Siapakah orang yang menyapaku hari ini?

3 2 0
                                    

سْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ


"Kita tidak punya kuasa untuk memilih dengan siapa akan berkenalan hari ini. Semuanya kehendak Allah."
(Author)

****

Sepulang aku dari kantor, aku langsung mandi dan berganti baju dan mendirikan shalat ashar. Gerimis tipis-tipis menemani langkah kakiku menapaki jalanan aspal yang ramai dengan lalu lalang angkot berwarna kuning dan sopirnya yang terus menawarkan agar aku menaiki angkotnya.

Aku hanya membalas dengan senyuman dan lambaian tangan tanda aku tidak ingin menaiki angkot itu. Ku rasa kakiku masih cukup kuat untuk berjalan kurang lebih 15 menit setiap harinya. Apalagi selama ditemani air hujan, rasa lelahnya tidak begitu terasa. Aku menyukai hujan, meski terkadang tidak nyaman.

Setelah shalat, aku melanjutkan bacaan Qur'an milikku. Tepat pada surat Maryam, salah satu surat yang paling aku sukai. Jika ada yang bertanya apa alasanku? Maka aku akan menjawab karena aku senang membacanya. Membingungkan memang.

Tepat pada ayat keempat, aku membaca terjemahan ayat tersebut pula.

قَالَ رَبِّ إِنِّي وَهَنَ الْعَظْمُ مِنِّي وَاشْتَعَلَ الرَّأْسُ شَيْبًا وَلَمْ أَكُنْ بِدُعَائِكَ رَبِّ شَقِيًّا

4. Dia (Zakaria) berkata, "Ya Tuhanku, sungguh tulangku telah lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada-Mu, ya Tuhanku.

Aku memeluk erat mushaf ku, dalam hatiku senantiasa berharap agar Allah selalu memberikan aku segala hal-hal yang baik dan menjadikan diri ini sebagai seseorang yang baik pula. Aamiin.

°°°°

Setelah melantunkan ayat-ayat Allah, aku menutup mushafku kemudian merebahkan tubuh diatas tempat tidur. Baru beberapa detik saja, aku kembali mengangkat kepalaku dan dengan sigap berdiri untuk mengambil benda pusaka di tas ku. Begitulah manusia yang hidup di zaman modern seperti sekarang ini, terutama seorang remaja seperti aku.

Bahkan aku tidak bisa tidur nyenyak tanpa ada gadget disampingku. Dan aku rela berlari dari Aceh sampai Papua demi mencari benda kecil itu. Keterlaluan memang, tapi bak oksigen, benda itu sangat aku butuhkan.

Tanpa kesulitan mencari, aku menemukannya. Aku membuka benda kecil berwarna biru dongker ini, dan saat aku membukanya, aku menemukan banyak sekali pesan masuk. Dan pesan tersebut berasal dari budak cinta yang begitu expert. Malas sekali rasanya, aku bisa memastikan bahwa dia sedang curhat dalam bentuk teks dan voice note sambil mengirimkan foto menangis. Ah, bucin yang sempurna.

Setelah sedikit penasaran dengan puluhan pesan masuk dari Emak, aku membukanya. Tapi, aku terkejut karena dia mengirimkan pesan yang jauh berbeda dari biasanya.

"Ni, balas chat dari orang yang tadi invite kamu, ya!"

"Uniii, udah sampe kosan atau belum? Balas ih!!"

"Un, balas chat dia, ya! Plissss"

"Uni, kalau kamu balas chat dia, besok aku beliin ice cream, deh."

BEPERGIAN JAUHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang