Fa.na

9 0 0
                                    

FANA

25 Agustus 2019, 01.00 a.m.

Pernah tidak kamu bertanya pada waktu, apa mereka tidak lelah?

Awalnya aku pikir semua yang ada di dunia ini mempunyai batas. Sesabarnya manusia pasti pernah merasa ketika kesabarannya sudah di ambang batas dan akhirnya meledak juga. Jantung manusia yang terkenal tidak pernah berhenti berdetak suatu saat pasti akan lelah dan berhenti berdetak. Tapi, mengapa waktu tidak kenal batas?

Bekerja mengatur kehidupan mahluk hidup. Tanpa bisa dipercepat apalagi diperlambat. Meskipun oleh manusia, yang katanya mahluk tertinggi yang diciptakan oleh Tuhan, memiliki sabda, bayu, dan idep. Sayangnya, saat ini idep atau akal budi yang dimiliki manusia sudah terkikis seiring waktu berdetak.

Kalau saja aku bisa menghentikan waktu atau siapapun yang dapat menghentikan detak waktu itu, aku ingin berhenti pada detik ini. Agar aku mempunyai spasi yang cukup untuk aku menyiapkan diriku di waktu yang akan datang.

Atau kalau ada kesempatan untuk memegang kendali waktu, aku mau kembali di waktu mereka yang dulu saling mencintai dan tidak akan pernah aku biarkan rasa cinta itu pudar seiring waktu berjalan.

Namaku Fana.

Fa.na ; dapat rusak, hilang, mati; tidak kekal. Itu kalau kamu cari dalam kamus besar bahasa Indonesia. Tapi, kalau kamu tanya mama atau papa ku mereka akan menjawab, Fana artinya cahaya. Diambil dari bahasa Afrika dan harapannya agar aku dapat menjadi cahaya bagi mereka selamanya.

Sayangnya, cahayaku tidak mampu untuk mempertahankan keutuhan cinta mereka. Saat ini, mama dan papa sudah menemukan kebahagian mereka yang baru.

Usiaku 14 tahun saat kami duduk melingkar di meja ruang tengah. Papa menunduk, sambil mengaduk kopinya. Mama hanya terdiam. Yang terdengar hanya detak jarum jam dinding, Sampai akhirnya papa menggenggam tangan kananku dan kudengar mama menarik napas panjang sebelum akhirnya menggenggam tangan kiri ku. Yang kulihat saat itu mama sedang menahan air matanya agar tidak jatuh, begitupun papa. Waktu itu, aku masih bisa tersenyum dan mengatakan semuanya baik-baik saja dan aku tidak apa-apa. Dan, aku ingat papa berjanji, bahwa ini bukan yang terakhir kalinya kami berkumpul sebagai keluarga.

Saat itu, saat kami berkumpul terakhir kalinya sebagai sebuah keluarga yang utuh, aku menyadari bahwa, waktu tak kenal belas kasih.

Aku baru saja bertambah satu tahun seminggu yang lalu. Tahun depan aku sudah berkepala dua. Artinya aku sudah cukup dewasa untuk memahami dan menelaah semua yang terjadi dalam kehidupanku.

Saat aku sadar, bahwa sebenarnya waktu tidak jahat. Ia hanya memainkan perannya sebagai waktu.

Atau, apakah sebenarnya manusia yang terlena oleh kenikmatan yang duniawi berikan sehingga melupakan untuk menghargai setiap detik yang terus berputar?

Salam Hangat,
Fana Isabel

Hot ChocolateWhere stories live. Discover now