Aku yang merindu

20 2 0
                                    

Masya Allah. How beautiful.
Mataku masih menatap erat pemandangan dibalik kaca apartemenku. Pemandangan malam, yang selalu aku tunggu. Kota yang sibuk, kota yang ramai, di malam hari tampak begitu hidup. Ditemani kopi yang ku buat dengan air dingin, aku masih mengabsen jejeran gedung menjulang di hadapanku. Hanya dibatasi kaca, eh plus gorden yang telah ku buka hingga ujung, netraku bisa melihat langsung jejeran apartemen dan mall mall besar. Ya, aku disini, memulai hidup baru, memulai pengalaman baru, memulai proses yang kuharapkan, dan aku berdoa bisa membuahkan hasil yang aku harapkan. Aku disini, dengan aku yang sekarang. Aku yang dulu, bukanlah aku yang sekarang. Jangan nyanyi! Aku, serius. Aku yang sekarang sudah berbeda, dan tak akan pernah sama dengan dulu. Ya, dulu. Ketika semuanya terjadi, ketika kehidupan masa laluku berhasil membuat hidupku berubah. Bukan, bukan jadi power ranger, apa lagi wonder woman.
   Aku disini, aku yang sekarang, tepat dimana kakiku berpijak, di wilayah orang lain, ber kilo kilo meter dari rumah orang tuaku, ku berharap semoga aku bisa menemukan harapan dan cita citaku yang dulu sempat menghilang. Ya, aku sedang menempuh kuliah. Aku sekarang sudah semester 2 di ilmu ekonomika, NUS. National University of Singapore, impianku. Alhamdulillah. Aku berterima kasih untuk semua orang yang telah membantuku selama ini, membantu belajar, memberikan pengalaman, dan, memberikan, luka. Luka yang begitu dalam. Luka yang mampu mengubahku menjadi pribadi yang lebih baik. Terima kasih. Terima kasih ku ucapkan untuknya, orang yang jauh disana, orang yang sampai sekarang, mungkin, em. Tak sanggup ku jelaskan. Tapi, karena baru saja ku selesaikan tugas kuliahku, dan aku tidak bisa tidur lagi, walau ini masih dini hari, aku berniat untuk membaginya kepada kalian. Mau? Hatiku, sesak. Air mataku mendesak keluar, begitu namanya terngiang di fikiranku. Aku berlari menuju meja belajarku, ku buka Microsoft Word, ku ingin tumpah ruahkan semua rasa yang ada di hatiku sekarang. Sudi kah kalian membacanya? Sudikah kalian mendengarkan ceritaku tentang dia? Dia. Sesosok manusia, yang bahkan sampai sekarang, Tuhan tidak menakdirkanku untuk bisa bertemu dengannya kembali. Tarik nafas, buang. Oke Risti, kamu kuat. Kamu pasti bisa berbagi. Huh. Bismillah.
ku hapus air mata yang menggenang, aku siap. Aku telah lama menunggu momen ini, aku harus kuat. Ku seruput sekali lagi kopi dinginku, lalu ku memulai menuliskan awal pertemuanku dengan dia.

 

Admirateur SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang