Prologue

91 6 3
                                    

2019. 11.40 pm

"Sial... sial.. sial!!....Sialan si laras itu, kenapa.... dia malah memilih lelaki itu, apa karena dia kaya.... dan aku miskin?, .... Kenapa yang kaya selalu menang dan yang miskin selalu kalah....."

Makian demi makian terus terlontar memecahkan keheningan malam kala itu. Suara yang menggema di sepanjang jalan membuat siapapun pasti bisa mendengarnya. Tapi nyatanya Tidak ada orang lain disana, tidak ada satupun kendaraan yang melintas, hanya dia, sosok pria yang berjalan sendiri dibawah gemerlapnya lampu jalanan.

sekilas mungkin terlihat seperti orang gila dengan penampilan yang awut awutan ditambah gaya berjalan yang sempoyongan. Tapi dengan adanya botol bir yang digenggamnya sudah bisa menjelaskan kalau pria ini hanya sedang berada dibawah pengaruh alkohol.

Kesadaran yang sudah tidak lagi selaras dengan kenyataan membuat pria bernama lengkap Araka Kiswana meluapkan segala kekesalan yang ia rasakan. Merasa bahwa dunia telah mencuranginya dengan adanya kasta sosial.

Menginjak usianya yang kini 28 tahun, Araka masih setia menjalani hidup sebagai masyarakat kasta bawah. Bukan karena dia menginginkannya bukan juga karena dia kurang berusaha, hanya saja tidak semua orang memilik nasib yang sama baiknya.

Hidup apa adanya, tinggal di rumah kontrakan dan belum memiliki pekerjaan tetap. Hanya melakukan beberapa pekerjaan sampingan yang upahnya pun tidak bisa dibilang cukup.

Dan sampai lah dia di kondisinya saat ini, minum minuman keras dengan harapan bisa meringankan beban pikirannya di tambah lagi mendengar kabar tentang wanita pujaannya sejak SMA akan menikah. Semua itu semakin menambah tingkat depresinya.

"cihh.. bisa bisanya dia dengan wajah santainya mengatakan kalau dia akan menikah... apa dia tidak memikirkan perasaanku!? Apa dia tidak tau kalau selama ini aku mencintai dia!? Dasar wanita jalaaaang!!!! Hahahahaha siapa juga yang butuh kau sialaaan!! Ahahahah!!" racuan Araka semakin tidak jelas. sedih, sakit hati dan amarah sudah beradu satu menjadi satu luapan emosi yang tak terkendali.

Araka mencoba meneguk kembali bir yang sejak tadi di pegangnya namun hanya setetes cairan yang melesat di tenggorokannya, setelah di lihat botol tersebut sudah tidak menyisakan apapun lagi di dalamnya.

Crlaaaaangg

Araka membanting botol bir tersebut ke jalan hingga pecah berkeping keping.

Araka memegangi kepalanya yang terasa sangat pusing. 'sial, ini tidak membantu sama sekali, lebih baik aku pulang dan tidur saja' batinnya menyadari kalau yang dia lakukan saat ini adalah hal yang sia sia. Araka pun segera pergi dari tempat itu dan pulang ke rumahnya.

Sesampainya di rumah kontrakannya araka melihat ibu pemilik kontrakan sedang berdiri menunggunya.

"ah ini dia orangnya, kemana saja sih kamu araka? Dari tadi saya nungguin kamu disini" ucap ibu pemilik kontrakan ketika melihat araka menghampirinya.

"emm tadi ada sedikit urusan buk, ada apa ya buk siti cari saya malam malam begini?" tanya araka. 'pasti mau nagih uang kontrakan nih' lanjutnya lagi dalam hati.

"begini lo nak araka, masalah uang kontrakannya kamu kan udah lama juga nunggak, sebenarnya ibuk juga gak enak mau ngomong gini ke kamu tapi ibuk juga butuh uang dari kontrakan ini, jadi kalo kamu masih belum bisa bayar tolong kemasi barang barang kamu ya besok, soalnya udah ada yang nanyain rumah ini tadi. Mohon pengertiannya ya nak araka" ucap ibuk siti dengan nada halus berusaha tidak menyinggung araka.

LIKE AN ILLUSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang