02 | Begin

73 9 2
                                    

Narru menatap ke arah Arkana dan motor nya yang menghilang dari pandangan setelah melewati pengkolan di ujung jalan.

Narru senang hari ini.

Tetapi jika di ingat lagi. Ini pertama kali nya Narru sehabis pulang sekolah tidak langsung pulang ke rumah.

Narru menarik nafas dalam-dalam dan membuka pagar rumah nya pelan. Dan menutupnya kembali.

Narru berdoa agar nanti di dalam tidak ada perang dunia. Ia memohon agar ke dua orang tua nya memaklumi dan mendengarkan penjelasan nya.

Sekarang Narru tiba tepat didepan benda kayu bercat putih, benda yang biasa saja itu kini tampak sangat kokoh. Apakah ini karena kekhawatiran nya yang membuat segala sesuatu seolah-olah menjadi berat?.

Kini dengan mengumpulkan semua keberanian yang ia miliki, ia memegang gagang pintu itu dan menekannya ke bawah.

Pintu putih itu terbuka. Membuat Narru mau tidak mau menghadapi semua yang akan terjadi nantinya.

Narru faham walau serapi mungkin ia menyusun alasan kedua orang tua nya tidak akan mau mendengarkan.

Salah tetap salah. Ya, seperti itu.

Kini apa yang akan terjadi? Narru hanya berserah diri.

Ketika memasuki ruang keluarga, tidak ada keberadaan kedua orang tua nya.

Mungkin sibuk dengan urusan masing-masing. Ya seperti itu lah, untung-lah Narru masih diperhatikan. Walau tidak sepenuhnya.

Syukur fikir Narru kedua orang tuanya tidak tahu ia pulang. Setidaknya aman untuk sementara.

Namun ketika ia baru saja ingin melangkah ke lantai atas. Tepat ketika ia mendengus lega. Ayah nya memanggil. Tamat sudah fikir Narru.

Narru hanya diam mematung ditempat, sambil menunduk. Ayah nya berdiri tepat didepan ruang kerjanya, ayah Narru hanya menatap Narru dingin. Terlihat jelas dari sorot matanya.

Narru bingung. Apa yang ia katakan jika ayah nya membuka mulut?. Ia bahkan tidak pandai merangkai kata.

"Narru-ya." Narru mendongak. Bukan ayah nya yang berbicara tetapi Sang Ibu. Kacau. Kini kedua orang tua nya sudah lengkap. Ucap selamat tinggal untuk dirimu Narru. Batin Narru.

"Ye?." , Entahlah orang-orang pasti iba ketika melihat wajah Narru sekarang.

"Eodi chulsin iseyo?."
(Kau darimana?)

Kedua orang tua Narru akan berbicara menggunakan bahasa korea di waktu tertentu. Seperti ini contohnya. Ketika sedang menyidang Narru.

"Arkana hamkke gada."
(Pergi dengan Arkana).

Ibu Narru tidak lagi bertanya. Ibu nya diam sekarang. Ayah nya akan menggantikan Ibu nya sekarang, fikir Narru.

"Narru-neun jalassda." Setelah selesai mengatakan kalimat itu, Ayah nya tersenyum, tersenyum miring lebih tepatnya. (Narru tumbuh dewasa)

Entahlah itu pujian atau sindiran. Disaat seperti ini ayahnya mengatakan kalimat seperti itu, bukan-nya membuat Narru bahagia melainkan membuat Narru takut. Jelas saja.

Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang