Pertama

10.3K 142 8
                                    

"Gaby... Hey! Loe, kenapa? Ya ampun, rambut loe kenapa gini sih? Loe abis ngapain?" Cecar seorang Gadis yang diketahui bernama Ve.

"Ak... Aku... Aku, aku gak papa..." Balas gadis yang kerap di panggil Gaby oleh teman sekolahnya. "Ak... Aku, mau bersihin dulu badan aku..." lanjut Gaby dengan sedikit menepis lengan Ve yang kini tengah menatap khawatir pada keduanya.

"Ini pasti karena cowok itu, kan?" Tanya Ve yang tidak sedikitpun di gubris olehnya. Ve yang mendapat respon demikian pun hanya menghela nafasnya.

Setelah membersihkan dirinya, Gaby kini memilih berbaring di tempat tidurnya dan meratapi nasibnya yang begitu naas.

Gaby Chintya, nama lengkap gadis itu, seorang gadis yang bisa dibilang cantik, dan sederhana, pintar serta rajin juga memiliki banyak prestasi membuat dirinya cukup di kenal oleh teman teman seangkatannya, hanya saja, dia tidak pandai bergaul, dan karena kesederhanannya yang terlalu dominan di kehidupannya, cukup berdampak pada penampilannya yang jarang sekali mengenakan make-up atau sebagainya. Bukannya tidak pandai berdandan, hanya saja dia belum mau mengumbar kecantikannya karena di umurnya yang masih sangat muda. Ya, Gaby sendiri kini baru menginjak kelas 1 SMA, mungkin teman sebayanya sudah banyak yang begitu lihai dan mahir dalam hal berdandan dan mempercantik diri, namun dirinya enggan, baginya cukup seperti ini. Toh, gak dandan juga gak bakalan bikin dia gak naik kelas kan?.

Namun, dibalik itu semua. Gaby juga tetap seorang gadis biasa, yang punya hati, punya perasaan, punya pandangan lain pada seorang lelaki. Gaby juga punya perasaan yang mungkin bisa di bilang "Suka" pada seorang siswa sekelasnya. Namun, satu hal yang membuatnya susah, bahkan mustahil untuk Gaby mendekatinya. Lelaki yang menarik perhatian Gaby, seorang siswa yang menyandang gelar, Troublr maker, tukang usil, suka bolos saat jam plajaran, bahkan orang tuanya sudah tidak asing di mata siswa sekolah itu, karena seringnya mendapat teguran dari para guru untuk pria itu.

Meski begitu, satu kejadian, membuat hati Gaby tersentuh, hingga membuat Gaby tertarik pada sosok pria itu. Dan dari sinilah cerita ini dimulai.



























***

"Ya ampun... Ve!" Pekik Gaby yang kini tengah berjalan bersama sepupunya yang akrab disapa Ve, atau lebih lengkapanya Veranda.

"Kenapa?" Tanya Ve menatap Gabyl dengan raut yang bingung.

"Aku lupa bawa baju olahraga, hari ini kan ada pelajarannya, ya ampun gimana nih..." Ujar Gaby dengan wajah paniknya. "Masa aku harus bolos?"

"Ya ampun Gab, loe ini... Gue kira kenapa!? Masalah baju doang, lagian absen sekali gak bakal bikin loe gak naik kelas tau. Udah tenang aja, tar kita izin aja. Gue temenin." Usul Ve dengan kembali berjalan santai memasuki halaman sekolahnya.

"Ck... Gimana ya..." Gumam Gabriell dengan cemas. Ya, memang betul apa yang dikatakan sepupunya itu, namun entah, lah... Hatinya merasa was - was saat itu. "Atau klo gak gini aja, aku minjem baju kamu, nanti kamu aku izinin ke bu Asri deh, Ve gimna?"

"Dih... Gilak! Enak di loe, kagak di gue!? Tar gue bt sendiri di kelas mo ngapain Kalo loe ikut? Udah, klo lo gak mau gue temenin ijin gampang, loe ini yang gak bawa seragam olahraga!" Ujar Ve yang di akhiri dengan ancaman telak untuknya.

"Iya udah deh, iya aku gak ikut..." Akhirnya dengan wajah cemberutnya Gaby menuruti keingin sepupunya. "Gapap deh, bandel sekali - kali." Gumamnya dalam hati dengan tersenyum sendiri.

"Gila loe ya? Senyum - senyum sendiri gitu... Hiiihhh..." Ujar Ve bergidik ngeri.

"Ish..." Balas Gaby dengan berdesis kesal karena ucapan sepupunya itu.

Setibanya di kelas, Gaby dan Ve langsung menyimpan tas nya masing - masing di bangkunya. Tatapan yang mengundang banyak arti hampir setiap hari Gaby terima dari teman - teman satu kelasnya. Hingga terlalu biasa bagi Gaby menerimanya, bahkan hanya sikap acuh yang bisa Gaby berikan pada mereka. Lagin, toh semua itu gak akan buat dia gak naik kelas, kan? Begitu fikirnya.

"Eh, loe mau nitip sesuat gak? Gue mau ke kantin nih bentar!?" Tanya Ve tiba - tiba.

"Mau ngapain?" Tanya Gaby menatap Ve.

"Ada lah, bentar." Ujar Ve yang membuat Gaby menggelengkan kepalanya tanda dirinya tidak ingin menitip apapun pada Ve.

"Yaudah, bentar ya..." Pamit Ve yang hanya dijawab anggukan oleh Gaby.

Seperti sebuah takdir yang sama sekali tidak akan pernah Gaby duga akan berdampak begitu serius ke depannya. Seorang siswa yang begitu terkenal, begitu populer, karena keusilannya, keonarannya dan ke...... Hmm, apa ya? Ke... Ah pokoknya yang "Ke" jelekan - jelekan lah ya. Masuk ke kelas itu dan menghampiri bangku Gaby tanpa permisi dan duduk di sampingnya.

Deg

Gaby tersentak saat siswa itu duduk di sebelahnya tanpa perkataan dan tanpa ucapan sedikitpun.

"Heh, loe semua denger ya! Gue, bukan mas Adam yang jadi makhluk Beast kalo gue marah, bukan juga Peter yang bisa lindungin seluruh galaxy jagat raya ini! Dan, loe semua gak perlu tiap hari, bahkan tiap detik liat gue seolah gue adalah dajal, yang kedatangannya di tunggu buat di bunuh. Ngerti loe semua." Ujar siswa itu dengan muka kesalnya. Sontak, semua siswa yang mengenlnya pun, langsung mengalihkan perhatian darinya ke hal - hal yang begitu random.

Senyum tengil tercipta di bibirnya dan berdiri dari bangku sebelah Gaby. "Oiya, dan satu lagi! Gue Nabil Adzrilia Putra, mulai saat ini, detik ini juga, adalah pacar dari siswi yang ada di sebelah kiri gue! Sekali gue liat loe pada ganggu dia, abis loe semua!"

Degh

Dengan perasaan yang sangat tak karuan, Gaby melihat kanan kirinya dan memebuang pandangan kesegala arah. "Ve... Aku mohon... Cepet balik!" Batin Gaby, namun sepertinya nasib baik masih berpihak padanya, meski bukan Ve yang datang, namun cukup untuk mengusir Adzrill atau Nabill dari samping Gabriell.

"Selamat pagi anak - anak!" Salam seorang Guru sekaligus malaikat penyelamat Gaby.

"Pagi Bu..." Balas semua siswa kelas itu termasuk Ve yang baru saja masuk kelasnya.

Tbc

Di Hamilin Setan!?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang