Bab 1. Bertemu Bu Hera

18 1 0
                                    

ASYIFA ILMAZAHRA ... Itulah nama yang diberikan Kakek terhadapku, yang tidak lain adalah cucu perempuan pertamanya. Aku terlahir dari kalangan keluarga yang cukup fanatik. Ayahku seorang Imam sekaligus Ta'mir Masjid dan Ibuku adalah seorang Ustadzah, sedang Kakekku merupakan Ketua Rois Suryah NU sekaligus seorang Kyai yang cukup disegani di tempat tinggal Beliau.

Dari kecil, aku sudah terbiasa hidup dengan kesenangan. Ayahku yang pada waktu itu adalah seorang pengusaha sembako yang sudah mempunyai 3 cabang di kotaku, sehingga hampir semua permintaankupun Beliau turuti. Maklum saja, karna aku merupakan anak sulungnya dari proses penantian yang kurang lebih 4 tahun lamanya. Jadi wajar saja jika aku dimanja.

Dari kecil pula, Ayah dan Ibuku selalu membimbingku... mengajariku tentang pengetahuan Agama Islam. Dari tata cara sholat, doa-doa harian, Tajwid sampai Tilawatil Qur'an. Sewaktu Ibu muda, beliau sempat menjadi Qori tingkat se-Jawa Tengah. Hingga pada saatnya aku genap berusia 10 tahun, Aku mampu menghafal Lagu dalam Seni Baca Al-Qur'an beserta ilmunya....

Tahun demi tahun telah berlalu, dan kini aku kian tumbuh menjadi wanita dewasa. Hingga suatu hari, disaat aku mulai menginjakkan kakiku di bangku sekolah menengah atas. Entah kenapa, disitulah aku menjadi berubah. Dimana dulu aku yang periang, sejak saat itu aku mulai agak pendiam.

Sebelumnya, usai lulus SMP... Di samping aku melanjutkan SMA, Orangtuaku menginginkan aku juga masuk ke Pesantren pilihannya, sekaligus tempat dimana Beliau dulu menimba ilmu Agama yang akhirnya di pertemukanlah kedua Insan tersebut. Namun, aku benar-benar enggan menuruti kemauan Orangtuaku demi hasratku yang ingin bebas, karna seperti apa yang teman-temanku yang sudah masuk pesantren lebih awal, banyak yang mengeluh akan kebebasan. Jadi kupikir tiada salahnya aku masuk pesantren setelah aku lulus SMA. Dan Orangtuaku pun merestuinya, tapi dengan satu syarat... Aku tak boleh keluar malam sendiri, kecuali Ayah yang mengantarkan.

Sewaktu kecil, parasku terlihat feminim dan cantik jelita, sehingga menjadi kebanggaan orangtuaku tersendiri. Namun, dewasa sudah aku berubah menjadi sosok gadis yang agak tomboy. Hingga akhirnya aku menemukan lelaki pujaan hati atau bisa dikatakan Do'i, namanya Ferry Ardiansyah.

Ferry, cowok cakep dengan postur tinggi berkulit putih dan berambut hitam spike. Ia cukup eksis dalam kegiatan di sekolah berhubung ia sendiri adalah seorang Ketua OSIS di sana. Ia merupakan Kakak kelasku. Aku naksir Dia semenjak hari pertama masuk sekolah, tepatnya saat MOS (masa orientasi siswa). Ferry sangat disukai hampir 80% siswi di sekolah. Berhubung aku ini agak terkesan tomboy dan cupu karena Anti Makeup, jadi merasa kalau aku itu bukanlah tipenya. Wajar saja kalau Dia enggan menyapaku, bahkan melirik.

Semakin aku berjuang untuk mencari perhatiannya si Ferry, semakin pula aku di ejek sama teman sekolahku yang mungkin mereka takut bersaing denganku. Padahal bagiku, tidaklah mungkin sosok Zahra bisa mendapatkan hati si Ferry, yang Notabenenya lelaki idaman semua para wanita.

Yah, aku menyadari jika aku ini tergolong wanita pas-pasan. Hanya satu kelebihanku yang paling menonjol, yakni mempunyai suara yang sangat merdu, layaknya Nisa Sabyan.. Hahaha.
Gak laaaahh, Nisa mah skillnya masih dibawahku.. hehe (super PD).

Akhirnya kamipun di pertemukan dalam sebuah Extrakurikuler sekolah. Diantara Extrakurikuler yang ku pilih, ialah Seni Music Band. Disitulah Ferry pertama kalinya mengenalku lebih dekat.

"Hey Kamu...!!!"

"Iya, Kak."

"Apa motivasi Kamu ikut Extra ini"
"Ingin menambah Wawasan aja Kak.. Emang gak boleh ya?"

"Bukannya gak boleh, tapi kami sebagai Senior yang ditunjuk pelatih untuk menyeleksi mereka yang berbakat saja. Misal gak punya, mending mundur aja deh..."

"Loooohhh kok bisaaaaa?! Sejak kapan peraturan kayak gitu di berlakuin di sini?!"

"Mulai minggu ini!!! Karna bulan depan sekolah kita mau ikutan Event Musik pra-pelajar Se-Jateng. Jadi Kami gak punya waktu untuk anak-anak yang non bakat."

Ohhhh aku baru sadar kalau orang yang selama ini aku puja sedang meremehkan aku di depan banyak orang. Awas saja nanti ya.... Gumamku dalam hati penuh kesal.

"Lah terus gimana caranya Kalian bisa tau kalo aku punya bakat tidaknya?? Kalau maen nge-Judge kayak gitu!" Teriakku sambil keluar ruangan.

Aku bener-bener kehilangan kesempatanku untuk menyalurkan bakatku. Kurasa Ferry makin lama makin nyebelin juga keterlaluan....
Aku kira Dia itu Anak baik-baik, Nyatanya... Aku di permalukan sampai hilang rasa PD ku.

Apa ini ada kaitannya dengan Orangtua ya... Dulu, aku asal pilih Sekolah yang mana paling aku sukai, di sanalah yang aku pilih tanpa memandang kriteria Sekolah nya. Aku memilih untuk bersekolah di SMA Negeri paling Favorit Se-Kota Semarang, sedangkan Ayahku meminta untuk bersekolah di MA Negeri Semarang (Sekolah yang Berbasis Agama Islam) dan akupun menolaknya.

"Mana yang kupilih... itulah tanggung jawabku sepenuhnya. Aku gak boleh terjatuh. Aku harus bisa bangkit!!" Semangatku menghibur diri. Dengan rasa yang sangat menyakitkan... Aku berusaha untuk tetap tenang dalam menyikapinya dan terus berpikir jernih.

Di ujung taman sekolah, aku duduk diantara hijaunya pekarangan usai pulang sekolah, Aku membuka ponselku untuk sekedar mencari hiburan semata. Tanpa sadar aku menyanyi sendiri yang memang hobiku dari dulu adalah menyanyi, selain ber-Tilawah.

"Laukana baainanal habiiib
laadanal qasi wal qarib
min thoibatin qablal maghiiib
tholiban qurbal habib....."
tiba-tiba,

"Nak... Kok belum pulang?" tanya seorang Ibu Guru kepadaku.

"Eh iya Bu, lagi nunggu temen aja"

"Temen Kamu yang mana? Sekolah udah mulai sepi kok.. Tinggal pegawai TU nya saja." terangnya.

"Kalau tidak keberatan yuk pulang sama saya... Tak anterin sampe rumah."

"Oh Makasih Bu, Gapapa kok... Saya bisa pulang sendiri."

"Suara Kamu bagus sekali... Nama Kamu siapa?"

"Hehe bisa aja Ibu... Saya Zahra Bu." tegasku.

"Kamu siswi kelas berapa? Ibu kok jarang lihat Zahra ya? Atau emang Siswi baru di sini?"

"Zahra Kelas 1 Bu,"

"Oh ya Zahra, kenalin nama Saya Hera. Saya Guru Bahasa di sini."

"Iya.. Saya udah hafal dengan Bu Hera yang cantik juga anggun."

"Ah Zahra ini pinter omong ya...."

"Oh ya, Zahra Suara Kamu itu Bener Bagus.. Barusan Kamu nyanyi pakai nada tinggi, Nafasmu juga sanggup gituh. Ibu rasa Kamu itu pasti udah bakat dari kecil.... Kamu suka genre musik yang itu ya?"

"Kok Ibu tau ya?! Emang terlihat dari apanya Bu?"

"Ya Saya bisa tebak aja, Kebetulan Saya pemimpin sekaligus pelatih Extrakurikuler Seni Musik disini, yah Kamu gak coba ikut?"

"Oh ya???!!! Brati Bu Hera ini Pelatihnya? Baru tau Aku..."

Kemudian aku menceritakan apa yang sedang aku alami kepada Bu Hera.

"Serius Kamu?!" Tanyanya dengan kaget.

"Iya Bu, makanya saya jadi galau seperti ini." jawabku.

"Oke kalo gitu mulai minggu depan Zahra masuk Extra seperti biasa aja ya... Gak usah khawatir, nanti Saya yang ngatur. Belakangan ini juga, Saya kerap absen dan sepenuhnya Saya pasrahkan Pada Ferry, Murid Kepercayaan Saya. Ternyata keterlaluan banget Dia ya...." Ucapnya sambil merangkul pundakku.

Oh Bu Hera... Bagaikan malaikat saja. hehehe seneng banget rasanya, akhirnya ada orang yang memihakku. Tak kusangka, ternyata Bu Guru yang cantik dan masih muda itu adalah seorang Pelatih Musik. Yess... Yesss... Betapa girangnya hatiku waktu itu. Meskipun aku menyayangkan jika Bu Hera tidak sejalan denganku. Iya, Dia Wanita yang tak berhijab... Ah gak mau ngurusin orang lah.

AKU BENCI SANTRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang