Sejenak kuhentikan langkahku. Menyimak lebih dalam apa yang saat ini mengganggu fikiranku. Melirik bayang hitam yang selama ini menemani langkahku kapanpun, dan dimanapun aku. "Tak lama lagi", bisikku tersadar. Ya, aku tersadar dari lamunanku selama perjalanan dari halte busway tadi. Tersadar bahwa senja tak lama lagi menyapaku. Senja? sejak kapan aku suka senja? Itulah pertanyaan yang sering di lontarkan teman-temanku, akupun tidak cukup tau sejak kapan aku menyukainya, yang jelas saat itu senja hadir membawa kebahagiaan untuk diriku. Saat itu.
Lalu bagaimana dengan saat ini?. Entahlah.
Cukup lama aku berjalan sambil memikirkan sesuatu yang tak seharusnya kupikirkan.Dalam perjalananku menuju kontrakan yang tak begitu dekat dari halte, akumemikirkan sosok yang menghampiriku siang tadi. Ya, dialah yang telah menganggufikiranku selama ini, dialah yang membuat hidupku banyak berubah. Menjadi lebih indahkah? atau lebih buruk? atau malah lebih dan lebih buruk? itulah pertanyaan yang sering kulontarkan pada diriku sendiri. Senja yang kusukai kala itu, sosok inilah yang mengenalkannya padaku. Hingga membuatku jatuh cinta pada panorama alam ini. Aku telah terhipnotis olehnya, oleh kemenawanannya yang menggoyahkan hati. "Kenapa kau lakukan ini padaku? apa kau membenciku? apa yang telahku lakukan padamu? aarrgghh setega itukah kau?" Bentakku ketikaku melihat bayangannya yang menghantuiku. Ya, bayang itu selalu terbesit dalam fikirku, bayang yang saat ini tak kuinginkan hadirnya.
Langkahku terhenti seketika, kedua mataku tertuju kepada si Swastamita yang perlahan meredupkan cahaya mentari berganti rembulan dipucuk barat.
"terimakasih pernah hadir dalam hidupku, meski hadir dalam sesaat namun kehadiranmu meninggalkan momentum yang sangat sulit dilepas". Bisikku dalam hati, berusaha menerima apa yang saat ini benar-benar terjadi padaku.
Melepaskan seseorang yang lama singgah dan yang selalu mengusik pagi hingga petangku, tidak semudah menghirup oksigen di depan mata. Jika tidak banyak yang ia kenalkan padaku, mungkin saja ku perlahan mudah melepasnya. Tapi kata tinggallah kata.
"buugg... aaarggh"
"duh,, maaf-maaf mba, saya gasengaja, maaf saya buru-buru.. mbanya gapapakan?".
Seseorang menabrak dan menjatuhkanku, benar memanng tak sengaja namun membuatku terkejut setengah mati. Sontak pandangan ku beralih pada sosok yang membuyarkan lamunanku menatap si panorama indah yang pernah singgah. Siapa yang tak akan terjatuh jika yang menabrak badan mungilku ini adalah si penikmat Basket. Tubuh kekar berotot, hitam manis -tidak juga, ya sedikit sawo matang, dan tinggi dengan balutan baju kaos dan jeans biru yang menunjukkan bahwa ia sosok yang maskulin tapi santai. Haha.
"oke mas, saya gak apa-apa kok. Tapi lain kali hati-hati ya mas". Tegurku sambil mencoba berdiri sendiri dengan mengabaikan pertolongannya untuk membantuku berdiri.
"iya mba, lain kali saya akan lebih berhati-hati. Apa ada yang terluka? Mau saya antar pulang mba?" ia dengan pedenya memberikan tawaran yang membuatku bertanya-tanya. Bukankah barusan ia bilang terburu-buru? Namun kini malah menawarkanku untuk diantar pulang.
"baiklah Zavana, posthink okey, dia mau bertanggung jawab atas ketidakhati-hatiannya". Bisikku menenangkan fikiran yang perlahan bernegatif-thinking pada sosok baru ini.
"eh, gausah mas, saya bisa kok jalan sendiri, lagian juga sudah dekat. Saya permisi".
"loh..eh.. baik mba, sekali lagi saya minta maaf mba". Teriaknya kuabaikan begitu saja karena ku langsung berlari meninggalkannya. Tak perduli itu membuatnya tersinggung atau tidak, yang jelas kuharus segera menenggelamkan tubuhku pada kasur empuk beraroma teh hijau dikamarku. Hari ini benar-benar melelahkan, lelah hati dan fikiran. Dan.. hari inipun aku telah melewatkan 10 menit terakhir momen Si Swastamita akibat sosok besar yang menabrakku, secara tidak sengaja.
Meski terlewat, Kuharap tak adalagi Senja yang singgah sesaat dalam hidupku.
Selepasnya membersihkan diri, kurebahkan sejenak tubuh mungil ini dengan menghirup aroma racikan teh hijau yang kuseduh hangat. Sudah seminggu lamanya menerima banyak client yang harus ku-audit. Bukan. Bukan menerima client yang menghadirkan tumpukkan lipatan dikelopak mataku, tapi bersahabat dengan jam malam yang menuntutku untuk terus berkutat pada laporan-laporan audit perusahaan client. Seakan tubuh mungil ini mengeluarkan alarmnya dengan merengek untuk diajak berlibur. Setidaknya dengan mencuci mata sejenak dengan yang hijau-hijau untuk mengurangi lipatan kelopak yang bergantungan dimataku.
Seperti halnya mengalihkan duniaku pada sosok yang beberapa tahun lalu mengusikku. Padatnya jam kerja dan tim yang loyal perlahan membuatku menghilangkan memori tentangnya. Terkesan memaksa memang, namun ini lebih baik daripada harus terpuruk dalam kenangan yang mengusik setiap detik waktuku. Terkadang kenangan tak semua harus dikenang dalam memori indah, itu hanya akan membuang space memori saja jika harus memaksa mengenangnya. Haha.
Aku berusaha untuk mengalihkan memoriku diwaktu rehatku. Terkadang dengan menghirup aroma racikan teh hijau dan duduk menghadap balkon dengan view langit malam nan syahdu perlahan memori itu terulang kembali. Namun kali ini tidak kubiarkan begitu saja. Lebih baik malam ini kubuatkan daftar panjang untuk liburan dihari Minggu. Libur sekali seminggu membuatku benar-benar harus mencari waktu yang tepat untuk "me time". Siapa bilang seorang Zavana tidak suka "me time". Hal itu perlu didapatkan oleh siapapun didunia ini untuk sejenak merefresh fikiran yang kusut, ya meski sebentar.
Seketika dering telpon genggamku menendang hening malam.
Pak Radit menelponku, artinya besok tidak ada kata libur untukku. "huuft" kumenghela napas panjang.
"Selamat malam pak.."
---------------
Sedikit prolog dari awal cerita Zavana dan Senja.
cerita pertamaku ya gaeess, semoga kalian suka dengan awalnya dan seterusnya hehe. kalo ada yang mau kasih aku kritik dan saran boleh banget tulis di komentar. dengan senang hati :).
selamat menikmati gaaeesss;).Cover by pinterest
YOU ARE READING
Swastamita Zavana
Roman d'amour"Senja kala itu memang bagus. Tapi akan lebih bagus jika kau tidak benar-benar menjadi senja, yang datang sesaat lalu pergi begitu saja. " -Zavana- Zavana, wanita yang tak pernah mengharapkan kehadiran Senja dalam hidupnya. Namun, ia harus menerima...