What

39 5 0
                                    

"keselamatannya adalah yang utama" – Devan.



Malam hari pukul 02.00 waktu Indonesia Barat.

Seorang pria tampan terbangun karna dering telpon yang mengganggu indra pendengarannya.

"halo?"

Terdengar rusuh dari ujung sana, pria itu sedikit mengernyitkan kedua alisnya.

"D-devan tolongin gue! Gue disekap, plis tolongin gue!" Sepertinya Devan mengenali suara itu, Thalia!

Pria tampan bernama Devan itu langsung berdiri setelah menyadari bahwa itu suara Thalia, Sahabat wanita nya. Tanpa menunggu lama, Devan langsung membuka laptop nya untuk melacak dimana lokasi si pengguna nomor telpon tadi.

Tak!

Akhirnya ia menemukan lokasi nya. Devan berlari ke arah garasi untuk mengambil sepeda gunung milik nya, tak lupa Hoodie yang selalu ia gunakan kemana pun ia pergi.

Thalia, lo harus selamat!

(o_o) (o_o) (o_o)

Tibalah Devan di sebuah rumah, tak terlalu besar. Perlahan ia mulai menginjakkan kaki di halaman rumah itu. Didalam sana ia melihat ada pintu kayu berwarna coklat tua yang di yakini itu adalah tempat disekapnya Thalia.

"cantik, berhenti berharap bahwa Devan akan datang. Sebentar lagi kau menjadi milikku, Thalia-

Brak!

Devan mendobrak pintu coklat tua itu karena amarah nya yang meluap, dapat dilihat disana, Thalia duduk di kursi besi dengan tangan yang terikat tali.

"lepasin Thalia!"

"Thalia itu milik gue."

"bajingan!"

Dengan langkah kilat, Devan menerjang orang bertopeng itu dengan sekali pukulan. Ia tersungkur kebawah.

"Tha, lo gak papa?" tanya Devan sambil melepaskan tali yang menjerat tangan dan kain yang melekat di mulut Thalia.

Thalia mengangguk pelan, "i-iya"

"ayo keluar dari sini," Devan membopong tubuh mungil Thalia untuk menuntunnya berjalan.

"HAHAHA! Kalian kira udah selamat, ya?" suara itu terdengar seperti orang bertopeng tadi. Tapi, ia menodongkan pistol nya kearah Devan.

"bersiaplah untuk mati, Thalia Rossa!" pistol nya berganti haluan, kini mengarah ke Thalia.

Dorr!

Suara tembakan itu mengisi sunyinya malam, saat itu juga Devan tersungkur kebawah dengan pemandangan yang tak jelas, hanya indra pendengaran nya yang berfungsi kali ini. Suara tangisan Thalia dan suara langkah kaki yang kian menjauh.

"Devan... hiks"

Yang dipanggil hanya membalasnya dengan senyuman, senyuman yang mungkin menjadi akhir dari hidup nya, bagaimana pun ia menyayangi Thalia. Hanya ini yang bisa ia lakukan untuknya.

(x_x) (x_x) (x_x)

♡Devan♡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang