Chapter 1: Seperti Sebuah Ilusi

90 11 3
                                    

Araka pov

Aku terbangun di sebuah kamar yang terasa asing bagiku, masih mempertahankan posisi duduk di atas ranjang yang aku tempati saat ini, ku amati sekeliling kamar bernuansa putih tersebut, tidak ada yang aneh hanya sebuah kamar tidur biasa.

Seketika sebuah ingatan masuk menjamah pikiranku, seolah menjelaskan bagaimana aku bisa berakhir di kamar ini.

Flash back

"Waaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa...!!"

Teriakanku menggema di sepanjang jalan malam itu. Terkejut bukan main setelah melihat bayangan ku sendiri di balik cermin.

Bagai mana tidak, yang aku lihat saat ini bukan lah diriku, melainkan sosok gadis remaja yang ku akui memiliki paras yang menawan.

Persetan dengan itu, lantas bagai mana bisa aku berada di tubuh seorang perempuan??

Pikiranku seolah melayang tak mampu menanggapi hal hal yang tidak logis ini.

"Hey apa apaan triakan cempreng mu itu, telingaku smapai sakit tau"

Ucap seorang wanita yang ada di depanku sejak tadi, wanita yang menyadarkanku dari semua kekacauan ini.

"Anu mbak... Bisa tolong cubit saya, sepertinya saya sedang bermimpi" Ucapku.

Aku merasa semua ini hanyalah mimpi, layaknya sebuah ilusi dimana ketidak logisan bisa terjadi, namun aku tidak suka ilusi seperti ini, aku bahkan tidak pernah sekalipun memimpikan menjadi Seorang perempuan.

"aww..awww.. awww..."

Aku mengaduh kesakitan ketika pipiku di cubit dengan keras oleh wanita itu, aku mendelik kesal kepadanya sembari mengusap usap pipiku yang aku yakini sudah memerah sekarang.

Dia hanya terkikik geli melihat hasil perbuatannya.

"Bagaimana? Apa kamu masih bermimpi?" ucapnya dengan nada mengejek.

"ya aku sedang bermimpi karena bertemu malaikat maut seperti mu" ucapku asal karena masih sedikit kesal kepadanya.

Dia hanya menanggapinya dengan tawaan kecil. Dia kemudian melihat ke arah jam tangan yang ia kenakan.

"sepertinya sudah semakin malam, lebih baik kamu ikut aku dulu, besok aku akan mengantarmu pulang kerumahmu" ucap wanita itu setelahnya.

"aku tidak punya rumah, dan kenapa aku harus menurutimu?" ucapku yang masih kurang yakin dengan wanita itu.

"ohh.. Yasudah kalau begitu, silahkan lanjutkan tidurmu, semoga kamu tidak menjadi korban pemerkosaan atau pembunuhan, aku dengar dengar tempat ini lumayan rawan" ucapnya sembari berbalik melangkah meninggalkanku.

Aku bergidik ngeri mendengar perkataannya barusan, mengingat aku saat ini berada dalam tubuh perempuan bukan tidak mungkin aku akan di incar oleh lelaki hidung belang tengah malam begini.

"Eh tunggu mbak..." ucapan ku memberhentikan langkah kakinya.

"hmmm..??" dia menoleh kearahku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 12, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LIKE AN ILLUSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang