4

21 4 4
                                    

Naisyila pov

Pagi menggelarkan karpet cerahnya. Pemandangan semakin indah atasa pantulan cahaya cerah pagi ini.

Hari ini ayahku pergi ke sawah. Seperti biasanya aku harus mengantarkan rentengan makanan ayahku tepat jam sebelas.

Sambil menunggu jam sebelas aku belajar pelajaran sekolah. Tak ada kegiatan lain selain itu.

Hari ini aku tidak bersekolah, karena memang ini sedang libur pasca Idul Fitri. Liburnya panjaaaaang sekali. Hingga aku dituntut belajar sendiri di rumah.

Sekarang zaman sudah canggih. Hingga sedikit kesulitan dalam belajar saja bisa selesai dengan menyentuh layar dari benda kotak lonjong. Semua begitu praktis dan mudah. Namun banyak yang masih mengeluh, bahkan ada yang menyalah gunakannya.

Tak terasa jarum panjang jam menunjuk pada angka dua belas, sedangkan jarum pendek menunjuk pada angka sebelas, yang artinya itu adalah jam sebelas tepat.

Ya, aku sekarang harus bergegas untuk mengantarkan rantang berisi makanan untuk ayah.

Author pov

"Kring...!!"

Bunyi sepeda itu jelas terdengar. Setiap Naisyila pergi kemana-mana, sepedalah teman Naisyila dalam perjalanan.

"Pagi mbok.." Sapa Naisyila kepada seorang yang meneteng rantang makanan.

"Iya nduk... arep ring ndi jam semene?" Tanya orang yang dipanggi 'mbok' oleh gadis cantik bernama Naisyila itu.

"Biasa mbok.. " sambil tersenyum.

Tak bersepeda lama, ban sepeda Naisyila berhenti di sebuah gubuk di tepi persawahan milik ayahnya. Gubuk beratap daun kelapa kering yang disulap menjadi apik dan sederhana. Sungguh membuat siapa saja yang melihatnya nyaman.

"Ayah ayo makan, nih Nay bawain semur jengkol sama lodeh daun singkong.. pasti suedep poko'e..." ujar Naisyila agar ayahnya segera menyusul Naisyila.

Ibu Naisyila memanggilnya dengan panggilan singkat yaitu Syila. Sedangkan ayahnya lebih singkat, dengan panggilan Nay. Berbeda namun satu tujuan.

"Iya nduk.. sek, iki nanggung.." Jawabnya seraya membereskan barang yang dibawa ayahnya.

Sambil menunggu ayahnya, Naisyila menyiapkan makanan yang berada di rantang. Setelah semuanya siap, Ayah Naisyila pun menyusul anaknya.

Hening beberapa menit.

.

.

.

"Nduk.. " Percakapan pun dibukan sang Ayah.

"Iya yah.." Sahut Nay yang merasa dipanggil.

"Kamu beneran pengen masuk pesantren?" Tanya sang ayah yang langsung disambut anggukan oleh Naisyila,
meskipun dengan raut wajah yang agak di tekuk mengingat apa yang didengarnya semalam.

"Doain ayah supaya kamu bisa cepet nyantri." Kata ayahnya di sela-sela makan sang ayah.

"Iya yah.. insyaalloh.." kata Nay dengan nada pelan.

"Mau kapan masuknya?" Tanya sang ayah saat mulutnya penuh dengan makanan sehingga suaranya sedikit berubah.

"Secepatnya." Ujar sang anak dengan singkat.

"Oke ayah turutin, besok lusa kamu ayah masukin ke pesantren Al-Fath yah." Ujar sang ayah yang membuat anak semata wayangnya iyu teesedak.

"Uhuk uhukp.."

"Minum-minum-minum... nih minum dulu.. kenapa kaget? Seneng apa gak seneng?" Goda sang ayah dan menyadongkan minum untuk sang anak.

Naisyila pov

Demi apa? Aku besok lusa masuk ke pesantren?

Ya Allah.. Sudah berkali-kali kau tunjukkan skenario terbaikmu untukku. Dan kini, kau sungguh menorehkan naskah bahagia dalam ceritaku.. SYUKRON LILLAH YA ROBB..

Batin syila dalam hati. Ia sungguh bahagia. Entah wujud syukur yang bagaimana yang harus ia praktekkan. Hatinya sekarang sungguh bahagia.
(Author)

"Beneran yah?" Tanyaku tak percaya.

"Iya, " Jawab ayah mengangguk mantap.

Sontak akupun langsung menyalimi ayah yang tangannya masih memegang sendok lalu berlari menuruni gubuk dan sujud tilawah seketika itu juga.

Ya Robb.. kejutanmu begitu indah dan tak terduga. Mungkin beribu syukur tak mampu mengimbangi apa yang kau beri padaku.

***

Setelah kegiatan Naysyila dan ayahnya selesai aku kembali pulang ke rumah. Seperti biasanya, jika tidak belajar ia hanya bergulat dengan benda canggih miliknya. Apalagi jika bukan handphone? Jika tida membuka aplikasi wattpad pastinya ia hanya membuka instagram, karena ia sangat malas untuk membuka aplikasi watsapp ataupun facebook.

Kebetulan saat itu tangan Naisyila tak sengaja memencet tombol IG (instagram) pada layar benda balok pipih nan canggih miliknya. Hingga gambar seorang lelaki dan tertera tulisan '_alfarmaulana' di bagian pojok kiri atas yang sedang bersenandung sholawat. Sepertinya itu namanya. Lantunan sholawatnya begitu merdu.

Jantung Naisyila tak lama kemudian berdetak kencang tak terkontrol. Ia kagum dengan lelaki muda yang gemar bersholawat itu. Sepertinya ia mulai menyukai sosok pesolawat  itu. 'Ah mana mungkin, gadis-gadis diluar sana banyak yang mengaguminya, bahkan banyak yang lebih cantik dan perpendidik, dan aku gak mungkin mencintainya...' batinnya merendah dan bermonolog.
Karna memang tak sedikit gadis yang mengagumi sosok Alfar. Dia bukan hanya pesolawat terkenal. Dia pemuda yang sholeh dan pastinya akan ada wanita sholeha yang akan pantas menjadi pendampingnya.

Ya robb, aku titipkan segala yang menjadi masa depan terbaikku padamu. Kau tahu dan selalu tahu apa yang terbaik untukku. Gumam Naisyila dalam diam.

___________________________

#23082019
_adesalam

Syukron jazilan
Jangan lupa baca Qur'an.

kalam CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang