Chapter 4: Focus

51.6K 2.9K 349
                                    

WARNING!

You know what i mean, guys🌚
____________________

Sore ini adalah waktu yang pas untuk Jihan mengerjakan tugas akhir semesternya, serius kepalanya penat memandangi tugasnya yang baru seperempat selesai. Netra jernihnya melirik jam dinding di ruang tengah, dengan posisinya yang masih duduk bersila dengan meja di depan penuh dengan buku-buku.

Pukul lima sore, berarti sudah dua jam yang lalu ia mengerjakan tugasnya ini. Matanya melotot saat mendengar sesuatu bergemuruh, lalu ia melirik ke bawah. Dan mendapatkan satu fakta bahwa sekarang dirinya kelaparan. Dan ia lupa, mamanya sempat berpesan agar membeli makanan delivery jika mamanya belum pulang jam lima sore, mamanya baru akan memasak saat pulang kerja itupun jika pulang kerjanya lebih dulu. Dan Jihan yakin, mamanya tak akan pulang lebih awal.

Rasanya jika ia memesan sekarang perutnya tak akan tahan dengan rasa laparnya ini. Kembali memutar otak, akan lebih baik jika meminta sedikit makanan di rumah Bibi Jeon. Jihan memang orang yang pemilih, dari dulu ia tak suka dengan makanan instant. Meskipun ada beribu-ribu ramen dan sejenis makanan dadakan di dapur pun ia tak akan meliriknya.

Jadi ia memilih menggerakan tungkainya ke arah rumah tetangganya, sekedar meminta makanan. Tapi perempuan ini lupa akan kehadiran lelaki Jeon disana.

***

Begini akhir dari perjalanan Jihan dari rumahnya ke rumah sebelah dengan sepuluh langkah. Dengan tangan mungil yang membawa sebuah piring kosong.

Saat Bibi Jeon mempersilakannya untuk masuk, Jihan terasa aman. Karena Jungkook tak terlihat batang hidungnya, entahlah saat konversasi dua hari yang lalu yang mengatakan bahwa ia resmi menjadi kekasih lelaki Jeon itu, Jihan jarang melihat penampakan lelaki tersebut. Mungkin sibuk dengan tugasnya.

"Ini ada bingkisan dari neneknya Jungkook, kau pasti suka." Jihan melihat kotak besar yang dibuka Bibi Jeon terlihat ada tteokbokki dan kimchi, dan serius itu adalah makanan kesukaan Jihan. Perempuan beriris jernih itu terduduk dengan menopang dagu menunggu Bibi Jeon memindahkan sedikit makanan dari kotak itu ke piringnya.

"Jihan sendiri di rumah?" Perempuan mungil yang terus menatap makanan di piring itu pun melirik Bibi Jeon yang bertanya. "Um, Mama mungkin terlambat pulang," Wanita yang merangkap menjadi ibu seorang Jeon Jungkook itu hanya bergumam kecil menanggapinya. Setelah menaruh makanan di piring mini milik Jihan-karena memang Jihan meminta porsi yang sedikit-Bibi Jeon kembali bertanya, sebab setelah gadis Kim itu mengucapkan terima kasih, ia lekas ingin balik kerumahnya.

"Kenapa buru-buru sekali, makan di sini saja,"

Jihan berbalik menatap wanita awet muda itu. "Jihan sedang mengerjakan tugas, harus cepat-cepat besok dikumpulkan," katanya sambil tersenyum.

"Bibi suruh Jungkook menemanimu ya?"

Seketika Jihan mematung, mendengar nama Jungkook terlontar. Ternyata laki-laki itu di rumah pikir Jihan, dia kira Jungkook sedang mengerjakan sesuatu yang berurusan dengan perkuliahannya hingga ia tak menampakkan diri selama dua hari. Namun akhirnya perempuan ini menggeleng pelan sambil tersenyum. "Tidak perlu, lagipula Mama mungkin pulang tak terlalu malam,"

Ya, mungkin. Tapi memang mamanya selalu pulang terlambat jika sudah melewati batas waktu pulang kerjanya jam 5 sore, itu artinya mamanya mungkin akan kerja lembur.

Jihan bukannya tak mau bertemu dengan Jungkook, hanya saja ia perlu waktu setelah perlakuan lelaki itu yang merebut harta berharganya dan lebih-lebih lagi ia mengatakan bahwa mereka sekarang resmi menjadi kekasih.

Aphrodisiac ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang