"Kau yakin ini tempatnya?".
Jongin melepaskan kacamata hitamnya saat mobil yang ia kendarai sampai di sebuah perumahan kumuh dan sepi. Matanya menatap kearah sekeliling seraya menyipit.
"Kau meragukan kemampuan ku membaca peta?", dengan wajah sebal Jennie memasukkan kembali ponselnya kedalam saku roknya. "Ini benar alamat yang Sehun kirimkan, kalau kau tidak percaya maka harusnya kau menanyakan kebenarannya kepada Sehun".
"Tapi untuk apa seorang anak CEO perusahaan kakap berada di wilayah kumuh seperti ini hah?".
Pertanyaan Jongin justru membuat Jennie mendengus.
"Detektif yang terhormat. Bisa saja dia pergi ke daerah kumuh seperti ini untuk bersembunyi. Kenapa kolot sekali si?". Jongin lantas langsung menatap Jennie dengan dahi berkerut. Sementara wanita itu dengan santai langsung keluar dari mobil klasik milik Jongin.
Membuat Jongin langsung bergerak menyusul wanita, "Yah! Kau di belakang ku". Dengan cepat Jongin mengejar Jennie yang entah kenapa dengan kaki pendeknya; gadis itu bisa berjalan dengan cepat.
"Kau tidak memiliki senjata, jadi kau harus berada di belakang ku". Titah Jongin yang dibalas gelengan kepala oleh Jennie.
"Aku punya tangan. Dan itu senjata ku".
"Ya--". Protes yang ingin Jongin ajukan terpaksa Jennie bungkam dengan tangannya, karena telinga wanita itu menangkap suara bunyi pergerakan.
Matahari yang mulai tenggelam dan suasana yang sepi sedikit membuat suasana menjadi agak mencekam. Terlebih di sisi kanan kiri mereka hanya ada bangunan kumuh tak terurus. Jongin sendiri dengan sigap langsung menggenggam pistolnya.
"Kau berjalan di belakang ku, pasang telinga mu baik baik". Bisik Jongin yang langsung di turuti oleh Jennie.
Wanita itu berlindung di balik punggung Jongin yang tegap. Sementara kedua lengan Jongin terulur ke depan sembari tangannya yang menggenggam pistol dengan kuat.
Mereka berjalan secara perlahan.
Suara gesekan sepatu dengan lantai semen kasar kembali terdengar. Dengan sigap Jongin memutar tubuhnya dan memeriksa keadaan sekitar. Jennie sendiri masih bersikap tenang meski harus ia akui kalau dia menjadi sedikit ketakutan. Wajar bukan?
"Jongin-ssi, kurasa suaranya berasal dari sana". Bisik Jennie seraya dagunya yang terarah kesebuah pintu gubuk yang terbuka.
Jongin lantas bergerak kearah yang Jennie maksud.
Namun sebelum mereka tepat sampai di gubuk. Sebuah leser hijau terarah ke dahi Jongin. Membuat Jongin maupun Jennie menghentikan langkah kaki mereka.
"SIAPA KALIAN?".
Suara itu terdengar dari sebuah pengeras suara.
Jongin menelan ludahnya dengan sedikit gugup, perlahan dia mengacungkan lencana yang ia punya.
"Kami dari kepolisian, kami kesi---".
"BUKAN AKU PELAKUNYA!".
Suara itu terdengar lebih kencang, membuat Jennie refleks menutup telinganya.
"Apa kau Kyuhyun?" tanya Jongin dengan tangan yang masih siaga memegang pistol dan lencana, "Kalau iya, kami hanya ingin berbincang sebentar dengan mu".
"SUDAH KU BILANG BUKAN AKU PELAKUNYA!".
Jongin menutup matanya guna meredam rasa emosi.
"Kyuhyun-ssi... Tujuan kami kemari bukan untuk niat buruk, kami hanya mau bertanya kepada mu secara baik baik". Jennie angkat bicara dan bergerak untuk berdiri di samping Jongin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Smooth Criminal
AcciónDetektif Kim Jongin. Seorang detektif muda yang terkenal akan kepandaiannya dalam memecahkan kasus kasus kejahatan yang terjadi di Ibu Kota. Hingga suatu saat akhirnya ia mendapatkan tugas yang cukup berat karena dia harus membongkar kasus pembunuh...