2015-2018 Saya satu kelas dengan wanita yang kadang saya benci dan kadang juga saya sukai, selama 3 tahun di SMA itu pula dia membenci saya, namun menurut saya itu wajar-wajar saja, karena sikap saya yang sering becandain dia, sampai-sampai whatsApp dan IG saya di blok wkwkkw .
Seringkali kita bertengkar, ngejambak, nyubit, misuh dll, semua hal itu saya dapat darinya . Tetapi ada sebuah perasaan yang aneh saat kita berinteraksi, semakin dia marah, semakin saya dekat dengan dia. Namun sayang, 3 tahun berjalan, Saya hanya berani untuk melangkah sebagai teman kelasnya saja.
Setelah lulus, kami berpisah kota, saya ditetap Karawang, dia kuliah di jogja. tak sempat saya menyatakan cinta. Kami berdua sibuk dengan urusan masing-masing, hingga tak pernah ada kabar darinya, walaupun saya juga mikir "saya ini siapanya dia".. tapi ya namanya perasaan, ada saja yang dipikirkan.
Setelah saya minta maaf atas segala apa yang terjadi di SMA dan dia juga meminta maaf ke saya atas perlakuannya, akhirnya kami mulai chat-chat sederhana itu. Hingga pada akhirnya saya terjatuh pada zona kenyamanan, coba bayangkan "3 tahun kamu membenci wanita, dan hanya butuh 1 hari kamu mencintainya". Saya bulatkan tekad saya untuk terus mendekati dia, namun rasanya dia emang ga punya perasaan apa-apa ke saya. Hanya sebatas teman sekolah, yang mempunyai kesalahan, lalu dimaafkan dan cerita selesai begitu saja. Namun saya tak patah tulang, eh.. tak patah semangat maksudnya, saya terus mencoba dan terus berusaha membuat dia agar selalu berinteraksi dengan saya.
February 2019, Dia pulang ke Karawang, libur kuliah katanya, dia mengajak saya makan bakso karena memang saya punya janji dengan dia. Hanya sekitar 1 minggu, Dia harus kembali ke jogja untuk mengurus nilai kuliahnya, kebetulan saya juga mau ke Kediri, Akhirnya kita janjian dalam satu kereta. 9 jam perjalanan di kereta kami habiskan dengan tertawa dan mengingat kembali segala hal-hal konyol di SMA, hingga pada klimaksnya, Dia ketiduran, dan tak sengaja menyender di pundak saya. Inilah, satu hal sederhana yang sangat berarti dalam hidup saya.
Sial, kereta sudah sampai stasiun lempuyangan,
Dia turun.. melambaikan tangan, seraya berkata "daahhh" - dan pergi begitu saja.
Kawan, keretaku sepi kembali.
Pada pertengahan Februari, dia kembali ke Karawang, melanjutkan liburannya, "hanya sebentar" kok ,katanya..
"Saya... saya sebenernya cinta sama kamu" pesan singkat tapi ngga ngotak yang saya kirim lewat whatsApp, namun sayang, dia mengulur chat dan secara halus menolak saya,
Begooo... begoonya aingggg... kami berdua jadi canggung dan dia, dia seperti yang menjauh dari saya, mengabaikan dan menghiraukan segala tek-tek bengek chat dari saya. Hingga tiba moment yang mungkin menjadi perpisahan di semester kali ini, Dia pulang untuk melanjutkan aktivitas kuliahnya. Setelah mendapat info dari temannya, saya langsung ke stasiun Karawang untuk mengucapkan perpisahan (cinta, perasaan dan harapan), untuk sekali lagi, secara langsung, sebagaimana laki-laki melakukannya .
Hingga kereta Singasari tiba di Stasiun Karawang, dia tak kunjung terlihat, hati kecil saya pasrah , dan mungkin saja dia naik di cikampek. Namun sudah telat, waktu tempuh Karawang-cikampek adalah 20 menit dengan kereta, dan 1 jam dengan motor, tak mungkin saya keburu melihatnya.
Ahh Tuhan,, apa ini endingnya... "Tidakkk dan tidak akan".
Saya coba langsung ke rumahnya, memastikan apakah benar dia sudah benar-benar tidak ada dikarawang, sesampai di rumahnya.. seperti yang tak percaya,, ternyata inilah harapan, dia masih di rumahnya, dia masih dikarawang, kawan.
Setelah berbincang, ternyata dia ke jogja diantar sudaranya menggunakan mobil... ah bege dah ( saya hanya nanya tanggal perginya, tidak kendarannya) hahaha..
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia, Senja dan Jogja
Short StoryApakah kau percaya bahwa benci itu bisa melebur menjadi buih-buih cinta ? apakah kau percaya jika pertengkaran merupakan pendekatan yang paling sempurna ? apakah kau pernah merasa kehilangan seseorangan yang awalnya sangat menyebalkan dalam hidupmu...