"Halo, Mikha!" sapa Sabrina ketika menemukan Satrya dan Mikha di kedai es krim Mall Pondok Indah. Sabrina memang janjian dengan Satrya di sini setelah lembur mengisi acara bazar buku daerah Senayan.
"Salim, Mik, sama tantenya!" perintah Satrya kepada bocah itu. Mikha pun mencium punggung tangan Sabrina malu-malu.
"Idiiih ... malu-malu. Jaim banget lo, Mik, sama cewek!" goda Satrya sambil mencolek-colek hidung Mikha yang kecil.
Sabrina berlutut agar mensejajarkan wajahnya dengan Mikha. "Mikha makan es krim apa?" tanyanya.
"Toklat dong !" jawab Mikha acuh tak acuh.
Sabrina tertawa geli mendengar imbuhan "dong" yang diucapkan Mikha.
"Lagi suka ngomong 'dong' sama 'deh' dia. Gaya banget," ujar Satrya, membuat Sabrina semakin gemas melihat Mikha.
"Enak nggak, Mik?"
"Enaaak dong!"
"Mikha pergi sama Om Iyya aja? Mamanya mana?"
"Ke mana, Mik, mama? Belanja ya, Mik?" Satrya membantu Mikha menjawab.
Mikha menganggukkan kepala. "Mamah banja ."
"Ooh ... belanja.... Ini es krimnya dari siapa sih?" tanya Sabrina lagi.
"Dali Iyya dong !" jawab Mikha ceria sambil cengengesan memamerkan gigi-gigi susunya yang kecil-kecil.
Saking gemasnya, Sabrina langsung meremas-remas halus pundak Mikha.
"Wiii asik yaaa.... Tante bagi boleh nggak?"
Mikha menarik es krimnya. "Tidaaa!"
Sabrina tertawa gemas melihat tingkah polos Mikha. "Iya, nggak deh. Buat Mikha aja!" ujarnya seraya mengacak-acak puncak kepala Mikha.
"Tadi acaranya ngapain aja?" tanya Satrya pada Sabrina.
"Ya, gitu. Ada talkshow sama penulis yang bukunya baru aja terbit. Aku sih cuma bantuin anak-anak marketing ngurusin registrasi acaranya aja."
"Emang kayak gitu-gitu nggak free ya?"
"Free. Cuma ada gimmick gitu, kalo beli bukunya pas bazar dapat diskon dan dapat merchandise plus tanda tangan penulisnya gitu."
"Rame?"
"Rame banget! Penulisnya itu kan emang terkenal di kalangan penulis-penulis buku self-help gitu. Cuma layout dan ilustrasi di dalam bukunya tuh selalu lucu gitu. Gimmick-nya juga lucu-lucu. Kayak dapat pin dengan desain ilustrasi kayak di bukunya. Bisa jadi campaign juga sih. Misalnya, tentang spread positive energy gitu-gitu," cerita Sabrina dengan sorot mata yang begitu menyala.
"Masih laku emang ya buku self-help gitu? I mean, orang-orang tuh se-clueless itu gitu sama hidupnya sampai baca buku self-help?"
"Hem ... kalo menurutku sih ya, yang dicari itu bukan solusi juga sih. Mereka baca buku-buku itu justru mencari persetujuan, seperti membuat mereka merasa kalau mereka nggak sendirian dalam mengalami anxiety tertentu. Masalah berguna apa nggak tips-tips di dalamnya, itu sih balik ke masing-masing. Tapi yang sebenarnya dicari adalah bantuan untuk mencapai tahap acceptance," jelas Sabrina.
Satrya tidak membalasnya lagi. Dia hanya menatap gadis di depannya yang kini sedang bercanda-canda dengan Mikha dengan sorot mata penuh kekaguman. Sabrina seperti memiliki kemampuan untuk memahami apa yang orang lain rasakan, walaupun mungkin dia nggak bisa merasakan semua yang orang lain rasakan. Dia selalu berusaha melihat sesuatu dari sudut yang lain, berusaha mengerti keadaan orang lain. Itulah yang membuat Satrya selalu mengagumi gadis itu setiap mereka asyik mengobrol.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Jejak (novel teaser)
RomanceKatanya, kadang untuk beranjak dan melanjutkan kehidupan perlu dibantu oleh orang lain... "Aku ngerti, dia berarti banget buat kamu dan kamu nggak bisa dapetin dia, aku tahu. Makanya kamu pilih aku. Waktu kamu ajak aku jalan, aku tahu aku bukan pili...