5

297 11 0
                                    

part 4

waktu menunjukan pukul 3 dan itu artinya waktu pulang tiba tak terasa hari ini telah terlewati walau masalah muncul tak membuat lifi kehilangan senyumannya.

"lif, pulang naik apa ?" aku melihat ada sebuah motor yg dikedarai oleh seorang pria.

"emm naik bis deh kayanya. kamu udh dijemput ?" tanyaku pada dini.

"ohh.. iya kakak aku udah jemput, aku duluan ya bye lifi.." sebelum beranjak pergi dini pun melambaikan tangan kepada lifi dan lifi membalasnya "byee.. hati-hati"

di perjalanan menuju halte lifi hanya berdiam diri. sebenarnya lifi merasa sedih karena ia teringat oleh kak bima. andai saja kak bima tidak lumpuh pasti lifi akan minta jemput sama kak bima dan bermanja-manja layaknya adik dan kakak. namun ia pun berusaha untuk melupakannya. melihat kakaknya setiap hari saja sudah membuat lifi bahagia.

sesampai di halte lifi bertemu dengan denio. 'aishhh kenapa dia yg kutemui lagi?' batin lifia.

namun denio seolah tak melihat keberadaan lifia. lifia pun memutuskan untk duduk berjauhan di dekat denio. tak perlu waktu lama untuk menunggu bus yg dinanti kini tiba.

"pulang ke mana ?" denio memecah keramaian saat penumpang keluar dari bus.

"em ke jalan diponorogo" jawab lifia singkat.

setelah masuk bus kini yg dilihatnya hanya tempat duduk yg kosong namun nihil tempat duduk semua penuh terpaksa mereka berdua berdiri, dengan denio yg berada didepan lifi.

keseimbangan pun dijaga oleh lifi, takut-takut dia kehilangan kendali. semoga yg dipikirkannya tidak terjadi. namun alhasil semua terjadi,

bus seketika ngerem mendadak dan para penumpangpun terkaget karena bus hampir menabrak motor. lifia yg sedang termenung pun hampir terjatuh ke depan dan menyenggol denio, refleks denio pun menahan lifia yg hampir jatuh dengan tangnnya. untung kejadian memalukan tidak terjadi, namun tetap saja ini memalukan bagi lifia.

lifia POV

"ahkkkk" teriak lifia hampir terjatuh saat bus ngerem mendadak. lifia yg menutup mata kini kaget dengan tangan yg menahannya, tangan siapa ?. dibukanya pelan-pelan mata itu dan ..... denio orang nya. tanpa banyak kata lifia pun berterimakasih

"terima kasih pak, maaf" ucapan lifi sambil menundukan kepala.

belum sempat dibalas permohonan maafnya petugas bus pun memanggil tempat halte tujuan lifi.

"halte diponorogo?" tegur petugas kepada para penumpang.

"ah iya ada pak" tanpa memerhatikan denio lagi kini lifia berjalan meninggalkan denio dan menuju halte.

"kenapa dia hemat sekali berbicara, harusnya dia jawab permintaan maaf ku. ini malah diam saja seperti tidak terjadi apa-apa. huh dasar sok hemat, apa susahnya sih jawab " ocehku pelan saat bus pergi menginggalkan halte.

rumah berwarna putih telah di depan mata. ya ini rumah ku berlantai dua dengan cat warna putih dan taman dibelakangnya. sudah 4 tahun aku tinggal disini. rumah ini cukup besar hanya dihuni hanya 3 orang.

"wahh kok cemberut sih pulang kerumahnya neng ?" kepulanganku pun disambut oleh bik marni. namun bukan ini yg ku cari. dimana kak bima? .


kamu yang kutungguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang