1

67 3 2
                                    

Allah...

Ku titipkan doa demi KALAM CINTA...
Ku nantikan dia hingga halalnya ada...
Jika untaian doa disepertiga malamku mampu menghadirkan kalam cinta yang ku tunggu...
Maka,
Kabulkan setiap untai kata yang ku sebut dalam doaku YA ROBB...
Hadirkan dia yang mampu mendekatkanku denganMu...
Hadirkan KALAM CINTA dengan balutan petunjukMu...
Allahku... kutitipkan KALAM CINTAKU padaMu hingga kalam itu sendiri yang menyatukanku dengan cintaMu.
__________________________________

Aku,
Jadilah aku,
Yang menggapai mimpi tanpa takut terlalu tinggi,
Yang memuncak tinggi tanpa takut terjatuh lagi,
Lagi, dan lagi,
Yang tanpa lelah berjuang dijalan ilahi,
Yang mengabdi tanpa ingin pamrih,
Yang berjuang tanpa menyingkirkan,
Yang mengalah bukan karna kalah,
Ya, jadilah seorang pemberani,
Jadilah penyejuk hati,
Jadilah api yang disegani,
Jadilah penguat hati,
Aku,
Jadilah aku,
Tanpa menjadikanku orang lain,
Jadilah diriku sendiri.

***

______

Pagi ini begitu cerah. Secerah senyumku menyambut sang mentari. Ya, tidurku terganggu oleh cahaya terang benderang dibalik tirai tepatnya dari jendela yang bernuansa putih bening nan bersih itu. Kicau burung menyambut siapapun yang terbangun pagi ini, merdu sekali. Hembusan angin masih menyergai dingin ditepi kulit setiap insan yang beraktivitas dipagi buta ini. Saat aku membuka jendela bertirai putih di depanku, kulihat pemandangan hijau membentang hingga entah jauhnya tak terukurkan.

Aku Naisyila, Naisyila Putri. Anak desa terpelosok yang ingin menggapai cita-cita setinggi langitku. Ayahku seorang petani. Ibuku seorang pedagang. Ya, ibuku mempunyai toko kecil-kecilan di rumah. Saat itu usiaku masih 14 tahun. Sedangkan rata-rata teman sekelasku berusia 15 hingga 16 tahun. Akulah yang termuda. Hingga salah satu temanku memanggilku dengan panggilan 'anak kecil'. Tapi tidak dengan sekarang. Usiaku sudah 17 tahun. Dan jelas aku sudah menginjak dewasa.

Aku hidup di lingkungan beragama Islam. Tentunya agamaku Islam. Ayahku adalah seorang bertanggung jawab terhadap keluarga. Sangat amat bertanggung jawab. Keluarga baginya adalah nomer satu. Dia sungguh ayah kebanggaan. Dan ibuku. Dia begitu penyabar. Idaman, kata itu pantas menjadi gelar untuknya.


Aku sungguh bersyukur mempunyai keluarga seperti yang kumiliki sekarang. Ini sungguh melebihi apa yang ku inginkan.

Orang tauaku sukses mendidikku hingga aku memiliki gelar Hafidzoh juga meraih mimpi menjadi seorang pesholawat yang berhasil membumikan sholawat dikalangan remaja. Mimpiku yang pertama sebelum semuanya terwujud adalah- Pesantren. Aku memimpikannya. Sungguh dan sangat memimpikannya. Hingga kalam cinta menghampiriku berbalut untaian doa yang kupanjatkan disetiap malamku.

Kalam cintaku ini, adalah kalam cinta impianku.

Dan....

Inilah kisahku...

__________________________________________

#20082019
_adesalam

Jazakumullohukhoironkatsiron
(Jangan lupa baca Qur'an)

kalam CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang