N

1.3K 211 19
                                    

"Jiyeon! Astaga kenapa tidak minta bantuanku?!"

Sejeong menggerutu melihat Jiyeon yang tampak kesusahan menaikkan resleting gaunnya sendiri. Perempuan cantik itu tersenyum geli lantaran Sejeong sudah terlihat seperti mendiang ibunya.

"Kau benar-benar seperti ibu yang akan melepas anaknya menikah."

"Nyatanya memang aku akan melepasmu menikah hari ini, dear. Sudah diamlah! Setelah ini Sehun akan menuntunmu ke altar."

Sekali lagi Jiyeon tersenyum. Rasanya ia harus menyiapkan banyak energi karena akan sering tersenyum hari ini. Sejeong memintanya mematut diri di cermin yang menampilkan bayangan seorang wanita cantik dengan gaun pengantin putihnya yang menjuntai indah.

Perempuan mungil itu berdecak kagum melihat sahabatnya. "Kau sangat cantik, Jiy! Astaga hampir saja aku lupa kalau aku wanita," kekehnya ringan. Kedua tangan Sejeong sibuk memutar badan Jiyeon, meneliti jika saja ada cacat dalam setiap detailnya.

"Kau berlebihan, Sej!"

"Aku serius! Berani bertaruh? Kim Taehyung pasti tidak akan berkedip saat melihatmu," ucapnya sembari menepuk dada dengan bangga.

"Ya ya ya, make up artist-ku Kim Sejeong yang hebat."

Tangan kecil Sejeong sibuk merapikan anak rambut Jiyeon yang sedikit berantakan, lalu menancapkan sebuah jepitan kecil untuk membuatnya tetap di tempat.

Suara detak jarum jam menjadi teman di antara Jiyeon dan Sejeong yang terdiam, hanya menatap pantulan diri mereka di dalam cermin hingga Sejeong berkata, "Berjanjilah untuk selalu bahagia, Jiyeon."

"Aku sangat bahagia. Terlampau bahagia," yakin Jiyeon tanpa ragu. Senyum di bibirnya kembali merekah kala tangan mereka bertaut. Baik Sejeong maupun Jiyeon mencoba menahan haru agar tak merusak riasan mereka di hari bahagia itu.

Keduanya serempak menoleh saat pintu kamar dibuka secara perlahan. Kepala Sehun menyembul di balik pintu. "Maaf harus mengganggu waktu kalian tapi Jiyeon harus segera ke altar sekarang."

"Jiyeon sudah selesai! Cepat bawa ia menemui suaminya!" Sejeong menarik tangan Jiyeon berdiri, menyerahkan lengan kurus itu di atas lengan Sehun. Gadis lincah itu kemudian mendorong keduanya agar bergegas karena tidak mau membuat Taehyung menunggu terlalu lama.

Saat melangkahkan kaki di atas karpet merah yang terhubung langsung dengan altar, Jiyeon merasakan darahnya berdesir hebat. Matanya memandang awas pada sekeliling, barisan para undangan yang hadir menatapnya penuh suka cita. Dentingan piano yang dimainkan Sejeong di depan sana sama sekali tidak meluruhkan rasa gugup Jiyeon, sehingga tanpa sadar ia mengeratkan genggamannya di lengan Sehun.

"Kau akan baik-baik saja, Jiy. Jangan terlalu tegang," bisik Sehun yang turut merasakan kegugupan gadis di sampingnya.

Jiyeon mengangguk, gisiknya kembali melengkungkan kurva. Di depan sana, ia melihat Taehyung sudah menunggu dalam balutan tuxedo hitam yang membungkus tubuh tegapnya. Prianya tampak sangat gagah.

Tangan besar Sehun mengelus permukaan punggung tangan Jiyeon sebelum menyerahkan genggaman tangannya pada Taehyung seraya memberikan beberapa patah kata pada lelaki itu.

"Apa aku terlihat gugup?" bisik Jiyeon saat mereka saling berhadan.

"Tidak, kau tampak sangat cantik." Taehyung tersenyum menenangkan.

Pemberkatan pun segera dimulai. Pendeta yang memimpin jalannya pernikahan mengucapkan janji suci pernikahan yang akan diikuti kedua mempelai. Bersama dalam suka duka, kaya maupun miskin, sehat juga sakit, hingga maut memisahkan.

[ ✓ ]Serpentine; ー Kim TaehyungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang