5💜

522 76 3
                                        

Jangan lupa VOMENT!!






—————————————————

    Aku menatap iba pada Leo yang melingkar dipojok kandang. Yap, akhirnya kucingku mendapatkan nama, setelah mengalami proses argumentasi yang cukup panjang dengan si iprit. Wajar, jika ku katakan itu menyulitkan, karna kami sama-sama tak mau mengalah.

Aku tak mau Jungkook yang memberi nama. Pasalnya, dia menyarankan nama-nama yang aneh. Mulai dari onta, Harry, Potter, lambhorgini. Dan yang terakhir aku sangat tidak setuju. Masa ia memberi nama Michelle Jackson. Hhhhh jelas ku tolak mentah-mentah. Dia juga menolak kalo aku yang memberi nama.

Alasannya, karna dia yang membeli jadi dia punya hak untuk memilih nama. Kesannya kita berdua tuh serasa punya anak. Hhhh bete.

But finally, kami sepakat kasih nama Leo adalah nama final. Thanks God.

Kami memberi nama leo karna dia memberi hadiah ini bulan Agustus, kalo di zodiak Agustus itu adalah Leo.

"Itu kucing belom disuntik rabies kali ya? Kok galak gitu?" Ujar jungkook sambil menggosok-gosokkan tangannya yang habis dicakar Leo si mungil yang punya kelakuan mirip pembunuh berantai.

"Dia kan belom kenal sama lingkungan disini, jadi wajar gitu kalo galak"

"Duh... tangan gue yang mulus, kucing sialann!!! Bilang kek kalo gak mau keluar kandang, gausah pake cakar-cakar segala"

"Elu sih maksa maksa dia keluar" sahutku. Ku tarik lengan jungkook lalu melihat sedalam apa cakaran maut si leo. "Ini gak bakalan berbekas, gua kasih obat ya?"




Tiba-tiba saja saat aku hendak melepaskan tangannya, jari-jari jungkook mencengkeram erat tanganku. Ia menghembuskan napas berat lalu memandang ku dengan tatapan sedih. "Kenapa ya? Kalo sakit hati itu bekasnya gak pernah bisa ilang?" Ujarnya lirih.

Aku melepaskan genggaman tangannya.

"Gua gak bisa ilangin bekasnya" ujar jungkook pelan.

"Maksud lu apaan sih kuk?" Tanyaku enggan.

"Auk nih. Kayaknya gua kena virus rabiesnya kucing lu" jawab jungkook l. Ia menatap kandang leo garing.

"Lu tuh bukan kena virus, tapi lu emang udah gila" ujarku tegas. Ia menaikkan sebelah alisnya, sambil menatap ku.

"Iya udah gila!! Dari gua kenal lu pertama kali" jawabnya. "Oke gua emang gila, tapi.. lu pernah suka kan ama gua?" Katanya lagi.

"Eoh? Yaa emang sih" jawabku kikuk.

Aku beranjak ke ruang tengah. "Tapi itu kan dulu"

Jungkook mengikuti ku dari belakang. "Suka itu gak kenal waktu dulu ato sekarang, yang penting lu pernah suka ama gua kan?"

"Oke gua pernah suka sama lu, tapi kota udah 7 taun gak ketemu" ucapku sambil membuka laci mencari antiseptik. "Tujuh taun itu waktu yang lama, rasa suka itu lamalama juga ikut ngilang. Jadi, sekarang udah gak penting lagi"




Boong bangsat!! Padahal tujuh taun itu belum cukup untuk lupain si jungkook. Kenapa aku memutuskan hidup sendiri tanpa pacar, tanpa calon suami, bahkan TTM? Itu semua karna jungkook. Dan aku tak mau jungkook mengetahui perasaanku. Aku tak mau lagi mengulang kesalahan dan kekalahan yang sama. Jadi, lebih baik kalo aku membatasi hubungan kami.




"Segampang itu lu lupain?" Tanyanya.

"Iya gampang, kayak luka lu" ku tarik lengannya lalu meneteskan obat pada luka cakaran di lengannya. Jungkook meringis kesakitan, tapi ia diam. "Awalnya sakit, tapi lamalama gak. Udah gitu ntar kering, kelupas, dan sembuh. Selesai"

"Udah gitu dimasukin toples trus dimakan langsung?"

"Harusnya lu tau dong apa maksud gua? Jangan pura-pura bego!!" Kataku kesal.

"Iya gua ngerti. Gua cuma bete. Lu seenaknya kayak gitu. Gua gak bisa lupa sama lu, tapi kenapa lu bisa ngelupain gua secepat itu?"

"Wowww.... sebentar sebentar" aku beranjak dari duduk meninggalkan ruang tengah dan ke dapur. Rasanya tenggorokan ku sakit dan mataku perih.












Gak bisa lupa katanya?? Gosh. Itu udah lalu, bagaimanapun perasaan yang jungkook rasakan dulu itu cuma cinta monyet. Nothing serious. Aku udah mati-matian mau lupa, masa sekarang mau berubah? Idih ogah.




"Gua perlu penjelasan elu SEKARANG!! Mulai dari alasan lu tinggalin gua, dari mulai napa lu minta putus, pokoknya semua!!!" Teriak jungkook.































"Meonggg....." leo bersuara.

"Diem lu!!!" Tunjuk jungkook bersuara.

Leo yang tadinya mau keluar menghirup udara bebas langsung masuk ke kandangnya lagi.




"Kuk, denger deh..." pelan-pelan kutanya lagi perasaan ku yang mulai berhamburan kemanamana.

"Itu zaman kapan sih? Apa kudu dibahas?" Tanyaku.

"Ya kudu dibahas!! Lu kan pernah janji ama gua lis!!"

"Lu bukannya mo numpang pipis? Kok makin ngelunjak?"

"Emang lu pikir gua cuma mo numpang pipis?" Katanya geram. "Tiga jam gua nungguin lu pulang, kalo emang niat gua cuma numpang pipis doang, udah operasi kencing batu gua!! Gua kesini mo nagih janji lu" katanya lagi.

"Apa harus kuk?"

"Iya harus lis" katanya melunak.

"Kenapa sih kuk?" Kataku memelas.


Ia berdiri dihadapan ku "gua pengen benerin ini semua. Biar kita bisa idup tenang"

"Idup gua tenang kok sebelum lu datang lagi"

"Jangan boong deh. Gua tau dari Taeyong. Kalo lu gak bisa lupa. Lu merasa bersalah ama gua. Lu jelasin semuanya ke gua lis!! Biar lega"

Kedua mata ku perih, ku pejamkan mata "kenapa sih lu mesti nge bahas yang dulu-dulu? Ganggu tau gak"

"Gua gak bisa lupa lis, gua takut ngelakuin kesalahan yang gak bisa lu maafin"

"Hhhhh..." aku memutar bola mata malas.
"Kita makan diluar yuk? Ngobrol ya sekalian makan, gua laper"

Jungkook mengangguk tersenyum "tapi lu yang traktir yahh?"

"Iya gua yang traktir"

Aku menghampiri kandang leo. "Leo, gua keluar dulu ya? Bentar kok, ntar kalo mo makan tuh didekat wastafel"

"Duhh.. kalo tu si leo bisa jawab 'oke' kayaknya gua bakal pingsan deh" ejek jungkook.
"Ya mana dia ngertilah nek"

"Bodo, lu juga suka ngobrol sama ayam-ayam lu"

"Hehe hehe dikit"































Kira-kira penjelasan ku nanti apa tidak berakibat buruk? Aku tak tau apa pandangan jungkook padaku berubah jika dia mengetahui yang sebenarnya. Sebenarnya aku berharap apa yang ada dipikirkannya berubah. Entahlah, aku ingin dia juga merasakan apa yang kurasakan. Meski aku tau itu tak mungkin.

LOVE COME BACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang