1: Pertemuan

10.8K 327 3
                                    

"Seandainya Tuhan memang mentakdirkan kami untuk bertemu, apakah dengan cara 'unik' ini kami dipertemukan?"

Seorang laki-laki tengah berjalan di koridor sekolahnya dengan santai. Sesekali ia menanggapi sapaan siswa lain yang menegurnya ramah dan dengan terpaksa ia tebar senyumnya agar tak terlihat begitu kaku di depan banyak orang.

Saat di ujung koridor, ia tidak sengaja menundukkan kepala dan menemukan sebuah buku tergeletak di atas lantai.

"Sakura Rahmawati. X Multimedia." gumam laki-laki tersebut sambil memegang sebuah buku di tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya kini mulai membuka lembaran demi lembaran buku tersebut.

"Ini kayanya bukan buku penting!" komentarnya setelah melihat isi dari buku tersebut yang ternyata hanya berisi coretan-coretan tidak jelas.

"Biarin deh, lagi pula gak penting juga!" responnya dan siap memulai ancang-ancang untuk membuangnya ke tong sampah di dekat laki-laki tersebut.

Satu..dua..ti..

"Tunggu!" cegah seseorang dan langsung merebut buku tersebut.

"Ini buku saya, walaupun gak penting tapi kamu gak punya hak untuk buang buku ini seenaknya!" tegas orang tersebut dengan tatapan tidak suka terhadap laki-laki di hadapannya.

Gadis dengan mata minimalis dan rambut terurai, segera merebut buku itu dan segera berlalu tanpa permisi.

"Terserahlah!" laki-laki itupun ikut pergi berlawanan arah dengan gadis tadi, jelas ia tidak mau ambil pusing dengan kelakuan aneh gadis yang tiba-tiba muncul di hadapannya.

Wajah kesal gadis itu masih jelas terlihat, ia merasa bahwa laki-laki tadi sungguh menyebalkan, bisa-bisanya ia membuang sembarangan buku milik orang lain.

Gadis itu kini sudah berada di kelasnya, duduk persis disamping sahabatnya yang tengah sibuk memainkan jarinya diatas kertas.

"Ra, buku kamu ketemu?" tanya Nabila teman sebangku gadis itu yang juga sahabat dekatnya. Perkenalkan dia, Rara, gadis yang sukses dibuat kesal oleh laki-laki tadi.

"Udah Bil, tapi tadi yang nemuin buku ku hampir aja ngebuang buku ini ke tong sampah. Nyebelin banget kan?!" curhat Rara dengan ekspresi wajah kesalnya.

"Ya wajarlah orang yang nemuin itu ngebuang buku kamu, jelas-jelas buku itu isinya gak jelas, cuma coretan-coretan aneh!" komentar Nabila sambil tetap sibuk dengan kegiatannya.

Mendengar ucapan Nabila tadi membuat Rara kembali teringat dengan kebiasaannya dalam mengekspresikan apa yang ia rasa. Rara sering kali menyendiri dan sibuk dengan buku 'keramat' miliknya. Buku yang selalu setia untuk digoresi coretan-coretan abstrak, buku yang digunakan untuk wadah keluh kesahnya.

Berbeda dengan kebanyakan orang yang menuangkan perasaannya melalui tulisan di buku harian, Rara justru mencoret-coret buku 'keramat'nya persis seperti anak TK yang sedang menggambar benang kusut.

"Aku juga sebenernya gak mau kaya gini, Bil--" respon Rara, ekspresinya berubah sedih.

"Hal ini bikin aku makin sulit buat ngelupain dia." lanjut Rara. Nabila pun menghentikan kegiatannya dan menatap Rara dengan tatapan bersalah.

"Sorry, Ra!" Nabila merasa menyesal telah mengucapkan kalimat tadi.

Melihat Nabila dengan tatapan seperti itu Rara pun mencoba tersenyum.

"Gak apa-apa kok Bil, aku nya aja yang berlebihan, maklumlah masih susah move on. Hehehe.." Rara mencoba memecah kecanggungan. Ia tak ingin sahabatnya merasa tidak enak hati telah berucap seperti itu. Sebab ini semua memang salahnya yang masih tetap melakukan cara lamanya untuk menuangkan segala keluh kesah yang ia rasa.

Couple Ring [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang