A Day In Autumn - Promise

423 31 5
                                        

"Jangan pernah datang tanpa mau pamit dengan benar. Datang dan menetap saja. Aku sudah cukup sakit karena kehilangan."

🌻🌻🌻


Hana kembali meraih sepedanya. Melanjutkan kembali perjalanan yang sempat tertunda. Hingga sebuah telepon mengharuskan nya belok ke lain arah.

"Hana-ya, datanglah ke rumah Nyonya Sora. Ia meminta mu kesana secepat mungkin. Alamat nya sudah ku kirim. Segera datang dan cepat kembali ke toko setelah nya."

Panggilan dari Eun Bi membuat nya harus mengayuh sepeda secepat mungkin. Ia tiba-tiba merasa sangat khawatir. Tidak biasanya bos nya itu menyuruh nya datang ke rumah.

Tidak, ini bukan khawatir saja. Hana memukul dadanya pelan. Detak jantung nya berdetak terlalu cepat. Hana juga merasakan ketakutan. Entah karena apa.

Perasaannya semakin tidak enak saat melihat gerbang berukir yang menjulang tinggi di hadapannya. Terlihat tertutup dan misterius. Hana tidak bisa membayangkan ada apa saja didalam bangunan yang ia perkirakan luasnya hampir sama dengan gedung sekolah. Besar, kelewat besar untuk disebut sebagai sebuah rumah.

"Jika bisa akan ku bawa anak itu ke rumah. Akan ku bakar dia hidup-hidup agar ia tahu bagaimana rasanya kehilangan seorang anak."

Hana berjengit ketakutan. Teringat Sora marah pada seseorang lewat telepon beberapa waktu lalu. Beberapa bulan setelah itu ia tak pernah muncul lagi di toko bunganya. Tempat kerja Hana. Wajarlah jika sekarang ia merasa ketakutan. Ingatan terakhirnya dengan Sora membuat buku kuduknya berdiri. Dan kini, tiba-tiba Sora menyuruhnya harus datang mengunjunginya. Ada apa?

Bagi Hana, Sora lebih dari seorang bos baginya. Ia adalah perempuan yang mengangkat Hana dari segala keterpurukan ekonomi dan hidup. Membantunya dari banyak kesulitan yang ada. Orang paling berjasa bagi Hana yang sudah hidup sendiri semenjak tujuh tahun lalu.

Memberinya pekerjaan, menjadi wali baginya di sekolah, dan tempat bagi Hana mendapatkan pelukan dari seorang Ibu. Hana menyayanginya.

Meski beberapa kali Hana mendapati perangai buruk dari wanita separuh baya itu. Melemparkan barang saat marah, memaki seseorang lewat telepon ; yang Hana pikir pada orang yang sama, dan selalu menangis tiba-tiba tanpa alasan jelas. Tangis yang selalu berhenti tiap kali memeluk Hana.

"Aku tidak bisa menangis jika bukan di depanmu. Aku merasa kau bisa menenangkan ku, Hana."

Rumit, penuh teka-teki, kemarahan dan kesedihan yang terpendam. Hana bisa menangkap itu dari diri Sora, begitu juga di balik senyumnya yang selalu tak pernah luruh. Saat menangis pun, ia akan tetap tersenyum. Daripada terlihat bahagia, Hana lebih melihat kesengsaraan disana. Sisi gelap Sora yang hanya diketahui oleh Hana.

"Apa yang kau lakukan disini?"

Hana hampir berteriak karena kaget. Ia mengusap dadanya sebentar dan menatap pria yang membukakan gerbang.

"Aku Hana-- " katanya ketika menunjukkan kartu nama pada pria tersebut.

"Pegawai Nyonya Sora. Dia menyuruhku untuk datang kemari."

Pria itu terlihat kaget dan buru-buru menarik Hana masuk ke dalam.

"Kau Min Hana?" tanya nya dengan suara pelan. Raut wajahnya yang semula galak berubah ketakutan.

"Iyah, Ahjussi." jawab Hana dengan suara yang ikut pelan.

Mereka berada di samping ruangan keamanan. Berdiri di sudut dengan Hana yang di halangi oleh pemuda yang memperkenalkan dirinya sebagai Namjoon. Ia sangat tinggi bagi Hana yang hanya 164 cm. Hana harus mendongak untuk menatap wajahnya saat mereka bicara.

A Day In AutumnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang