01 | Brother

102 9 4
                                    

Suasana pagi yang dingin membuat kulit putih pucat gadis bernama lengkap Yoo Narru merasa merinding kedinginan.

Pagi ini Narru datang ke sekolah lebih awal, ya dia tidak ingin terlambat lagi.

Kemarin ia sampai di sekolah hanya lewat 1 menit, ia harus membersihkan semua kamar mandi di sekolahnya.

Ahh Jika Narru mengingat kemarin betapa melelahkan nya hari itu. Oleh sebab itu datang lebih awal akan membuat semua baik-baik saja pikirnya.

Terlalu pagi. Iya jika Narru fikir lagi ia malah datang terlalu pagi. Embun masih terlihat jelas.

Siapa yang ada disekolah pagi buta seperti ini? Mungkin murid yang dapat jadwal piket kelas.

Atau mungkin hanya ada penjaga sekolah? Ahh terserah fikirnya lagi, yang terpenting ia tidak telat.

Ayah dan Ibu nya akan mengoceh jika Narru membawa nama kedua orang tua nya untuk suatu pelanggaran.

Kedua orang tua Narru adalah orang yang disiplin, taat peraturan, dan fokus terhadap pendidikan.

Tentu saja, Ayah Narru seorang dokter, Ibu Narru adalah salah seorang dosen di univ ternama di Jakarta.

Tak heran jika Narru sering tidak diperbolehkan keluar seperti remaja pada umumnya dan hanya melihat buku saja sepanjang hari.

Walau orang tuanya seperti itu bukan berarti Narru harus seperti itu juga, iya kan? Meski kata orang-orang buah tidak jatuh jauh dari pohonnya.

Narru hanya gadis yang biasa-biasa saja, terlalu disiplin tidak, terlalu taat peraturan tidak juga, fokus terhadap pendidikan? Ahh apalagi itu.

Narru gadis cantik, berdarah korea tetapi tinggal dan besar di Indonesia untuk mengikuti orang tuanya bekerja.

Kau tau? Ayah Narru pernah mengatakan ia benci dengan tanah kelahirannya, meski Narru selalu bertanya mengapa? ayah nya hanya berkata 'esok kau akan tau sendiri'.

Dasar Narru yang tidak terlalu perduli hanya mengangguk saja waktu itu.

Narru sampai di depan gerbang sebuah gedung besar, salah satu SMA swasta yang ada di Jakarta. SMA 119 Jakarta.

Narru membuang nafas lega, itu karena untung saja gerbang sekolah terbuka dan sudah tidak tergembok.

Jika tidak, Narru mungkin tidak bisa masuk sekarang dan menunggu beberapa menit kedepan agar penjaga sekolah membuka gembok gerbang itu.

Narru nempercepat langkah menaiki anak tangga untuk menuju ke sebuah ruangan yang bercat putih bersih yang berada di sebelah kanan setelah tangga akhir usai.

Kelas Narru kini terlihat. Narru melangkahkan kaki masuk ke ruangan itu. Kau tau? Benar saja hanya Narru sendiri di kelas itu.

Setelah menaruh tas di kursi, Narru bergegas keluar menunggu seseorang di taman sekolah. Iya itu lebih baik daripada duduk di kelas dengan suasana sunyi tidak ada seorang pun.

Sesampai nya di taman, Narru duduk dibangku yang biasanya ia duduki jika ia ke taman itu, bisa dibilang bangku taman favorit nya.

Sambil membaca buku novel yang belum habis ia baca, juga dengan headset yang bertengger di telinga nya dan memutar beberapa lagu favorit nya.

Keadaan seperti ini yang membuat Narru merasa senang.

Narru menyukai suasana sepi seperti saat ini. Hanya ada dirinya dan angin. Itu nyaman baginya. Rasanya tak perlu ada yang dikhawatirkan.

Narru memejamkan mata, hanyut dengan suasana yang ia buat sendiri. Alunan music yang terputar dengan sendiri nya, membuat dirinya tidak ingin bangkit dari tempat duduknya saat ini.

Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang