Part 1

9 0 0
                                    

Seorang siswi SMA berambut panjang berjalan menyusuri koridor sekolah, dengan santai namun pasti dia terus melangkahkan kakinya menuju kelas yang sudah satu tahun ini menjadi tempatnya belajar. Terlihat tangan kanan gadis itu membawa tumpukan buku, sesekali tangan kirinya membenarkan anak rambutnya yang terbawa angin dan menghalangi penglihatannya.

Senyum kecil, itulah yang diperlihatkannya ketika siswa-siswi lain menyapa dirinya. Siapa memang yang tidak kenal dengannya? Arletta Earlene, anak dari Komite sekolah SMA Yudistira. Berparas cantik dengan pahatan sempurna dan berprestasi. Membuat semua mata memujanya, itulah yang terjadi jika bibirnya membentuk lengkungkan indah. Tidak ada seorang pun yang mampu mengelak akan pesona nya, memang.

Saat sampai didepan kelasnya, dia sudah dihadang oleh seorang pemuda. Tampan, gila dan brengsek, itulah yang ada dipikiran Arletta tentang cowok yang ada didepannya ini.

"Ngapain Lo?." Tanya Arletta dengan menaikkan sebelah alisnya.

"Nungguin Lo Ta." Jawabnya dengan senyum penyesalan.

Yang diajak bicara hanya berdecih dan berusaha menghindari cowok ini dengan berlalu kedalam kelas, bahunya ditahan oleh tangan kekar cowok tadi.

"Plis Ta, dengerin penjelasan gue." Tahan cowok itu pada Arletta.

"Kita udah berakhir Dev, dan gue gak peduli sedikit pun sama semua yang keluar dari mulut sampah Lo itu." Sarkas Letta berusaha menghempaskan tangan Devan dari bahunya. Perlu kalian tau, Devan adalah mantan Letta yang baru dipergokinya kemaren sedang berpelukan dengan cewek lain.

Dilihatnya sekeliling Arletta dan Devan, semua mata tertuju pada dua manusia yang sedang beradu mulut. Tapi mereka berdua tidak peduli.

"Tapi gue masih sayang Lo Ta, plis maafin gue."

"Cih, gue gak percaya itu asal Lo tau."

"Plis Ta .. maafin gue, dia itu cuma .."

Sebelum Devan melanjutkan ucapannya, terlihat seorang gadis yang tiba-tiba memeluk lengannya dengan manja, bak seorang ... Penggoda.

"Sayang, kamu kemana aja? Kok gak jemput aku, aku nyariin kamu loh." Ucap cewek itu pada Devan, masih merangkul lengan Devan. Arletta yang melihat itupun tersenyum miring. Devan, terkejut dan salah tingkah.

"Cuma apa? Cuma simpenan Lo yang sayangnya udah ketauan sama gue? Cih, Jadi ini cewek yang bikin Lo khianatin gue? Dasar cewek penggoda!" Ucap Letta sambil mendorong bahu cewek itu. Devan yang melihat itupun langsung menghentikan Letta.

"JAGA BICARA LO TA!!!" teriak Devan dengan membentak, Letta seketika melongo. Sesaat kemudian dia tertawa meremehkan.

"See? Sekarang Lo berani ngebentak gue karna belain dia. Cewek ganjen yang gak punya hati! By the way, kalian cocok. Yang cowok pengkhianat dan yang cewek penggoda. Pasangan serasi, dan bakal bareng-bareng hancurnya!" Sarkas Letta dengan menunjuk muka cewek pelakor tadi.

"Minggir Lo berdua! sampah!" Ucap Letta kemudian berlalu dari sana.

Devan yang malu pun membawa cewek itu pergi dari kerumunan yang ada disana. Banyak mulut yang membicarakan mereka berdua. Mulai dari mengasihani Letta, mengeluarkan sumpah serapah untuk Devan dan si pelakor, dan yang lainnya. Arletta yang masa bodo tidak peduli langsung mendudukan dirinya dibangku urutan nomer dua dari kanan. Disana sudah ada sahabatnya yang menatap Arletta dengan iba.

"Ta, Lo nggak apa-apa?" Tanya Navya, sambil merangkul Letta.

"Iya Ta, Lo baik-baik aja kan?" Jill yang sama khawatir nya dengan Navya pun ikut bertanya.

"Lo berdua apa-apaan sih? Jelas gue gak apa-apa, gue baik-baik aja. Lo berdua gak liat gue sehat walafiyat dari kepala sampe ujung kaki?" Ucap Arletta dengan senyuman, menjawab pada segala kekhawatiran yang dilontarkan sahabatnya, berusaha meyakinkan bahwa dirinya baik-baik saja walaupun yang terjadi memang sebaliknya.

"Hm, ya udah lah ya. Gak guna juga Lo galauin bajingan kaya dia. Mending Lo cari yang pasti-pasti aja, Lo cantik, sayang kalo disakitin si bangsat itu." sinis Navya.

"Wih bahasa Lo Nav." Jill yang mendengar kata-kata umpatan yang dilontarkan Navya pun hanya bertepuk tangan dan terkekeh, begitu juga Arletta.

"Udah-udah, jam pelajaran bentar lagi mulai." Ucap Arletta menyudahi percakapan dengan kedua sahabatnya itu dan mereka berdua segera duduk di bangkunya masing-masing.

------

Saat bel istirahat berbunyi, Arletta memilih menyendiri di rooftop. Dia terduduk lesu dikursi panjang yang menghadap pada pemandangan gedung-gedung yang menjulang tinggi.

Langitnya cerah, tapi tak secerah hati Letta saat ini. Arletta membuang nafasnya kasar. Matanya tertuju kedepan, tatapannya kosong, pikirannya melayang teringat bagaimana dalam nya Devan menyakiti hatinya.

Setega itukah Devan? Bagaimana bisa? Seseorang yang Letta kira mencintainya dengan tulus, seseorang yang sudah menemaninya sejak satu tahun lalu. Dan hari ini, semua kebahagiaan berakhir karna orang itu juga. Orang itu telah mengkhianati nya, dia memeluk wanita lain, didepan matanya. Kejadian itu serasa berputar di otaknya, seperti video yang diplay berulang-ulang.

Dadanya terasa sesak, hatinya serasa ditusuk ratusan jarum tajam. Tanpa sadar dirinya meneteskan air mata, perlahan namun pasti ... Bahunya merosot, kedua tangannya menutupi wajah yang basah karena air mata. Badannya terguncang menahan agar isak tangisnya tidak pecah saat ini juga.

Dari pintu rooftop yang berada dibelakangnya, disana ada dua sahabat Arletta. Menatap punggung Arletta yang membelakangi mereka berdua, bahunya terguncang. Sesaat mereka berdua saling tatap.

"Udah gue duga, dia gak mungkin baik-baik aja Jill. Gue tau dia gak mau terlihat lemah didepan Devan, dia nyimpen sakitnya sendirian." Ucap Navya dengan nada yang lemah, merasa iba dengan sahabatnya ini.

"Lo bener Nav, dia mungkin terlihat baik-baik aja didepan. Tapi kita semua gak tau gimana terpukulnya dia saat ini." Ujar Jill, setuju dengan ucapan Navya.

"Mau kita samperin?" Tanya Nav, meminta persetujuan dari Jill.

"Gak usah deh kayaknya, biarin dia tenang dulu." Navya pun mengangguk, dan mereka berdua berlalu dari sana. Meninggalkan Arletta dengan pikirannya sendiri.

---

HOLLAA!!! PART PERTAMA SEMOGA SUKA! JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT!

The ConquerorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang