Haiiiii ..... i'm come back, tapii hehehe sama cerita baru nih :)
Ini aku rencananya cuma cerita pendek dan aku bikin jadi beberapa part, pengalihan dari inspirasi yang masih galau buat Precios time hehe :)
I hope You like this part guys :*, Happy Reading :)
Jangan lupa pencet Vote n
Sampaikan pada kenangan kita
Bahwa semuanya sirna ketika,
Kita memalingkan diri , lalu..
Melangkah pergi pada arah yang berbeda
Ify bersandar pada kursi kayu yang sedari 5 menit tadi menyandar tubuh mungilnya, sementara itu pandangannya jatuh pada secangkir kopi yang masih mengepulkan asap, tak berniat sedikitpun menyesap sebentar saja rasa kopi tersebut, entahlah.. segala nafsu makannya tengah hilang, dan kopi yang ia pesan hanya formalitas semata.
Disebrang sana , Rio, pemuda itu juga tengah bersikap sama, hanya memerhatikan kepulan asap yang keluar dari secangkir kopi yang panas. Keduanya sama sama diam , berkemelut dengan fikiran mereka masing – masing, satupun tak ada yang mau mengalah untuk memecah suasana hening yang keduanya ciptakan, hanya suara gemuruh orang – orang yang sedang bertukar cerita juga gemuruh hujan deras yang tengah terjadi diluar café.
"hhhh" Desah Ify yang mungkin menyerah dengan suasana yang sangat kaku dan hening ini.
"Oke" Ucap Ify yang akhirnya mengalah untuk membuka percakapan , seketika itu pula Rio menengadahkan kepalanya yang sedari tadi tertunduk, ia menatap lekat wajah Ify yang tengah menghembuskan nafasnya , berusaha untu tenang dan mengontrol diri.
"Kita putus" Ucap Ify telak yang tentu membuat mata Rio membulat dengan sempurna beserta kerutan keningnya.
"Apa katamu ?" Tanya Rio dengan nada penuh penolakan terhadap keputusah Ify, kekasihnya. Sungguh itu adalah kalimat yang berada diluar nalarnya.
"Ucapan aku udah sangat jelas Rio, kita putus" Jawab Ify penuh penekanan. Rio mencelos, mengalihkan pandangan dari Ify yang kini menatapnya tanpa kesedihan sama sekali, rahang Rio mengetat, nafasnya memburu dan tangannya terkepal kuat hingga memperlihatkan urat – urat yang ada pada punggung tangannya.
Hening , lagi – lagi suasana menyebalkan itu mendominasi keduanya , Rio masih berusaha menetralkan emosinya yang seakan siap untuk meledak sekarang juga, betapa beraninya Ify membuat keputusan menyakitkan untuk hubungan yang sudah mereka jalin 2 tahun ini.
"Aku tidak mau" Ucap Rio yang kali ini menatap tajam kearah Ify, sementara Ify lagi – lagi menghela nafasnya dalam lalu menghembuskannya perlahan, mencoba melawan getaran emosi yang sama – sama mendominasi dirinya.
"Kenapa tidak ? bukankah dengan ini kamu bisa dengan leluasa berduaan dengan perempuan itu?!" Sanggah Ify dengan emosi yang sudah tak bisa ia bendung lagi , oh sekali lagi ia kalah dengan rasa cemburunya.
"Sudah kubilang aku tidak ada hubungan apa – apa dengannya !" Seru Rio yang membuat pembelaan untuk dirinya sendiri.
"Tapi tidak dengan sikapmu padanya ataupun sikapnya padamu Rio !" Sanggah Ify lagi , kali ini membalas tatapan tajam yang diberikan oleh Rio. Ify menelan ludahnya begitu susah payah , entah kenapa rasanya begitu pahit.
"Berhentilah untuk cemburu berlebihan Fy ! sesekali kamu perlu berfikir baik" Ucap Rio yang kali ini membuat Ify benar – benar kesal , perkataan Rio seperti mempertegas pembelaan pada perempuan yang kini tengah memperkeruh hubungan mereka.
"Apa yang harus membuat aku berfikir baik saat kamu lebih memilih menemaninya pergi daripada aku ? Apa yang harus membuat aku berfikir baik jika melihat kamu lebih memilih memeluknya daripada aku ? dan apakah aku tak boleh cemburu jika aku menyaksikan dengan mataku sendiri saat pacarku berciuman dengan perempuan lain ?!" Ujar Ify dengan nada tegas dan suara yang mulai parau , yaaa lagi – lagi Ify kalah dengan airmatanya yang kini sudah membasahai pipi tirus gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mon Amour
Short StoryThis is just short story. Takkan ada perpisahan yang menyenangkan, terlebih diantara dua orang yang saling mencintai. Perpisahan adalah akhir dari hidup yang berwarna , semuanya akan pudar dan menjadi abu - abu , begitu pula dengan Rio dan Ify yan...