_adesalamJazakumullohukhoironkatsiron
(Jangan lupa baca Qur'an)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lantunan Rasa (Jangan Torehkan Titik Hitam Dihatiku.)
General FictionAdakah kalian memiliki seorang teman pembenci makhluk Allah yang bernama laki-laki? Jika tidak, disinilah kalian menemukan apa yang kalian cari. Ya, di cerita yang belum genap sempurna ini. Cerita ini menceritakan tentang- Lantunan kalam ilahi pem...