Prolog

4 0 0
                                        

Angin pantai berhembus dengan lembut, sepoi-sepoi dan begitu menyejukan untuk di nikmati. Itulah yang dirasakan Renala saat ini, begitu menenangkan hati dan pikirannya.

Berdiri di bibir pantai, gadis itu memandangi matahari terbenam seorang diri. Di saat teman-teman nya yang lain tengah beristirahat di kamar hotel setelah lelah bermain seharian. Renala memutuskan untuk mengunjungi pantai ini sendirian.

ketenangan.

Itulah yang dia cari.

Angin kencang berhembus menerpa gadis itu. hijab panjang nya berkibar-kibar terbawa angin begitu pun dengan longdress nya yang juga ikut berkibar. Membuat gadis itu tampak seperti bidadari yang terbawa arus.

Pemandangan tersebut sangatlah indah. Berdiri disana dengan tenang. aura halus dan hangat yang dia pancarkan begitu memikat dan mempesona. Sangat berbudi luhur dan terpelajar. Namun juga rapuh di satu sisi, membuat siapapun ingin sekali mendekapnya dalam pelukan hangat. Mengelus kepalanya dengan sayang dan membisikan kalimat penenang untuk gadis itu.

Begitulah yang dirasakan Zidan saat ini. melihat dari kejauhan sosok anggun tersebut. sosok perempuan yang begitu mendebarkan sekaligus menghangatkan hatinya.

Zidan beruntung, Allah mengirim Renala dalam hidup Zidan yang tampak abu-abu dan tanpa warna. Menemani nya untuk melengkapi pahit manisnya kehidupan bersama. Zidan sangat bersyukur.

Allah menyayanginya, Allah mencintai nya.

Disaat Zidan kehilangan arah tujuan hidup, Allah membantunya dengan mendatangkan Renala pada hidupnya, untuk menuntun pria itu kembali pada jalan yang benar. Kembali pada jalan yang seharusnya.

Renala Allisya.

Gadis yang amat ia cintai dan akan segera menjadi pasangan hidupnya. Menemaninya hingga maut memisahkan.

Betapa nikmatnya hidup ini.

Renala memejamkan matanya, menikmati hembusan angin yang menerpa. Perasaannya tenang, Seakan angin ini dapat membawa semua beban yang ia pendam. Renala yang selalu tampak ceria dan baik-baik saja, nyatanya tidak sebaik-baik saja yang mereka kira.

Semua orang punya masalah, begitupun dengan gadis itu.

Di saat ia tengah menikmati hembusan angin, ada kehangatan yang tiba-tiba merayap di bahunya. Menyelimuti tubuhnya yang memang mulai terasa dingin.

Seketika Renala membuka matanya dan melihat kalau ternyata ada selimut hangat yang menutupi tubuhnya. Dia mendongak, menatap si pelaku yang telah menyampirkan selimut.

Dia adalah Zidan, tunangannya yang akan menjadi masa depannya. Seorang Imam yang akan memimpin keluarganya.

Renala tersenyum hangat dan di balas Zidan dengan senyum hangat pula. Tapi detik berikutnya, jentikan ringan mendarat di kening gadis itu, membuat Renala mengaduh lirih.

"Aw." Aduhnya lirih sembari mengelus keningnya.

"Salah sendiri kesini gak bawa jaket, kalau kamu masuk angin gimana ?. pakai acara tiba-tiba ngilang segala, bikin orang khawatir aja. anak-anak apalagi, mereka heboh nyariin kamu." omelnya dengan wajah tanpa ekspresi namun ada kekhawatiran dalam nada suaranya.

Renala yang mulanya cemberut menjadi tenang, menatap Zidan dengan rasa bersalah.

"Maaf. Aku gak bermaksud buat kalian khawatir. Aku cuman pingin cari ketenangan sama sekalian liat matahari tenggelam kok. Itu aja." katanya dengan lirih.

Zidan melunak lalu menghela nafas. "Kalau mau pergi, bilang dulu sama yang lain dan jangan pergi sendiri, cari temen. Kalau ada apa-apa gimana ?"

Renala memutar bola matanya. "Aku bukan anak tk yang kalau di kasih permen sama orang langsung terima gitu aja. aku udah gede, dan aku juga hafal jalan pulang." Katanya sebal.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 12, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Takdir Yang MenentukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang