M.T.B.Q Bab.1

4.2K 281 57
                                    

Kota Chag Yi

Disebuah kota bernama Chang Yi. Hidup seorang pemuda sebatang kara yang periang, tampan, imut, lucu, ah semuanya menjadi satu dan tidak dapat di utarakan dengan kata-kata. Ketampanannya memang selalu membuat semua orang terpesona.

Kriiiiiing kriiiiing kriiiiing, suara alarm jam berbunyi.

Praaaaaaaang. Terdengar suara lemparan.

Di pagi hari yang cerah, masih terlihat seorang pemuda yang tengah asik meringkuk di tempat tidurnya. Pemuda itu membuka matanya pelan dan mengerjabkan matanya. Bulu mata lentiknya naik turun. Kemudian, pemuda itu duduk di tepi tempat tidurnya dan mengambil jam yang ia lempar. Pemuda itu bangkit dan melangkah gontai menuju kamar mandi. Pemuda itu selesai dan langsung pergi keluar kamar untuk bersiap-siap.

Pemuda tampan itu pun keluar rumah dan menuju ketempat kerjanya. Setiap hari ia berjalan kaki, karena memang tempat kerjanya dan rumahnya tidak begitu jauh. Tapi jika di pikir-pikir itu akan memakan waktu dua jam berjalan kaki. Tetapi, pemuda itu tahu jalan pintas untuk cepat sampai tujuan. Tidak beberapa lama, pemuda itupun sampai di tempar kerjanya.

"Selamat pagi nyonya Gisella," sapa pemuda itu ramah.

"Pagi juga, Shue He..." balas Gisella. Lalu ia pun melanjutkan. "Kenapa kau datang sepagi ini, biasanya kau selalu siang dan selesaikan kuliahmu dulu?"

Pemuda itu terdiam sesaat, lalu membalas pertanyaan Gisella. "Mnp... Aku sudah berhenti kuliah, jadi.... a-aku membantu nyonya dari pagi." Sahut Shue He. Ya pemuda itu bernama Shue He.

"Kau ini.... Kenapa kau berhenti kuliah? Aku sudah bilang padamu, jangan berhenti kuliah, jika kau tidak punya biaya, bilang kepadaku. Mamangnya kau menganggap ku ini apa, ha?" Ujar Gisella.

"A-aku, hanya tidak ingin merepotkanmu saja." sahut Shue He.

"Kau ini, sudah aku bilang. Kau sudah ku anggap seperti anak-ku sendiri." Gisella diam sejenak, air mata mengalir di pipinya. Lalu dia melanjutkan. "Jika anak-ku masih hidup, pasti dia sudah sebesar dirimu sekarang."

Shue He berdiri dari duduknya dan menghampiri Gisella kemudian memeluk Gisella.

"Sudahlah, jangan menangis, mending sekarang kita buka cafe, karena sepertinya pelanggan setia kita itu menunggu kau nyonya."  Goda Shue He.

"Kau ini..." Ujar Gisella tersipu malu.

Shue He hanya tertawa melihat tingkah Gisella. Shue He tiba-tiba teringat dengan kekasihnya yang bernama SEAN.

'Tiba-tiba aku memikirkannya, padahal baru saja aku melihatnya berselingkuh dengan orang lain. Aku sadar sih, pria itu jauh lebih tamfan di banding aku.' gumamnya dalam hati.

Kemudian cafe itu mulai ramai, Shue He pun bekerja dengan giatnya. Semua pelanggan ia layani, mengantarkan makan, memesan makanan dan sebagainya. Itulah keseharian Shue He. Akhir-akhir ini Shue He merasa kurang bergairah, atau menutupi kesedihannya. Mengingat apa yang telah di lakukan kekasihnya terhadapnya. Shue He adalah tipe orang yang setia, tetapi kesetiaannya di salah gunakan oleh kekasihnya. Shue He berusaha keras menutupi dengan keceriaannya. Sebenarnya, hatinya sangat hancur berkeping-keping.

"Shue... Mari kita tutup saja, pelanggan sudah sepi." Seru Gisella.

Suara Ny. Gisella membuyarkan lamunan Shue He. "Eh iya nyonya. Ya sudah aku beres-beres dulu."

"Apa kau memikirkan Sean?" tanya Gisella.

"Tidak Nyonya. Hanya saja aku masih merasa sakit hati." balas Shue He.

"Ya sudahlah, jangan kau pikirkan dia lagi. Laki-laki macam dia itu tidak pantas untuk kau pikirkan, kau tampan dan manis anak-ku, kau bisa mendapatkan yang lebih jauh lebih baik darinya." ujar Gisella yang merasa kesal kepada Sean. Ya Gisella tahu hubungan Shue He dan Sean.

Shue He hanya mengangguk dan tersenyum kecut. Kemudian, Shue pun melanjutkan aktivitasnya. Shue He selesai berberes lalu ia pun berpamitan kepada Gisella dan juga Tuan Chang. Tuan Chang adalah koki di cafe itu, tuan Chang juga suami dari Gisella.

Shue terus berjalan menelusuri terotoar dan sambil sesekali bersenandung. Shue pun sampai di rumahnya, ia pun berberes kemudian ia melanjutkan membaca novel kesayangannya. Tanpa terasa matanya begitu sangat berat, lalu Shue Pun tertidur pulas.

🍒

Pagi pun menjelang, Shue He kali ini bangun lebih awal, ia pun langsung menuju kamar mandi, setelah selesai seperti biasa ia langsung menuju Cafe tempat ia bekerja. Ia pun sampai di tempat tujuannya, tetapi ada satu pemandangan yang membuat moodnya hancur seketika.

"Sean? Kenapa kau kemari?" tanya Shue He.

"Ah, sayang aku merindukanmu." ujar Sean sambil memeluk Shue he. Tetapi Shue He buru-buru mendorong tubuh Sean menjauh.

"Kenapa kau kasar sekali? Kau tidak merindukanku? Atau kau ada yang lain selain aku?" tanya Sean penuh curiga.

"Aku tidak apa-apa, maaf Sean. Aku tidak sepertimu. Kau yang mimiliki mekasih lain, tapi kenapa kau menuduhku?" jawab Shue He.

Plaaaaaaak

Tamparan keras mendarat di pipi Shue He. Shue He hanya tersenyum sinis, lalu dia pun berbicara. "Kau berani menamparku Sean? Kau pikir kau siapa ha? Orang tuaku saja tidak berani menamparku. Ciiiiiih, pergilah Sean dengan kekasih barumu itu, aju sudah tahu semuanya."

"KAU... AKU PASTIKAN KAU AKAN MENYESAL..." ujar Sean, lalu Sean pun pergi meninggalkan Cafe itu.

Gisella menghamipiri Shue He yang tengah terduduk sambil memegangi pipinya yang perih akibat tamparan keras dari Sean. "Kau tidak apa-apa nak?"

"Aku tidak apa-apa nyonya. Hanya perih sedikit saja," ujar Shue He

"Lupakanlah nak, aku yakin kau akan bahagia di kemudian hari, meski sakit dahulu yang kau lalui. Jangan pernah menyalakan takdir atau menyalakan dirimu sendiri, ini sudah jalannya. Aku akan selalu mendoakan yang terbaik untukmu. Hari ini kita tutup cafe saja, kau istirahat dirumah, hari ini aku dan suamiku, mau keluar kota." ujar Nyonya Gisella.

Shue He hanya mengangguk tanda megerti, lalu ia dengan gontai berjalan untuk kembali kerumahnya. Tetapi, dari kejauhan Gisella melihat ada sebuah mobil melaju dengan kecepatan tinggi menuju kearah Shue He. Shue pun menyadari kalau ada mobil melaju ke arahnya, seperti sengaja.

"Shue He awaaaaaaaaassss....." teriak Gisella.

BAAAAAAAAAMMM
BRAAAAAAAAAK

Shue He tertabrak mobil, lalu mobil itu pergi meninggalkan Shue He. Gisella dan Tuan Chang berlari menghampiri Shue He. Darah mengalir deras dari kepalanya, semburan darah keluar dari mulutnya. Pandangan Shue He mulai kabur, samar-samar dia melihat Gisella dan Chang menangis. Shue He menyemburkan darah segar kembali, Ambulance datang dan membawa tubuh Shue He kerumah sakit. Gisella dan Chang ikut ke rumah sakit. Setelah sampai dirumah sakit, Shue He langsung di larikan ke ruang operasi dan ditagani oleh dokter.

Dokter melakukan apa yang seharusnya di lakukan, dokter pun keluar dalam keadaan sedih, Shue He dinyatakan koma. Gisella dan Chang sangat sedih, melihat anak yang selama ini ceria, terbaring lemah dalam keadaan KOMA.


Bersambung.....

Kyaaaaa kyaaaa kyaaaaa

Maaf kalau banyak typo ya....

Aku coba up cerita baru, semoga banyak yang suka. Jangan lupa Vote dan komennya ya.....


BL- MOVE TO BODY QUEEN (CERPEN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang