MATURE CONTENT...18+Malam Panas Yugyeom dan Tzuyu: Api dan Hujan Menyatu
Pernikahan di bawah pohon maple telah usai—hujan telah mereda, tamu telah pulang, dan Tzuyu serta Yugyeom kini berada di kamar hotel kecil yang mereka pesan untuk malam pertama mereka sebagai suami-istri. Jendela terbuka sedikit, membiarkan angin malam dan sisa aroma hujan masuk, sementara lampu-lampu kecil di sudut kamar menyala redup, menciptakan suasana yang hangat dan intim. Malam ini adalah milik mereka—api Yugyeom dan kelembutan Tzuyu menyatu dalam cinta yang tak lagi tertahan.
Tzuyu berdiri di depan cermin, melepas jilbab merah transparan yang dia kenakan tadi, gaun putihnya kini tergantung di lemari, diganti dengan negligee sutra putih tipis yang menempel lembut di tubuhnya. Rambutnya terurai, sedikit basah dari hujan, dan dia menatap bayangannya dengan senyum kecil—senyum seorang istri yang baru. Yugyeom masuk dari kamar mandi, hanya mengenakan celana panjang hitam, rambutnya masih sedikit berantakan, matanya langsung tertuju pada Tzuyu dengan tatapan penuh hasrat.
"Sayang…" panggil Yugyeom, suaranya rendah dan serak, melangkah mendekat dengan langkah yang penuh tujuan. Tzuyu menoleh, wajahnya memerah mendengar panggilan itu—pertama kalinya sebagai suami-istri—dan dia tersenyum, "Sayang… kamu cepet banget keluar," katanya, nadanya lembut tapi ada nada main-main. Yugyeom tersenyum nakal, tangannya langsung melingkar di pinggang Tzuyu, menariknya hingga tubuh mereka bersentuhan. "Aku nggak sabar, Tzu… kamu cantik banget—istriku," bisiknya di telinga Tzuyu, napasnya hangat menggelitik kulitnya.
Tzuyu memandangnya, matanya yang biasanya dingin kini membara, tangannya naik ke dada Yugyeom, merasakan detak jantungnya yang cepat. "Sayang… aku nggak nyangka kita sampe sini—kamu bikin aku gila dari hujan pertama," katanya, suaranya lembut tapi penuh perasaan, jari-jarinya menelusuri kulit Yugyeom dengan sentuhan ringan. Yugyeom menarik napas dalam, matanya gelap dengan hasrat, "Aku juga, sayang… kamu bikin aku takut kehilangan tiap hari—tapi sekarang kamu milikku, selamanya."
Yugyeom tak menunggu lama—tangannya mengangkat Tzuyu dengan mudah, membawanya ke ranjang besar yang ditutupi kelopak bunga lily dari pernikahan tadi, aroma manisnya bercampur dengan udara malam. Dia meletakkan Tzuyu dengan lembut, tapi ada urgensi dalam gerakannya, seperti api yang tak bisa lagi dikendalikan. "Sayang… aku mau kamu—sekarang," bisiknya, suaranya penuh keinginan, dan Tzuyu tersenyum, tangannya menarik Yugyeom lebih dekat, "Aku juga, sayang… aku mau kamu—seluruhnya."
Mereka berciuman—ciuman yang dalam, penuh gairah, berbeda dari ciuman di taman atau di bawah hujan. Bibir Yugyeom menekan bibir Tzuyu dengan lapar, tangannya menjelajahi lekuk tubuh Tzuyu di bawah sutra tipis itu, merasakan kehangatan kulitnya yang lembut. Tzuyu membalas dengan sama ganasnya, tangannya mencengkeram rambut Yugyeom, napasnya tersengal saat dia berbisik di sela ciuman, "Sayang… kamu bikin aku ngerasa hidup—jangan berhenti." Yugyeom tersenyum di bibirnya, "Aku nggak bakal berhenti, sayang… aku mau kasih kamu segalanya malam ini."
Sutra putih itu perlahan tergelincir dari pundak Tzuyu, dan Yugyeom menatapnya dengan kagum—seperti melihat hujan pertama yang membawanya jatuh cinta. Dia mencium leher Tzuyu, meninggalkan jejak hangat yang membuat Tzuyu mengerang pelan, "Sayang… aku suka kamu gini," katanya, nadanya serak, tubuhnya menekan tubuh Yugyeom dengan penuh keinginan. Yugyeom membalas, tangannya memeluk pinggang Tzuyu erat, "Sayang… kamu milikku—hanya aku yang bisa bikin kamu gini," bisiknya, lalu menciumnya lagi, lebih dalam, lebih panas, seperti api yang menyala di tengah hujan.
Mereka bergerak bersama, tubuh mereka menyatu dalam irama yang penuh cinta dan hasrat—setiap sentuhan, setiap napas, setiap bisikan adalah pengakuan bahwa mereka tak bisa hidup tanpa satu sama lain. Yugyeom memandang Tzuyu di bawahnya, rambutnya tersebar di bantal, wajahnya memerah dengan ekspresi yang hanya dia yang bisa lihat. "Sayang… kamu cantik banget—aku nggak pernah puas lihat kamu," katanya, suaranya penuh kekaguman, tangannya menggenggam tangan Tzuyu erat, jari mereka saling terkait.
Tzuyu menatapnya kembali, matanya berkaca-kaca karena emosi dan kenikmatan, "Sayang… kamu bikin aku ngerasa utuh—aku cinta kamu, Kim Yugyeom," bisiknya, tangannya menarik Yugyeom lebih dekat, kakinya melingkar di pinggangnya, menyerahkan dirinya sepenuhnya. Yugyeom mengerang pelan, merasakan Tzuyu begitu dekat, begitu nyata, "Aku cinta kamu, Tzu… dari hujan pertama sampe nafas terakhir," jawabnya, lalu menciumnya lagi—ciuman yang penuh cinta, penuh janji, penuh api.
Malam itu berlangsung lama—tubuh mereka bergerak seperti tarian, hujan di luar jendela jadi musik yang lembut, dan kelopak bunga di ranjang jadi saksi bisu. Mereka bercinta dengan penuh gairah, tapi juga dengan kelembutan—setiap sentuhan adalah pengakuan, setiap erangan adalah doa, setiap pelukan adalah rumah. "Sayang… aku nggak mau malam ini selesai," bisik Tzuyu di sela napasnya yang tersengal, dan Yugyeom tersenyum, mencium keningnya, "Sayang… ini cuma awal—kita punya selamanya."
Setelah puncak gairah mereka reda, Yugyeom dan Tzuyu terbaring di ranjang, tubuh mereka masih saling menempel, keringat dan napas bercampur dalam keheningan malam. Yugyeom menarik selimut untuk menutupi mereka, tangannya membelai rambut Tzuyu yang basah, "Sayang… kamu bikin aku nggak bisa mikir apa-apa lagi—cuma kamu," katanya, suaranya rendah tapi penuh cinta. Tzuyu tersenyum, kepalanya bersandar di dada Yugyeom, mendengar detak jantungnya yang perlahan tenang, "Sayang… kamu bikin aku ngerasa aku punya segalanya—aku nggak mau ada yang lain selain kamu," jawabnya, nadanya lembut.
Mereka saling memandang, mata Yugyeom penuh api yang kini lembut, mata Tzuyu penuh kehangatan yang kini abadi. "Sayang… aku janji tiap malam bakal kayak gini—penuh sama kamu," bisik Yugyeom, tangannya menggenggam tangan Tzuyu, cincin biru di jarinya berkilau samar. Tzuyu tersenyum, mencium pipi Yugyeom pelan, "Sayang… aku janji aku bakal kasih kamu aku—selalu," jawabnya, lalu bersandar lebih erat, hujan di luar jadi pengantar tidur mereka—malam pertama yang panas, penuh cinta, dan tak akan mereka lupakan.
To Be Continued...

KAMU SEDANG MEMBACA
Tangled Hearts (✔️)
Fiksi PenggemarCinta Segitiga sudah biasa. Bagaimana dengan cinta segiempat??? !@#$%&*