"Orang brengsek itu gak akan brengsek selamanya." – Leon.
Tring!
Sebuah suara notifikasi mengganggu tidur siang seorang Devan, Devan adalah tipe orang yang jika mendengar suara kecil akan terbangun atau lebih tepatnya terganggu. Tangan nya tergerak untuk mengambil ¬handphone –nya yang terletak di atas meja nya.
Ia mendapat notifikasi dari whatsapp, ternyata nomor orang itu belum kusimpan.
0821-xxxx-xxxx
Online.|Ini Leon
|trus?
|save nomor gue, ini baru
|kirain apa, done
Setelah membalas pesan unfaedah dari Leon, tiba-tiba handphone Devan berbunyi lagi, kali ini bukan notifikasi melainkan nada dering. Anehnya lagi, nama Leon yang tertera disana, bukankah tadi ia baru saja chattingan dengan Devan? Lantas ada apa ini?
"apa?" kening Devan mengkerut.
Terdengar rusuh dari seberang sana.
"Leon, oi Leon Pradipta!" akhirnya Devan berteriak memanggil nama lengkap sepupunya ini.
"eh, Van. Thalia masuk RS, buruan samperin!" suara Leon bergetar hebat.
Sambungan telpon diputus sepihak oleh Devan. Thalia? Masuk Rumah Sakit? Yang benar saja. siapa yang berani menyakiti sahabat nya itu? Jika seseorang masuk kdalam yang namanya Rumah Sakit, itu pasti parah. Tanpa memikirkan banyak pertanyaan lagi, Devan langsung bergegas menuju ke tempat yang dimaksud Leon dengan menggunakan motor merah besar miliknya.
RUMAH SAKIT JAKARTA.
Nama itu terlihat jelas dipandangan Devan, kini ia semakin laju mengendarai motor kesayangannya hanya untuk sampai ke tempat dimana sahabatnya itu dirawat. Devan menghampiri recepsionis dan menanyakan kamar inap Thalia, setelah mendapatkannya Devan berlari sekuat tenaga untuk menghampiri Thalia, ia benar-benar cemas sekarang.
"Thalia!" kata itu terlontar kala Devan melihat selang infus yang terrarah langsung ke tangan mungil Thalia.
"Le, lo hutang cerita ke gue." Devan menatap tajam wajah Leon yang bingung. Yang ditatap hanya menganggukan kepalanya.
Leon mengajak Devan ke sebuah taman yang terletak dibelakang rumah sakit untuk menceritakan penyebab sahabatnya itu masuk rumah sakit.
"Alga" Sebuah kata yang terlontar dari bibir Leon saat keduanya baru saja duduk disebuah bangku taman.
Apa yang diinginkan si Alga brengsek itu dari Thalia? Hidup Thalia itu terus terganggu, ia tak tenang jika Alga terus-terusan mengganggu ketenangan nya. Batin Devan.
Devan langsung berdiri, ia hendak menghampiri Alga sekarang, tak tau harus pergi kemana, ia benar-benar muak dengan cowok bernama Alga itu. Tapi niat jahat itu ia urungkan ketika Leon mengucapkan sebuah pernyataan.
"gak usah. Dia udah masuk ruang BK." Devan kembali duduk. "jelasin!"
Flashback on.
Siang ini setelah bel istirahat tiba, Leon mengajak Thalia ke kantin untuk sekedar melepas penat atau bahkan mengisi perutnya, suasana dikelas tadi sangat melelahkan, yang benar saja, Pak Joko tak segan-segan memberi lima puluh butir soal kepada muridnya, sekedar tau saja, jika Devan membenci Kimia, Thalia dan Leon membenci Matematika.
Keduanya berjalan beriringan di koridor sekolah, tiba-tiba mereka bertemu cowok yang selama ini Thalia hindari, Alga. Awalnya keduanya terlihat santai, hingga Alga menarik lengan Thalia secara paksa. Leon sempat menahannya, tapi sebuah hantaman mendarat di pipi kirinya. Thalia di bawa Alga entah kemana.
KAMU SEDANG MEMBACA
♡Devan♡
Fanficada saatnya seseorang harus berhenti berjuang, ada saatnya seseorang harus berhenti mencintai. Kapan? ketika orang itu pernah disakiti. (Cerita ini baru aja di revisi) Tokoh masih sama, hanya saja nama mereka yg diganti.