Lucy Corade mengambil tas sekolah miliknya yang tergeletak asal dibawah meja belajarnya. Liburan musim panas sudah berakhir. Itu artinya ia harus kembali ke sekolah.
Ini kali pertama hatinya merasa senang pada hari pertama kembali ke sekolah setelah liburannya berakhir. Entah kenapa Lucy bangun tepat waktu dan ia sama sekali tidak mengeluh pada kenyataan bahwa ia harus kembali ke sekolah hari ini.
Mungkin ia sudah rindu dengan teman-teman di sekolahnya? Tidak juga. Lucy tidak begitu memiliki banyak teman di sekolah. Atau mungkin Lucy sudah rindu dengan Mrs. Kim, guru sejarah yang suka memberi murid-muridnya itu tugas kelompok? Ah, yang benar saja.
Lucy melangkah ke arah meja rias, mengambil ponselnya. Ia menatap empat digit angka yang terpampang jelas pada layar ponsel miliknya. Jam 06.45. Bel sekolah berdering pukul 7.30, itu artinya ia masih punya waktu untuk sarapan hari ini.
Lucy mengunci ponselnya lalu memasukkannya ke dalam tas. Matanya mencari sesuatu di atas meja rias dan berhenti bergerak ketika ia menemukan barang yang ia cari. Tangannya dengan cepat mengambil sebuah parfum kesukaannya yang beraroma vanila dan menyebarkan baunya pada kemeja kotak-kotak yang ia kenakan.
Gadis itu menatap dirinya sekali lagi pada cermin, memastikan penampilannya. Ia membawa jari-jari tangannya masuk ke dalam rambut cokelat panjang miliknya, merapikannya sedikit. Dikira rambutnya sudah rapi, gadis itu menutup mata. Menghela napas panjang, kemudian membukanya lagi setelah beberapa detik.
Lucy tersenyum pada pantulan dirinya lalu dengan cepat beranjak dari kamarnya dan berlari menuruni anak-anak tangga.
"Hai, mom!" Serunya riang ketika ia mendapati ibunya berdiri di depan meja makan dengan sereal vanila kesukaan Lucy di tangannya.
Lucy berjinjit lalu mencium pipi ibunya. "Kau membelinya lagi?" Tanya gadis itu sambil memincingkan matanya ke arah sereal vanila yang berada di tangan ibunya. Bertanya apakah ibunya membelikannya sereal vanila dengan merk Captain Crunch kesukaannya. Karena terakhir kali ia mengecek kardus sereal kesukaannya itu—baru kemarin, tidak ada satu butir sereal pun yang tersisa disana.
Ibunya mengangguk mantap. Ia menuangkan sereal vanila ke dalam mangkuk putih yang sudah tersedia di atas meja. "Ini sereal kesukaanmu, bukan?" Tanyanya.
Lucy menarik kursi, lalu duduk di depan meja makan. "Memang. Tapi kurasa kau tidak harus selalu membelinya setiap bulan, mom. Aku masih bisa hidup tanpa makan sereal kesukaanku," kata Lucy sambil tertawa kecil.
Ibunya menggeleng. "Tidak apa-apa. Aku hanya ingin membuatmu senang." Katanya ringan. Ia menuangkan susu putih cair pada mangkuk yang berisi sereal lalu menaruhnya di atas meja makan, di depan Lucy. Ibunya mengambil satu buah sendok makan pada laci dapur lalu memberikannya pada Lucy.
Lucy mulai mengaduk sereal vanilanya dengan sendok yang di berikan ibunya, meratakan sereal itu dengan susu putih. Setelah dikiranya merata, ia baru mulai memakan sereal vanilanya itu.
Ibunya menarik kursi di sebelah Lucy kemudian duduk.
Matanya mulai memperhatikan gadis tujuh belas tahun di depannya memakan sarapan paginya dengan lahap. Lucy melempar senyum ke arah ibunya, kemudian memasukkan satu buah sendok yang berisi sereal ke dalam mulutnya.
Erin Corade tersenyum, senang melihat anak perempuannya tersenyum. Ia rela melakukan hal-hal kecil—seperti membelikan sereal rasa vanila kesukaannya, demi melihat seulas senyum pada bibir anak satu-satunya itu. Karena ia tidak ingin melihat anaknya itu bersedih lagi, tidak setelah semua kejadian pahit yang telah dilaluinya selama ini.
"Jane akan mengantarmu ke sekolah hari ini, bukan?" ibunya tiba-tiba bertanya, menaruh kedua tangannya di atas meja makan.
Lucy menoleh, memasukkan sereal terakhirnya ke dalam mulut sebelum akhirnya mengangguk. Lucy mengambil segelas air mineral yang berada di atas meja, meneguknya lalu berkata "Seperti biasa."
YOU ARE READING
i n d e c i s i v e
ChickLitthey said you'll never get over your first love. so what would you do if your first love break you?