3

531 24 8
                                        

Happy reading

***

"Fy, pulang yuk.. malesin ih di sini.. nungguin apa sih?" Grace menatap malas gadis dengan rambut yang di ikat asal itu.

Ify tengah merapihkan peralatan dan obat obatan yang ada di uks, ia menoleh sebentar. Menatap wajah masam milik teman nya ini yang lebih tua satu tahun itu.

"Bentar lagi selesai kok." Ucap nya sambil tersenyum, walaupun tak terlihat oleh Grace karna posisi ify yang sedang memunggungi Grace.

"Lo udah ucapin itu lebih dari 5 kali fy, liat nih ini udah jam set 5." Grace menghentakan kakinya kesal.

"Iya iyaa maaf yah mbak.. bentar lagi kok.. kali ini serius nih tinggal beresin obat obatan ini aja." Masih fokus dengan apa yang ia kerjakan Ify tidak tertarik untuk menatap ke belakang di mana wajah temannya yang semakin masam.

Tok tok.

"Masuk." Teriak ify.

Reza, lelaki berbadan jangkung itu menatap sang kakak dengan tatapan memelasnya. Sedangkan ify melengos malas saat tau siapa yang datang.

"Masih marah? Serius??" Ify diam ia menutup kotak obat di pangkuannya dan meletakan nya di atas meja.

"Gue pulang sama Grace sekalian beli kado." Datar dan dingin itu lah yang dapat Reza dengar dari kakaknya.

"Fy.. masa masih marah aja sih." Reza menarik pelan tangan kakaknya ini. Sedangkan ify menatap tajam pada adiknya yang wajahnya di hiasi oleh beberapa lebam.

"Lo itu, sekali di bilang bisa dengerin ga?" Reza mengangguk ia menunduk. Ify menjitak pelan kepala Reza yang hanya di balas ringisan sakit.

"Za, lo tuh aneh, di bogem kuat ma orang kagak gentar, sekalinya di jitak pelan ma kakak lo malah meringis." Ucap Grace tersenyum mengejek. Reza tak perduli, ia masih menunduk dengan tangan yang masih bertengger di lengan kecil milik Ify.

"Gua ga ngulangin lagi kok. Tapi please jangan laporin ke mama." Reza memelas.

"Yuk Grace ke mall kan?" Ify menghiraukan permohonan sang adik.

Sudah habis kesabaran Ify, Reza si adik kecil nya yang Nakal, sekarang malah lebih bar bar. Ia berkelahi dengan beberapa orang lelaki dari sekolah lain yang entah sejak kapan mereka selalu datang ke belakang sekolah.

Dan yang Ify kesal kan adalah Reza yang mengulangi kesalahannya ini lebih dari 5 kali, walau hanya baru 1 kali yang di ketahui pihak sekolah, mengakibatkan mama nya yang harus datang ke sekolah.

"Fy please.. jangan bilangin mama" teriak Reza cukup kuat, saat Ify dan Grace yang memutuskan untuk pergi meninggalkan Reza di ruang UKS.

###

"Jadi.. kita bawa PMR kita?" Agung, si lelaki manis itu menatap tak percaya pada proposal yang berada di tangan Dika, si ketua Paskibra nya.

Dika mengangguk, mengotak atik ponselnya, mencari nomor yang akan ia hubungi.

"Kenapa bisa bawa PMR sendiri?"

"Ga tau juga, di sana ga di kasih pasukan kesehatan." Jelas Dika datar.

Agung mengangguk. Ia memilih membaca kembali proposal yang akan di berikan pada PMR itu.

"Ketua nya si Ify kan?" Tanya Agung, sedangkan Dika mengangguk tak perduli.

"Gung, kasihin itu proposal ke ketua PMR ya. Gue ada urusan." Dika berjalan menuju bangku yang berada di tepi lapangan ia membereskan beberapa barang nya dan merangkul tas nya pada bahu sebelah kanan.

"Eh bos... Bos... Kok gue?? Yang di suruh kan lo." Ucap tak terima agung.

Sedangkan Dika sudah berjalan menjauh. Ia tak perduli dengan protesan anak buah sekaligus sahabatnya itu.

"Dasar kanebo, pura pura sibuk. Bilang aja malu ketemu ify." Cibir Agung.

Ia menatap ke depan menyelusuri lapangan yang terbentang di depan nya. Beberapa siswi masih memilih berlatih baris berbaris, sesekali  agung melirik anggota Cheers berlatih.

"Gila sih si Sesil cantik bener." Gumamnya kecil.

Matanya tiba tiba saja tertuju dengan gadis berbadan kecil yang tengah berjalan menelusuri koridor menuju luar sekolah.

Ia berlari mendekat.

"Fy.. ify.." panggilnya. Ify yang masih kesal menatap tajam pada Agung.

"Eh anjir, kaget. Santai fy santaii." Ucap nya, Grace terkekeh, sedangkan Ify melunakkan  tatapannya.

"Nih proposal. Paskib mau kerja sama, sama PMR."ify mengedipkan matanya bingung.

"Ohh yang pak Rizky kasih tau ya." Ify yang sebelumnya menampilkan wajah bingung tergantikan dengan senyuman manis, ini berhasil membuat Agung terpesona.

'cantik' itu yang ada di dalam benaknya saat melihat senyuman manis yang ify berikan.

"Eh i-ya fy."

"Ya udah, ntar Gue tandatangan. Tapi besok gue kasih nya yah. Soalnya lagi buru buru gue." Jelas Ify, Agung mengangguk pelan, ia gugup.

"Mm nanti proposal nya kasih aja ke Dika ya. 11 IPA 6." Ify mengangguk. Masih dengan senyum manis nya ia izin untuk pergi.

"Wahh gila, pantes aja di sebut peri penyembuh. Udah kecil cantik lagi. Mana baik banget." Agung menggelengkan kepalanya pelan. Ia memegang dadanya.

"Tapi walaupun Ify lebih dari segalanya, neng Sesil tetep di hati."

"Ekhem.. manggil gue gung?" Suara feminim itu menyapu pendengaran Agung, agung menegang.

Ia berbalik dan langsung berhadapan dengan wajah datar Sesil yang masih saja cantik walau dengan baju olahraga dan keringat di dahi nya.

Agung menelan ludahnya kasar.

'serangan jantung gue  hari ini.'

###

VOTEEEE


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 10, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ketua Paskibra & Ketua PMRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang