Membahas soal pendidikan, biasanya yang dipikirkan oleh kebanyakan orang adalah mengenai setumpuk mata pelajaran yang membuat kepala langsung sumpek, itu baru dengar mata pelajarannya belum isi pelajarannya, apalagi jika saya bertanya mengenai pelajaran matematika, fisika, kima, nah..nah..nah.. langsung muncul gejala kepala pusing, mual-mual sampai muntah-muntah bahkan ada yang langsung pingsan. Ya ampun, padahal suatu bangsa akan maju jika masyarakatnya menjadi ahli belajar (cinta belajar), tapi akibat dari banyaknya pelajaran yang harus dipelajari malah membangkitkan jiwa malas bahkan alergi belajar dikalangan masyarakat ada juga yang trauma belajar diakibatkan oleh salah satu mata pelajaran. Belum lagi masalah hiruk-pikuk kehidupan sekolah atau lingkungan akademi yang sama sekali tidak menunjang pertumbuhan pendidikan para siswa/i-nya.
Padahal setiap pribadi memiliki potensi kejeniusan di bidang tertentu yang sangat perlu ditumbuhkembangkan di lingkungan akademi. Namun seiring waktu berjalan, system pendidikan kita saat ini malah menelan potensi jenius yang sudah terinstal oleh Sang Maha Pencipta semenjak kita dilahirkan di muka bumi ini.
"Semua orang terlahir jenius, tapi proses kehidupan menghilangkan kejeniusan mereka."
-R. Buckminster Fuller-
"Semua orang itu jenius. Tapi kalau kau menilai seekor ikan berdasarkan kemampuannya memanjat pohon, dia akan menjalani seluruh hidupnya dengan meyakini bahwa dirinya bodoh."
-Albert Einstein-
Menurut saya sekolah adalah pabrik industri akademi yang memproduksi pribadi bermental karyawan. Padahal setiap pribadi memiliki potensi dan bakat yang berbeda-beda namun yang berada didalamnya dipaksa untuk mengikuti rangkaian kegiatan akademi yang sama, sesuai kurikulum yang berlaku.
Setiap potensi yang dimiliki oleh seseorang harus diperlakukan sesuai dengan habitat potensinya masing-masing. Bayangkan saja dalam satu ruangan ada berbagai jenis potensi, misalnya ada lumba-lumba yang memiliki potensi berenang, ada macan yang memiliki potensi berlari cepat, ada monyet yang memiliki potensi memanjat, ada burung yang memiliki potensi terbang namun semuanya di didik dengan cara yang seragam yaitu memanjat, yah kalau begitu yang akan tumbuh berkembang hanya monyet saja karena memang bakatnya memanjat. Bagaimana dengan yang lainnya? Mereka akan merasa cemas, merasa bodoh, merasa tidak berbakat, padahal mereka mempunyai potensi bakat yang luar biasa, namun akibat sistem pendidikan yang seragam menghambat perkembangan diri mereka.
Berbicara mengenai sekolah, kebanyakan orang tua dan guru jika ditanya kenapa harus sekolah? Akan menjawab: "Harus sekolah agar mendapatkan pekerjaan ketika lulus. Agar bisa kuliah mendapatkan gelar lalu mendapatkan pekerjaan yang layak dengan jabatan yang tinggi dan gaji yang tinggi pula." Dan berbagai jawaban yang serupa, intinya sekolah untuk dapat pekerjaan (oleh karena itulah kenapa saya sebut sekolah adalah sebuah industri akademi yang memproduksi mental karyawan)
Jika tujuan sekolah adalah untuk mendapatkan pekerjaan yang layak di masa depan, bukankah artinya tujuan dari mendapatkan pekerjaan adalah untuk menghasilkan uang? Kalau uang adalah tujuan dari mendapat pekerjaan, kenapa sekolah tidak langsung saja mengajarkan soal uang, bagaimana memperolehnya, menambahnya dan mengelolanya kepada siswa-siswinya sejak awal? Nah kan, masalahnya tidak semua gurunya ahli dalam menghasilkan uang, bahkan ada pula guru honorer yang hanya menghasilkan seratus ribu rupiah per bulan bahkan kurang bahkan tidak di gaji sama sekali semasa baktinya?!
Output dari sekolah adalah agar siswa-siswi yang lulus mendapatkan pekerjaan yang tujuannya menghasilkan uang. Namun pendidikan finansial yang bertujuan untuk menumbuhkan jiwa seorang entrepreneur (mampu menghasilkan keuntungan) tidak diutamakan. Ada pun mata pelajaran wirausaha hanya sebagai mata pelajaran tambahan dengan sistem dan tenaga pengajar yang masih tidak mumpuni.
Bagaimana negeri ini bisa maju jika sistem pendidikan masih memberlakukan sistem pabrik dan pertumbuhan ekonomi yang loyo dikarenakan masyarakatnya hanya mengandalkan gaji dari perusahaan (menjadi karyawan)/pemerintah (menjadi PNS) bukannya membangun perusahaan dan menumbuhkan lapangan kerja.
Tujuan saya mendirikan HIVEPRENEUR ini sebagai ruang belajar untuk membangun pendidikan finansial bagi masyarakat yang ingin meningkatkan kesejahteraan hidupnya melalui jalur quadran kanan yaitu Bisnis dan Investasi. Dan saya pun menawarkan kerja sama bisnis di bidang kesehatan, dengan modal yang terjangkau dengan tujuan untuk mengasah dan membangun jiwa entrepreneur bagi para anggotanya (dan yang jelas ini bukan MLM atau pun investasi bodong dengan sistem pyramid~ hehehe~>o<).
======================================================================
KAMU SEDANG MEMBACA
HIVEMUSLIMPRENEUR: Go Bisnis Syari'ah
Non-FictionSebuah wadah edukasi bagi siapa pun yang tertarik untuk menjadi seorang muslim entrepreneur. Berbisnis sesuai tuntunan Rasulullah SAW. Berbisnis tidak sekedar untuk mengejar untung. Tetapi juga harus ada nilai ibadah, berkah dan sesuai syari'at. Mem...