Friend

14 3 1
                                    

"gue sahabat lo, lo sahabat gue, suka duka itu kita lewatin bareng, jadi jangan ragu buat manggil gue kalo lo perlu bantuan." – Devan.

Akhirnya Devan Pratama diperbolehkan pulang oleh paman nya, Picko yang tempo hari menjadi dokternya Devan selama dirumah sakit. Dan senangnya lagi, Devan akan kembali bersekolah bersama Thalia. Maksud senang dalam kamus Devan itu, senang karena ia akan menonjok wajah Alga itu sekarang.

Dikelas pun Devan lebih banyak diam hanya untuk memikirkan strategi seperti apa yang akan ia gunakan untuk membuat Alga menyesali perbuatannya, yah meski Devan selalu diganggu oleh sahabatnya yang tak lain adalah Thalia.

"Van, gak ke kantin?" tawar Leon sepupu Devan yang kebetulan bersekolah di tempat yang sama dengan Devan, mereka kerap duduk bersebelahan.

Devan hanya menggeleng menjawab tawaran manis Leon.

Leon tersenyum tipis, "yakin gak mau? Mi goreng yang semalam ngiklan di tv udah ready di kantin lohh..."

Oke, kali ini Devan tergoda dengan ucapan Leon. Mi goreng memang menjadi makanan favorit Devan sejak dulu, hampir semua rasa pernah ia cicipi.

"kuy." Devan langsung berdiri tanpa menatap Leon, perutnya sudah sangat lapar. "gue tau lo bakal tergoda sama tawaran gue," Leon mendahului langkah Devan.

Setibanya di kantin, Devan dan Leon mengambil posisi mengarah ke taman sekolah. Devan memesan mi rasa Korean spicy chicken yang brand ambassador nya kala itu adalah member boyband asal Korea Selatan, Super Senior. Leon memang tak terlalu suka jika harus makan mi goreng rasa baru langsung setelah rilis, ia akan bertanya dulu ke Devan bagaimana rasanya, Leon itu tak suka makanan pedas. Garis bawahi itu. Jadi, ia memesan mi rasa original.

Devan mengernyitkan matanya kala ia merasa melihat pria berambut hitam pekat disertai anting yang berbeda di telinga kiri dan kanannya. Ya! Ia Algavian. Ia sedang duduk di bangku taman dengan dua orang wanita, Thalia dan Lily. Alga nampak sedang menggoda kedua nya yang sedari tadi sudah duduk disana.

Tapi, hanya Thalia yang acuh dan sedikit menghindar dari Alga, karena ia takut jika kejadian itu terjadi lagi. Thalia harus bersyukur hari ini, Alga tidak menggoda dirinya melainkan Lily.

Tangan Devan terkepal kuat, sehingga ruas-ruas tangannya berubah menjadi putih pucat, namun nafsu untuk memakan mi goreng hari ini sudah bertambah dua kali lipat yang seakan-akan menyuruh Devan untuk tetap duduk di bangku nya. Dengan susah payah Devan berusaha melawan nafsu nya itu, tiba-tiba saja mi goreng pesanan nya sudah berada di atas meja yang mengisyaratkan bahwa ia harus masuk kedalam perut Devan.

Cuman kali ini lo boleh lolos dari gue, Alga.

Setelah selesai menyantap mi goreng pesanan mereka, Devan dan Leon kembali ke kelas karena bunyi bel jam pelajaran baru telah menjemput keduanya untuk segera duduk manis dikursi masing-masing. Bu Nana akan segera memasuki kelas dengan rumus kimia nya, pelajaran yang sangat dibenci Devan.

(o_o) (o_o) (o_o)

Sepulang sekolah, Devan menyuruh Leon dan Thalia untuk pulang duluan. Devan menyusuri koridor sekolah untuk mencari kelas seseorang, kelasnya berada tak jauh dari koridor yang dilintasi Devan.

Dugh!

Devan mendorong tubuh Alga karena ia sudah tidak bisa menimbun amarahnya, sebaliknya, Alga yang tak tau apa-apa langsung mengernyitkan kedua alis nya.

"maksud lo itu apa sih, hah?!" Alga melempar tas nya kearah Devan.

Devan tersenyum seolah-olah meremehkan Alga, "mau gue? Lo jauhin Thalia!"

"jauhin Thalia? Emang lo siapa nya Thalia?!" Alga menarik kerah baju Devan secara kasar.

"gue sahabatnya! Udah puas lo nyakitin Thalia hah?! Lo tuh hampir aja ngebunuh dia!" tanpa rasa kasihan lagi, Devan langsung memukul wajah mulus dan putih Alga.

♡Devan♡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang