Episode 2

12 5 2
                                    


Suasana ruang 16 masih sama seperti biasanya. Jalanan dari logam yang dingin, udara lembab yang menyesakkan, juga sebuah jembatan berwarna hitam yang terbuat dari plastik pilihan. Jembatan itu adalah tempat terindah di ruang ini. Letaknya yang strategis menungkinkan untuk melihat aliran air sungai yang masuk dari celah ruang 15 hingga keluar menuju ruang17. Apalagi jika matahari dipasang di sore hari, beberapa petak tanah di tepi-tepi sungai yang lembab akan ditumbuhi jamur. Ketika nanti matahari menyala, gemerlapan air sungai akan terlihat menawan berhiaskan jamur-jamuran ditepiannya. Anak-anak pun akan bermain di sekitar jembatan dan area sungai. Jika sudah lelah berenang dan kejar-kejaran, mereka akan menyalakan kompor untuk memasak beberapa jenis jamur. Sejenak udara lembab akan dipenuhi aroma gurih dan gelak tawa sebelum akhirnya kembali pengap ketika anak-anak sudah diam kekenyangan.

Aku masih ingat jamur terakhir yang kumakan di bawah jembatan ini sebelum menempuh pendidikan di ruang pusat. Saat itu Heli yang mencari jamur dan memasaknya spesial sebagai hadiah keberhasilan sekaligus bekal perpisahan untukku. Heli memang pintar membuat kesan, nyatanya aku selalu mengingat peristiwa itu setiap kali berjalan melewati jembatan ini. Selalu, kecuali hari ini.

"Aku harus bergegas." gumamku ketika berlari melewati jembatan itu.

Aku tidak punya waktu bernostalgia ketika menyadari masalah kebocoran informasi pusat tengah terjadi. Buku Heli kemungkinan adalah satu diantara dokumen lainnya yang berhasil dibawa keluar oleh seseorang. Terlebih Heli memiliki banyak relasi dan akses keluar yang mudah sebagai seorang tukang pos, sangat mungkin buku itu adalah dokumen yang asli. Hal inilah yang membuatku harus bergegas mengupayakan solusi terbaik dari dua hal yang sebenarnya sama-sama menguntungkan. Keuntungan pertama adalah pernyataan Heli membuatku memiliki bukti bahwa kebocoran informasi berasal dari ruang pusat itu sendiri. Keuntungan kedua adalah Heli mendapat buku yang tepat, jadi membiarkan buku itu tetap bersamanya akan sangat bermanfaat dikemudian hari. Aku yakin, Heli akan menemukan banyak informasi penting tentang kelambu yang tersimpan dalam benda ilegal itu.

Sekarang tinggal bagaimana aku memanfaatkan situasi. Menyelesaikan masalah di pusat sekaligus memastikan Heli bisa mempelajari bukunya dengan leluasa pasti bisa kukondisikan. Dan langkah paling bijak yang bisa kulakukan untuk mewujudkan tujuan ini adalah segera menemui Argon. Kakek tua pemilik ladang jamur di ruang 13 itu pasti bisa membantu. Minimal dengan memanfaatkan namanya aku bisa pergi ke ruang pusat sebelum besok pagi berangkat ke hutan.

"Ibu, aku pulang." teriakku ketika sampai di depan rumah.

"Bu," aku berteriak sekali lagi, "aku pulang!"

Pintu terbuka, tapi ibu hanya diam memandangiku dari dalam.

"Bu ..."

"Masuklah terlebih dahulu, setelah itu makan yang banyak," kata ibu setengah memaksa, "kau ingin berpamitan kan? Mana mungkin aku mengizinkan puteriku pergi dalam keadaan perut kosong."

"Eh?"

"Heli bilang padaku, barang yang baru ia dapatkan akan membuatmu berangkat lebih awal."

Sial! Aku sengaja berpura-pura tidak tertarik pada buku itu agar Heli tidak curiga pada apa yang kurencanakan. Namun lelaki itu bahkan sudah bisa menebak apa yang akan kulakukan sebelum menceritakan perihal buku itu.

"Boleh, Bu?"

"Tentu, dengan dua syarat."

"Apa?"

"Syarat pertama kau harus segera pulang, kedua kau harus membawakan jamur semut untuk Heli dan bunga akasia buatku."

"Baik!" jawabku asal-asalan sebelum bergegas masuk menuju ruang makan.

"Dasar anak bandel."

....

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 03, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Menyibak Kelambu KelabuWhere stories live. Discover now