3

12 3 0
                                    

Masih denganku. Ya, aku masih Asyifa Dialova. Aku masih menjadi aku. Yang benci terhadap dosa.

Berbicara tentang dosa. Siapa yang tak membenci dosa? Tiada bukan? Jelas semuanya tak suka berdosa. Meskipun banyak yang melakukannya.

Salah satu penyebab dosa bagiku adalah-

Para ikhwan.

Okey, mungkin hanya aku yang sedikit memiliki rasa aneh terhadap para ikhwan. Dan jelas, selama satu tahun aku berada di pesantren aku semakin tak menyukai makhluk Allah yang satu itu. Semuanya. Aku tak menyukai semua hal dari para ikhwan. Kecuali Ayah dan Abah pengasuh ponpes.

Jika kalian bertanya bagaimana dengan kakek?
Kakek ku sudah tiada saat aku belum dilahirkan. Jadi tidak perlu dijelaskan.

Satu kata untuk para ikhwan dariku-

'Lancang'

Itulah kata yang pantas untuk mereka. Entah apa yang terjadi padaku hingga aku tak begitu menyukai makhluk tuhan itu.

Merekalah penyebab bertambahnya dosa ku. Meskipun jika aku berhalal dengan salah satu mereka justru membawa banyak pahala untukku.

Lebih tepatnya lagi, aku benci melihat ikhwan. Apalagi jika mereka tak menundukkan pandangan. Sungguh lancang. Seakan memandang para akhwat tanpa takut dosa.

Itulah mengapa aku sungguh membenci hal itu. Dan sekarang-
Aku berada di shaf dua dalam barisan sholat. Ya Allah.. ampunilah aku. Disini tak henti-hentinya aku melantunkan istighfar dan menundukkan kepala. Melihat punggungnya saja hatiku bersikeras untuk menolak. Semoga acara baca wirdunlatif ini segera berakhir.

Membaca wirdun latif setelah subuh memanglah rutinitas ponpes ALWA, hingga banyak yang tertidur dengan posisi duduk memegang kitab dan mengantuk. Adapula yang bahkan tertidur. Hal seperti itu sudah biasa. Bahkan saat sholat subuh pun ada yang tertidur sambil berdiri.

Tak lama setelah itu rangkaian acara setelah subuh telah terlaksana. Tanpa aba-aba akupun langsung membalikkan badan lalu menuju ke tempat persemayamanku dengan ayunan kaki yang kencang. Aku berlari. Lariku semisal orang dikejar hantu. Tapi berbeda denganku, aku dikejar serentetan dosa.

Hingga, kakiku terhenti tepat di pintu kamarku dengan nafas yang masih terengah-engah. Aku hanya takut dosa. Dan ALLAH.

Pipiku sudah basah karena ulah air bening yang tanpa aba-aba meluncur membasahi pipiku. Kalau bisa aku ingin menilangnya. Tapi sayangnya aku bukanlah polisi yang bertugas menilang air mata.

Terdengar suara hentakan kaki kearahku yang sedang terduduk disamping tempat tidur.

Terasa juga satu telapak tangan mendarat di bahuku. Sontak, aku langsung membalikkan badan.

"Kamu kenapa? Ada masalah? Bisa cerita..??" Suara yang sangat kukenal. Itu suara milik Risa.

Selanjutnya aku hanya menggelengkan kepala sebagai jawaban dari pertanyaannya.

"Yasudah, ayok ke taman.. mungkin kamu bisa sedikit tenang. Untung ini hari libur sekolah. Dan orang ndalem akan pergi ke semarang. Jadi ngaosnya libur.." Katanya yang langsung kusambut dengan anggukan.

Selepas itu, aku dan Risa pergi ketaman. Disana kami ber cerita-cerita. Dan alhasil, dia menceritakan seseorang yang spesial dimatanya. Aku hanya cukup mendengarkan. Dan kulihat dia begitu menyukai orang yang diceritakan.

Cerita kami tak cukup sampai disini. Namun kami juga membahas tentang rencana sekolah yang akan dilaksanakan 3 minggu lagi. Semula aku tak mengetahui hal itu. Saat Risa membuka bicara mengenai rencana pihak yayasan, aku serasa ingin menolak. Aku tak menyukai itu.

YaAllah, kau tahu aku tak menyukai ini, kau pun tahu aku membenci ini...

_____________________________

#22082019
_adesalam

Syukron jazilan..
(Jangan lupa baca Qur'an)

Lantunan Rasa (Jangan Torehkan Titik Hitam Dihatiku.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang