Marketing dalam bisnis adalah sebuah konsep yang dimunculkan untuk menghasilkan sebuah penjualan atau mendatangkan keuntungan bagi perusahaan atau individu. Konsep marketing ini terus berkembang sesuai perkembangan zaman, berawal dari mulut ke mulut, hingga melalui media infomasi seperti kolom iklan koran, brosur hingga google ads/facebook ads/insta ads dll.
Banyak para marketer yang terus menggali pengetahuan, sehingga pada akhirnya muncul solusi bagi permasalahan mereka. Contohnya konsep digital marketing yang sedang trend di era sekarang. Namun masih ada pula para marketer nakal yang melakukan berbagai cara bahkan sampai mendobrak dinding etika dalam berbisnis.
Etika adalah sebuah peraturan sosial yang tidak tertulis, tapi secara tidak langsung disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat dalam konteks sosial. Sehingga hukuman yang akan muncul apabila etika tersebut dilanggar juga bersifat sosial, seperti dijauhi atau diacuhkan. Yang paling parah mungkin dimasukkan dalam daftar hitam oleh masyarakat.
Etika dalam berbisnis secara keseluruhan mempunyai dua poin utama, yaitu:
Tidak menipu atau mengelabui dan tidak melanggar nilai-nilai kesopanan yang berlaku di masyarakat tempat bisnis tersebut dijalankan.Mindset bahwa marketing digunakan sekedar untuk mendapatkan uang, menghasilkan marketer-marketer yang hanya memikirkan hasil akhir berupa materi, sehingga tidak lagi memandang pentingnya etika dalam berbisnis. Saling menjatuhkan, menjilat ke atas dan menginjak ke bawah, hingga melakukan kebohongan seakan-akan telah disahkan sebagai salah satu bagian dari strategi marketing.
Banyak kisah dalam dunia bisnis di mana sebuah perusahaan yang tidak menjunjung nilai-nilai etika, tidak hanya jauh dari mendapatkan apa yang mereka inginkan, tetapi malah hancur berantakan di tengah jalan (contohnya seperti perusahaan investasi bodong atau Global Crossing dalam skala internasional).
Kita seharusnya belajar dari Nabi kita Muhammad SAW yang penuh dengan kemuliaan memberikan teladan yang luar biasa indah dalam berdagang dan patut kita contoh. Dalam melakukan perdagangan Rasulullah SAW sangat piawai dalam melakukan marketing, memberikan pelayanan yang terbaik, sehingga memiliki banyak pelanggan setia dan mendapatkan kepercayaan yang tinggi sehingga gelar al-amin disematkan kepada beliau.
Setiap perusahaan ingin mempunyai pelanggan yang setia. Karena pelanggan yang setia akan terus menerus menggunakan jasa atau produk yang dikeluarkan oleh pihak perusahaan, yang dengan sendirinya akan mendatangkan keuntungan atau materi. Kesetiaan tercipta karena adanya kepercayaan. Kepercayaan lahir dari hubungan baik yang didasari oleh sikap saling percaya. Saling percaya akan terbentuk apabila kedua belah pihak (penjual dan pembeli) sama-sama jujur. Kalau tidak jujur, bagaimana mungkin mengharapkan konsumen mau setia? Dan ingat, kejujuran tidak hanya ditujukan kepada konsumen tetapi juga kepada distributor, investor dan masyarakat.
Marketing yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW., berakar dari kepribadian, adab dan akhlaknya yang penuh kemuliaan. Rasulullah SAW menempatkan Sikap JUJUR sebagai konsep pertama dari rumusan lima konsep dagang ala Rasulullah SAW. Kejujuran yang diiringi dengan konsep IKHLAS sebagai konsep yang kedua akan membentuk pribadi seorang marketer atau sebuah perusahaan tidak lagi memandang materi sebagai tujuan utama. Lebih open minded terhadap semua keuntungan, baik bersifat materi atau pun non-materi. Juga terbuka dalam menghadapi suatu kegagalan.
Kedua konsep tersebut dibingkai dengan konsep ketiga, berupa sikap PROFESIONALISME. Profesionalisme dengan sifat jujur dan ikhlas merupakan dua sisi yang saling menyeimbangkan. Rasulullah SAW memberikan contoh bahwa seorang yang profesional mempunyai sikap yang selalu berusaha maksimal dalam mengerjakan sesuatu atau dalam menghadapi masalah. Tidak mudah menyerah atau berputus-asa dan bukan juga seorang pengecut yang menghindari resiko.
Konsep keempat menjadi jembatan yang menghubungkan seorang marketer dengan sesama manusia, lingkungan dan Penciptanya. SILATURAHMI menjadi dasar pergerakan Nabi Muhammad SAW dalam membina hubungan baik, tidak hanya dengan pelanggan dan investornya tetapi juga dnegan calon pelanggannya (future market), dan bahkan dengan kompetitornya. Terakhir, konsep MURAH HATI melengkapi keempat konsep sebelumnya. Bermurah hari dalam menjual dan membeli merupakan konsep yang digunakan oleh Rasulullah SAW dalam melakukan kegiatan perdagangan sehari-hari.
Jujur, Ikhlas, Profesional, Silaturahmi dan Murah Hati merupakan inti dari seni berdagang Rasulullah SAW yang tentunya dilandasi dengan niat ibadah dan mencari ridha Allah dalam sebuah perdagangan. Karena sebagai umat muslim kita dianjurkan untuk berdagang dengan jujur dan adil.
Dari Mu'az bin Jabal, bahwa Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya sebaik-baik usaha adalah usaha perdagangan yang apabila mereka berbicara tidak berdusta, jika berjanji tidak menyalahi, jika dipercaya tidak khianat, jika membeli tidak mencela produk, jika menjual tidak memuji-muji barang dagangan, jika berhutang tidak melambatkan pembayaran, jika memiliki piutang tidak mempersulit" (HR.Baihaqi dan dikeluarkan oleh As-Ashbahani).
"Hendaklah kamu berdagang, karena di dalamnya terdapat 90 % pintu rezeki"(H.R.Ahmad).
"Tidak ada dosa bagimu mencari karunia (rezeki hasil perniagaan) dari Rabb-mu." (Q.S. Al-Baqarah[2]: 198)
"Kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu." (Q.S. An-Nisa'[4]: 29)
"Dan Allah menghalalkan jual beli." (Q.S. Al-Baqarah[2]: 275)
Jangan lupa untuk follow IG @hiveprenuer dan @kusumajaya089
KAMU SEDANG MEMBACA
HIVEMUSLIMPRENEUR: Go Bisnis Syari'ah
Kurgu OlmayanSebuah wadah edukasi bagi siapa pun yang tertarik untuk menjadi seorang muslim entrepreneur. Berbisnis sesuai tuntunan Rasulullah SAW. Berbisnis tidak sekedar untuk mengejar untung. Tetapi juga harus ada nilai ibadah, berkah dan sesuai syari'at. Mem...