"Lo gak seharusnya paksa dia Dik." Dika memandang temannya dingin.
"Dia cuma gk fit, bukan sekarat."Agung menggeleng sambil menatap lelaki keras kepala di depannya, ia tak paham dengan jalan pikir seorang Dika Dibaskara.
"Bro, setidaknya jangan paksa dia. Muka nya udah pucet gitu." Ucap Agung. Ia menepuk bahu Dika lalu berjalan pergi meninggalkan Dika.
Dika menghela nafas ia menatap sosok yang saat ini tengah menunduk.
Saat ini pikirannya tengah bercabang, ia mendapat tekanan dari kepala sekolah yang menekan agar paskibra yang saat ini tengah di ketuai olehnya membawa piala utama, itu membuat Dika sebisa mungkin memaksimalkan latihannya.
Dika menatap cewe dengan rambut pendek yang menjadi pikiran barunya. Sebenarnya saat ini ia akan melakukan evaluasi gerakan agar mempermantab. Namun melihat tampang pucat cewe itu berhasil membuatnya berpikir 2 kali. Lagi pula Dika kenal betul cewe itu.
Dika berdiri, ia menatap kesekitar. Agung, wakil nya itu tengah mengontrol anak anak berlatih. Dika menggulir matanya menatap cewe yang tengah menyampirkan almamater nya di tangan kanannya, dan tengah berbincang dengan lelaki yang tadi juga berada UKS. Cewe yang secara tidak langsung selalu membuat perhatian nya teralihkan kepadanya. Akhir akhirini.
"Ketua PMR." Dika bergumam, tak lama ia berdecih, mengingat tatapan tajam yang di berikan untuknya. Dika menggeleng dan tersenyum miring, ia merasa lucu.
"Gung, suruh mereka semua istirahat. Untuk senior, kita rapat!" Ucapnya tegas, yang langsung di angguki oleh cowo berlesung pipit itu.
###
"Mah, jadi mama gak akan pulang?" Tanya reza memecah keheningan di meja makan. Wanita paruh baya yang sedang meminum kopinya ini melirik anak lelakinya. Ia mengangguk singkat.
"Iya, tante Aya yang di Jepang lagi mau melahirkan, jadi mamah yang bakal pegang perusahaan tante Aya." Ucapnya menjelaskan. Ify dan Reza mengangguk paham. Ify memajukan bibirnya, ia selalu sedih jika akan di tinggal lama oleh sang mamah.
Wanita yang saat ini memandang ify, tersenyum lembut. Ia mengelus kepala anak gadisnya ini yang masih saja cengeng.
"Ify, kok masih cengeng?" Tanya nya, membuat ify tidak bisa menahan isakan nya.
"Loh kak, makin gede nangisnya." Ucap Reza, ia membantu menengkan sang kakak yang saat ini tengah menahan ingusnya.
Lina, tersenyum kecil.
"Udah ah, jangan nangis. Ify gak boleh cengeng lagi. Mama juga pulang beberapa bulan lagi aja kok."ify mencoba menahan isaknya.
"Mama selalu ninggalin kita. Mama tau gak ify selalu bingung kalo mau curhat, ify butuh mamah." Ify kembali menangis, kali ini lebih parah, ia menangis meraung dengan airmata yang merembes dari matanya.
Reza meringis mendengar curhatan kakaknya.
Lina tersenyum sedih.
"Maafin mamah yah sayang." Ya mungkin hanya itu yang dapat di sampaikan oleh Lina.
Ify mengangguk kecil dan mengusap kasar air matanya.
"Sok sok an mo curhat lu. Idup lo aja flat kek triplek." Cibir Reza kecil. Ify melirik adiknya itu tajam sedangkan Lina memandang ke dua anaknya sayang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ketua Paskibra & Ketua PMR
Teen Fiction"Satu jawaban yang pasti akan gue kasih untuk lo." Gadis dengan gaun pengantin cantik yang melekat di tubuhnya itu menatap kecewa lelaki di depannya. "Batalin ini semua." Ucapnya, tangisan yang ia tahan pecah seketika. Ia menangis, tangisannya yang...