Part 4

5 0 0
                                    

Bel istirahat baru saja berbunyi, seluruh siswa-siswi berbondong-bondong menuju kantin untuk mengisi perutnya yang sudah keroncongan. Tidak terkecuali Arletta dan teman-teman nya.

"Jill, Ta. Kantin yok! Laper nih junior Davyan." Ajak Navya sambil mengelus-elus perut nya. Tapi tunggu, apa tadi? Junior Davyan? Arletta dan Jill seketika terkejut dan bertanya.

"Junior Davyan?! Maksud Lo? Lo?" Pertanyaan Jill menggantung dengan raut muka bingung, begitu juga Arletta.

"Dih pikiran Lo berdua nih ya, kotor mulu kalo sama gue. Junior Davyan, cacing kremi maksud gue. Woahahahahah" Navya pun tergelak mendapati raut muka kedua temannya yang kesal dan dirinya langsung mendapatkan jitakan keras dari kedua temannya tersebut.

Arletta memutar bola matanya lelah "Yeuhhh dasar, urusin tuh Jill temen Lo."

"Temen Lo juga, Kambing!" Ucap Jill tak mau kalah.

"Udah-udah gak usah rebutan Princess, Princess Navya milik kalian berdua kok tenang aja." Ucap Navya dengan bangga dan mengibaskan rambutnya. Tsahhhhhhh, seperti itulah kira-kira. Arletta dan Jill hanya menggelengkan kepala, bingung harus membuang kemana teman yang seperti Navya ini. Hmm sangat memprihatikan ..

Saat Arletta sedang berbicara dengan kedua temannya, terlihat seorang cowok didepan pintu kelas yang tengah menatap dirinya dengan tersenyum dan tangannya seakan memanggil Arletta untuk mendekat. Arletta tau siapa itu. Ya, siapa lagi kalo bukan Gavin.

"Gavin nyamperin gue, duluan ya." Pamitnya pada Navya dan Jill. Yang dipamiti  saling bertatapan, bingung. Kenapa Arletta bisa sama Gavin? Itulah pikiran mereka berdua saat ini, tapi mereka lebih memilih mengangguk kemudian dan akan meminta penjelasan pada Arletta, nanti.

Saat sudah didepan Gavin, Arletta langsung berjalan mendahuluinya. Gavin pun dengan sigap menyamai langkah dengan cewek itu.

"Ta, Lo mau makan apa?" Tanya Gavin setelah sampai di kantin.

"Bakso, jangan pake mie, taoge nya yang banyak, gak pake kecap sama saos, sambelnya yang banyak. Terus sayurnya juga yang banyak." Ucap Arletta panjang lebar dan Gavin hanya melongo mendengar nya, berusaha mengingat apa yang dikatakan Arletta.

"Udah?" Tanya Gavin.

"Oh itu, minumnya es jeruk aja tapi jangan terlalu manis." Gavin pun mengangguk dan segera membeli pesanan Arletta.

"Nih makan." Ucap Gavin setelah mendapat kan apa yang diinginkan Arletta, dirinya mendudukan diri didepan Arletta dan memakan bakso miliknya.

"Thanks." Ucap Arletta berterimakasih dengan muka datar dan Gavin tersenyum melihatnya.

"Oh iya Ta, gue boleh tanya sesuatu?" Tanya Gavin setelah menghabiskan baksonya.

Arletta menjawab tanpa mengalihkan pandangannya yang masih menatap layar handphone nya. "Tanya aja." 

Dengan hati-hati Gavin mengajukan pertanyaan yang sangat membuat dia penasaran. "Lo kenapa bisa putus sama Devan?"

Arletta tidak percaya dengan pertanyaan yang dilontarkan Gavin, apa maksudnya? Mengapa dia membahas mantannya? Dan, mengapa dia membahas masalah privasi? Padahal dirinya dan Gavin baru tadi pagi bertemu.

"Apa urusannya sama Lo?" Ucap Arletta dan langsung pergi meninggalkan Gavin.

Gavin menghela nafas dan menyusul Arletta setelah sebelumnya membayar makanan.

"Sorry, bukan maksud gue ikut campur. Yaudah gue gak bakal bahas itu lagi. Tapi nanti pulang sekolah Lo bareng gue ya?" Ajak Gavin pada akhirnya.

Arletta bingung? Kenapa cowok didepannya ini sangat mempunyai rasa percaya diri yang tinggi? Baru saja mereka kenal, dan sudah mengajak untuk pulang bersama. Ini berlebihan.

"Lo kok jadi makin lancang? Gue bisa pulang sendiri!." Ucap Arletta dan tangannya sudah ditahan oleh Gavin saat dirinya berusaha menjauhi cowok itu.

Semua siswa-siswi yang ada dikantin menatap dua remaja yang seperti sedang kejar-kejaran ini, banyak juga yang menatap tak suka pada Arletta. Pasalnya Gavin adalah salah satu dari banyaknya cowok populer di SMA Yudistira, siapa yang tidak cemburu jika idolanya dekat dengan wanita lain bukan? Begitupun dengan tatapan murid laki-laki disana, menatap Gavin tak percaya bisa selancang itu pada Arletta, gadis yang terkenal karena sikap galaknya terhadap laki-laki.

Arletta melihat tangannya yang dipegang oleh Gavin, dia tidak suka. Sungguh.

"Lepasin gue!!!" Nada bicara Arletta sudah naik satu oktaf.

"Gue cuma mau ngajak Lo pulang bareng Ta." Ucap Gavin dan melepaskan genggaman nya pada Letta.

"Gak!" Sinisnya dengan penuh penekanan dan langsung pergi meninggalkan area kantin. Risih dengan tatapan orang-orang yang ada disana.

Cowok aneh, berani-beraninya nyentuh gue. Batin Arletta.

Davyan, teman Gavin yang melihat itupun langsung menghampirinya.

"Lo udah berani deketin dia?" Ucapnya sambil menepuk pundak Gavin.

"Menurut Lo? Gak salah kan? Lagian dia udah bukan milik orang lagi. Gue udah cukup lama mengagumi dia dari jauh." Ucap Gavin setelah dirinya dan Davyan berjalan menjauhi kantin.

"Bener juga sih, yaudah good luck bro! Lo juga harus siap sama sikap dia yang galak itu." Ucap Davyan sambil terkekeh.

"Anything for her." Jawab Gavin sambil tersenyum membayangkan senyum milik Arletta, yang sebentar lagi akan jadi miliknya. Dia yakin.

Disisi lain, Jill dan Navya yang melihat pertengkaran kecil itu langsung mengejar Arletta.

"Ta!! Tunggu!!!" Teriak mereka berdua sambil berlari dan mengangkat tangannya.

Arletta yang merasa dipanggil pun menengok, menatap kedua temannya yang berlari mengejar dirinya. Alis sebelahnya terangkat seakan bertanya "apa?"

"Lo kenapa si sama cowok itu?" Tanya Jill sambil tergopoh-gopoh setelah berada didepan gadis itu.

"Duduk dulu duduk" ajak Arletta menepuk bangku yang ada ditaman.

"Tau lo. Kenapa sih? Kak Gavin ngapain Lo?" Tanya Navya setelah duduk dan mengambil alih pembicaraan.

Arletta berdecih, heran kenapa harus ada embel-embel kak saat Navya menyebut nama cowok rese itu.

"Dia ngajak gue pulang bareng padahal baru tadi pagi gue kenal. Mana dia nanya-nanya kenapa gue putus sama Devan. Terus dia pegang-pegang tangan gue. Lancang banget." Jelasnya panjang lebar.

Navya dan Jill saling pandang dan ber ohh ria.

"Ahelah gitu doang Lo sampe marah-marah, tadinya Lo iyain aja lagi. Lumayan dibonceng cogan." Ucap Navya sambil mengangkat kedua alisnya, seakan menggoda Arletta dan langsung mendapatkan jitakan dari Jill.

Navya mengaduh. "Wadoh! Sakit bego!"

"Lo yang bego, Arletta mana mau skin touch sama cowok yang baru kenal."

Navya menepuk keningnya. "Oh iya lupa gue, maap deh. Yaudah yuk masuk kelas aja. Gak usah marah-marah mulu Lo Ta." Ajak Navya dan kedua temannya mengangguk menanggapi.

---


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 24, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The ConquerorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang