Tiga (Part #1)

5 1 0
                                    

* Infinite - Amazing *

Seluruh panitia makin sibuk. Mereka bekerja sama menghias gedung teater. Puncak acara yaitu pentas seni akan digelar di sana besok malam. Saking sibuknya, para panitia harus menginap malam ini untuk lembur.

"Yeon Ae tidak ikut?" sambut Woohyun saat Myungsoo tiba bersama Sungyeol.

"Eh, lihat itu!" Dongwoo menyikut Amber yang duduk di samping kanannya. "Sejak kapan Myungsoo jadi begitu akrab dengan Sungyeol?"

"Bukankah sejak dulu?" Amber balik bertanya.

"Ish! Kau ini!"

"Eum, iya. Mungkin saja mata Myungsoo sudah kembali normal, jadi dia bisa melihat keberadaan Sungyeol dengan jelas sekarang."

"Masuk akal." Dongwoo manggut-manggut lalu kedua makhluk ini cengingisan bersama.

"Bagaimana persiapannya? Tadi Yeon Ae pamit untuk datang kemari lebih dulu." jelas Sungyeol. "Kemana lagi dia?" Sungyeol menerawang seluruh sudut gedung teater.

"Lumayan, tapi harus kerja keras malam ini." jawab Woohyun.

"Kami juga menunggu Yeon Ae." sahut Amber yang kini berjalan mendekat bersama Dongwoo.

"Akrab sekali? Ternyata kalian bisa akur juga ya." komentar Dongwoo.

Myungsoo hanya menyunggingkan senyum kecil di bibir tipisnya.

"Ternyata kalian bisa akur juga ya." tunjuk Sungyeol pada Amber-Dongwoo.

"Ish! Kami ini kan satu tim!" Dongwoo merangkul Amber dan Amber mengangguk membenarkan ucapan Dongwoo. "Kalian yang aneh, kenapa tiba-tiba jadi akrab begitu?!" giliran Dongwoo menunjuk Sungyeol dan Myungsoo.

"Ish! Kami ini kan satu tim!" Sungyeol merangkul Myungsoo menirukan gaya Dongwoo sebelumnya.

"Hih!" Dongwoo benar kesal dibuatnya.

"Dimana Yeon Ae?" Howon tiba-tiba datang menyela.

Lima pasang mata itu langsung menatap ke arah Howon. Myungsoo menatap sengit pada Howon, begitu sebaliknya.

"Kau yakin ingin aku hadir?" tanya Sungkyu masih memegang undangan pemberian Yeon Ae di tangan kanannya.

Yeon Ae mengangguk dan menatap Sungkyu penuh harap.

Sungkyu menghela nafas. Ia tak yakin apakah dia bisa hadir. Ingin tapi terasa berat. Ia tak berani menyanggupi Yeon Ae.

Kenapa Sungkyu merasa terbebani seperti ini? Bukankah selama ini ia merasa jika Yeon Ae membawa kebahagiaan dalam hidupnya. Selain itu bukankah selama ini ia merasa 'sama dan senasib' dengan Yeon Ae. Sungkyu juga seorang piatu, ibunya meninggal karena sakit. Apalagi selama sebulan ini Yeon Ae telah banyak membantunya, lalu kenapa Sungkyu merasa terbebani? Hanya mendatangi undangan pesta ulang tahun kampus, apa sulitnya? Anggap saja itu balas budi, tidak bisakah?

Ponsel Yeon Ae berdering, nama Sungjeong muncul. Yeon Ae segera menerima panggilan itu. Ia terdiam mendengarkan Sungjeong bicara. Yeon Ae sontak berdiri, ia kemudian membungkuk di hadapan Sungkyu dan bergegas pergi.

"Yeon Ae~aa!!" teriakan Sungkyu tak dihiraukannya. Yeon Ae tetap berlari dan pergi meninggalkan Sungkyu.

"Hah..." Sungkyu kembali merebahkan punggungnya pada punggung bangku taman. Kembali ditatapnya undangan pemberian Yeon Ae, lalu ia menatap ke arah Yeon Ae pergi. Gadis itu telah lenyap dalam kegelapan malam, tak ada lagi sosoknya.

"Haruskah aku datang?"

***

Yeon Ae berhenti sejenak di depan pintu gerbang kampus. Ia kembali mengatur nafasnya yang ngos-ngosan. Setelah merasa kuat, ia kembali berlari. Berusaha sekencang mungkin menyusuri koridor kampus untuk cepat sampai pada gedung teater.

ROLLERCOASTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang