ungkap

1.1K 227 14
                                    

"Gue bukan pacar lo.", ucapan Eunsang yang pelan dan dingin itu mampu untuk menghentikan langkah besar junho yang sibuk menarik sebelah tangan Eunsang.

"Iya, gue ta-....", belum sempat kalimat yang ingin Junho ucapkan Eunsang buru-buru menyela laki-laki itu.

"Kalo tau terus kenapa? Kenapa narik gue kesini?"

"Gue gak suka.", Air muka Junho terlihat frustasi.

"Gak suka apa Junho?", Eunsang masih tak habis pikir dengan jalan pikiran Junho yang aneh itu.

"..."

"see? Lo bahkan gak tau kenapa? Bisa gak lo gak bawa bawa gue lagi di setiap hal yang lu perbuat, like cukuplah beberapa bulan ini kita dekat seolah lo ngasih harapan kek gue. Anggep aja kita ga pernah kenal,.."

Eunsang mengambil nafas pelan, "Dan satu hal, jangan pernah ngelakuin hal bodoh kek gini lagi, lo gak berhak."

"Gue berhak!", Ucapan Junho mulai meninggi.

Satu alis Eunsang naik terangkat.

"Gue sayang sama lo."

"Basi. Simpen perasaan lo buat lo sendiri, gue udah cape.", Eunsang buru-buru berbalik berjalan cepat menjauh mencoba menyembunyikan wajah sok tegarnya, menggigit keras bibirnya yang mulai bergetar.

Junho sendiri masih berdiri, kepalanya berputar memori hal-hal yang seharusnya dia lakukan hari ini untuk Eunsang. Bibirnya tak henti mengucap bermacam macam sumpah serapah.

Bagaimana rasanya Junho? Sudah lumayan menyakitkan belum?

--

Gue sayang sama lo

Gue sayang sama lo

Gue sayang sama lo

Gue sayang sama lo

Sejak tadi semua kata-kata yang Junho katakan berputar-putar dalam memorinya.

Seharusnya kalimat yang dia angan-angankan itu tak membuat pipinya menjadi sembab saat ini.

Seharusnya dari awal dia tak menaruh hati, Junho begitu tak terjangkau, harusnya dia tahu.

gue juga sayang sama lo, dasar junho sialan.

Gak, gue gak boleh jatuh ke lubang yang sama.

hati dan pikirannya sibuk saja berdebat, juga aliran yang mulai berbekas di pipinya. Dia sudah terlalu kecewa, sudah berapa lama dia membiarkan hatinya yang malang menunggu? Berapa lama lagi dia harus bertahan dengan ketidakpastian yang dia coba aminkan? Atau berapa lama lagi hatinya akan harus selalu memunguti deretan pecahannya yang berserakan?

"Sang, ada temen di luar!", Teriakan keras Ibunya membuat Eunsang buru-buru mengahpus jejak air mata yang ada di pipinya.

"Siapa, Ma?", Tanyanya kala dirinya cukup yakin wajahnya terlihat biasanya saja.

"Gatau, bukain aja sana."

Langkah gontai Eunsang membawanya membuka pintu rumah, Bahunya menegang pelan mendapati orang yang yang selama ini mneghantui pikirannya ternyata berada di depannya.

Tangannya dengan sigap menutup pintu kembali, belum sempat pintu tertutup, Junho sudah lebih dulu menarik salah satu lengannya agar tertarik keluar dari rumah.

"Lo nangis?", Junho langsung bertanya tanpa basa-basi.

"Ga penting, ngapain lo kesini, pulang sana.", Eunsang menggoyang goyangkan lengannya agar genggaman kuat tangan Junho padanya bisa terlepas.

"Gue mau jelasin.", Junho menunduk tapi tetap mengeratkan pegangannya oada lengan Eunsang.

"...", Eunsang diam, maksud memberi waktu pada pemuda Cha itu untuk menjelaskan, sambil membiarkan separuh hatinya kembali berharap pada kemungkinan indah yang mungkin hadir di antara mereka.

"Oke, gue salah. Gue gantungin lo, gue gak ngasih kepastian, gue bajingan biarin lu menerka-nerka sebenarnya perlakuan gue ke elo itu bermaksud apa, gue jahat biarin lo ngerasa nyaman tanpa tau sebenarnya perasaan lo gimana, gue brengsek biarin lu berjuang sendiri buat ngewujudin kata kita diantara lo dan gue.", Junho menghelas nafas pelan, mata yang biasa sayu itu menatap intens Eunsang dalam jarak yang lumayan dekat.

"Gue goblok, pura pura gak tau lo sebenernya naruh hati ke gue, ngebiarin lu semakin berharap, dan selalu ngebiarin kita tanpa status yang jelas."

Tangan Junho yang menggenggam kuat lengan Eunsang, turun ke telapak tangannya, tersenyum kecil kala mendapati betapa pasnya tautan tangan mereka berdua. Eunsang mencoba mengalihkan tatapannya, mencari objek lain yang lebih indah daripada wajah yang ada dihadapannya saat ini.

"Eunsang liat gue.", Kata singkat itu bagai mantra bagi Eunsang, seperti bagaimana pun dia menolak pengaruh Junho sudah terlalu mendominasi hidupnya.

"Gue sayang sama lu, dari awal gue liat lu, dari kelas 10 sampe sekarang bentar lagi kelas 12. Gue gak berani ngikat lu di sebuah hubungan karna gue takut kehilangan lu kalo kita mutusin hubungan itu..."

"Cih, lemah. Bilang aja lo males berjuang."

"Kalo gue males berjuang, gue udah lepasin lo dari jauh-jauh hari, Sang. Kalo gue nyerah dari awal gue bakal biarin perasaan gue kalah, tapi apa? Kita masih disini kan?", Junho menatap Eunsang lembut.

"Ini bukan perkara, gue yang gak mau berjuang. Gue gak mau lo disakitin orang kalo kita terikat hubungan, gue belum sekuat itu buat lindungin lo, gue gamau lo kenapa-napa."

Junho benar, kedekatan meeka seringkali mendapat cemooh oleh beberapa orang. Eunsang yang tak pantas lah, Eunsang yang hanya ingin mencari popularitaslah, Eunsang yang begini begitu lah. Junho tahu Eunsang kadang kali mendapat komentar pedas di media sosialnya kala salah satu diantara mereka menunjukan kedekatan mereka berdua.

"Sang,"

Eunsang menatap dalam dan pelan mata Junho.

"Gue sayang sama lo, maap buat lo nunggu, gue mungkin belum sekuat sebaik dan sesempurna yang seharusnya gue tunjukin ke elo, tapi gue mau lo liat usaha gue, gue mau lo ngerti.", Junho menarik pelan badan ramping Eunsnag ke dekapannya, meletakkan dagunya ke perpotongan sempit pemuda Lee itu.

"Jadi pacar gue ya? Kita berjuang bareng jadi kita yang lebih baik?"

Eunsang hanya diam, sambil menyamankan posisi di pelukan Junho.

Mendengar tak ada respon Eunsang, Junho merasa aneh, "Sang, lo gamau?"

Eunsang terkekeh kecil, "Kalo gue gak mau, gak mungkin kan gue nungguin lo kayak orang bodoh gini?"

Senyum Junho mengembang, tanpa sadar tawa kecil muncul diantara mereka.

Semesta kadang memang selucu itu, kita yang memainkan peran hanya menunggu waktu kapan harap yang kita aminkan akan menjadi kenyataan.

Kita pernah ada di masa sayang di dalam hati hanya dapat kita tunjukan dalam ujung mata. Kala semua rindu yang terasa hanya keluar bagai udara hampa dari bicara. Ada kala berharap akan lebih indah dari pada terungkap. Ada kala yang memilih mundur adalah jalan terbaik. Atau tetap berdiri ditempat adalah cara terbaik agar tak terlalu terluka.

Tapi Eunsang, kamu harus tau,

Bagi Junho memperjuangkanmu adalah hal paling menyenangkan untuk lelaki Cha itu.

Dan juga Junho,

Bagi Eunsang, mengharapkanmu tak pernah membuat lelaki manis itu keberatan.

Kita mungkin benci beberapa bagian yang diciptakan semesta untuk kita, tapi yang harus kita tahu semesta tak pernah sejahat itu.

--

maap kalau gajetot

direct sign -junsangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang