Sore menjelang malam, Aleta masih duduk terdiam di halte dan sama sekali tak berniat untuk pulang. Sesekali ia menghembuskan napas kasar, menatap map coklat yang saat ini ia genggam.
Entah sudah berapa perusahaan yang wanita itu datangi, tetapi satu pun tak ada yang menerimanya. Ia bingung. Sudah tiga bulan lebih dirinya menjadi pengangguran, sedangkan hutang keluarganya semakin menumpuk setiap harinya. Entah apa yang akan ia katakan kepada kedua orangtuanya jika mereka tahu dirinya belum mendapat pekerjaan. Sungguh, ia tak tega jika terus mengecewakan orang orang yang ia sayangi.
Aleta sadar, sebagai anak pertama dikeluarganya ia harus bisa membantu perekonomian mereka. Bukannya selalu menyusahkan kedua orangtuanya. Ia merutuki dirinya sendiri. Dengan kebodohannya, ia membuang sia sia uang kedua orangtuanya yang ia gunakan untuk modal bisnis yang sialnya tak membuahkan hasil apapun.
Aleta Queenby Elvina. Wanita berusia 23 tahun itu tersenyum getir memikirkan betapa miris kehidupannya.
Setelah kedua orangtuanya berjuang banting tulang membiayai dirinya hingga lulus S1, bukannya meringankan ia justru menambah beban keluarganya. Kedua orangtuanya adalah seorang pedagang, mereka hanya mengandalkan toko kelontong yang dibangun didepan rumahnya untuk kehidupan keluarganya selama ini.
Aleta adalah anak pertama dari empat bersaudara, dan adik adiknya masih bersekolah sehingga kehidupan mereka serba pas pasan karena pemasukan mereka hanya dari toko. Dulu toko keluarganya sangat laris, Aleta tak merasa kekurangan sedikitpun. Tetapi semakin bertambahnya tahun justru semakin sepi lantaran ada tetangganya yang tak suka dengan keluarganya. Mereka menyebar fitnah hingga membuat pembeli yang datang ke toko keluarga Aleta semakin berkurang.
Akhirnya Aleta beranjak dari duduknya lantas melihat ponselnya. Rupanya sekarang pukul 17:30 itu artinya ia sudah duduk di halte itu selama 2 jam lamanya. Sebenarnya Aleta belum ingin pulang, tetapi karena tak ingin membuat keluarganya khawatir jadi wanita itu memutuskan untuk pulang. Mungkin besok ia akan mencari pekerjaan lagi.
Aleta berdiri dipinggir jalan, menunggu angkutan umum. Sejujurnya ia ingin sekali naik taksi atau memesan ojek online, karena ia tak suka berdesak desakan jika naik angkutan umum. Namun lagi lagi karena masalah ekonomi dan juga agar ia bisa lebih hemat, wanita itu memilih naik angkutan umum saja.
Tik
Aleta merasakan titik titik air mengenai lengannya. Wajahnya nampak gelisah karena sedari tadi belum ada angkutan umum yang lewat.
"Duh, gimana nih...?" Lirihnya pada diri sendiri. Apalagi jarak rumahnya dari halte itu sangat jauh ia tentu tak mungkin pulang dengan berjalan kaki kan. Ditambah tubuhnya yang tidak tahan jika terkena air hujan, Aleta perlu berpikir dua kali jika tak ingin sakit dikemudian hari.
Wanita itu sedikit berlari menuju halte lagi lantaran hujan yang semakin deras, ia harus berteduh jika tak ingin kehujanan. Menyedihkan sekali, batinnya. Ia memeluk dirinya sendiri merasakan hawa dingin menusuk kulitnya.
Drrt drrt
Ponsel di tas Aleta bergetar, wanita itu segera membukanya.
Keisya
Nama itu tertera di layar ponselnya. Itu adik Aleta.
"Kakak dimana kok belum pulang?" Tanya suara diseberang sana.
"Kakak masih nunggu angkutan umum di halte dek..." Balas Aleta.
"Ibuk sama ayah daritadi nungguin kakak, khawatir soalnya belum pulang..." Ujar keisya memberitahu. Lagi lagi Aleta membuat cemas keluarganya.
Baru saja wanita itu ingin membalas ucapan adiknya, Aleta sudah dikagetkan dengan suara klakson mobil yang berhenti tepat didepannya. Dahinya mengernyit menatap pengemudi mobil itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wouldn't You Love a Bite
RomanceAleta Queenby Elvina tak menyangka, setelah 7 tahun lamanya ia berusaha menghilangkan kisah kelamnya bersama Damian Aditya Prawira. Kini ia dipertemukan kembali dengan lelaki yang hampir merenggut kehormatannya, lelaki yang membuatnya menutup hati d...